TRIBUN WIKI

Apa Itu Brain Rot dan Benarkah Karena Kebanyakan Nonton Konten Receh? Simak Penjelasannya

Brain rot merupakan istilah yang menggambarkan kondisi penurunan otak akibat tayangan receh di media sosial. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja.

Editor: Array A Argus
naratif
ilustrasi bermain HP 

TRIBUN-MEDAN.COM,- Pernah kah kalian mendengar istilah barin rot?

Atau kalian tahu apa itu brain rot?

Akhir-akhir ini, media sosial ramai membahas isu brain rot ini.

Brain rot merupakan istilah yang menggambarkan kondisi penurunan otak akibat terlalu sering menyaksikan tayangan receh di media sosial.

Baca juga: Apa Itu Meldonium yang Bikin Mykhailo Mudryk Gagal Tes Dopping, Pernah Dialami Maria Sharapova

Seseorang yang keseringan menonton tayangan receh dapat mengalami 'pembusukan otak'.

Kemampuan berpikirnya akan jauh menurun dibanding sebelumnya.

Ilmuwan Neurosains dan Perilaku dan CEO Sekolah Otak Indonesia Taufiq Pasiak menegaskan, bahwa brain rot memang dapat dibuktikan secara ilmiah. 

"Kondisi ini betul-betul terjadi dan bisa diamati di otak dengan penggunaan alat-alat canggih, atau dengan melihat gejala dan keluhannya," katanya, dikutip dari Kompas.com. 

Baca juga: Mengenal Belalang Setan yang Bisa Menyebabkan Kematian pada Manusia Jika Dikonsumsi

Terlalu Banyak Menonton Konten 'Receh'

Menurut Taufiq, brain rot mengacu pada kelebihan beban kognitif otak yang disebabkan oleh aktivitas digital berlebihan tetapi tidak bermakna, seperti scrolling media sosial tanpa tujuan, binge-watching, atau penggunaan teknologi secara berlebihan.

Aktivitas semacam ini melibatkan konsumsi konten berkualitas rendah, yang dikenal sebagai konten receh.  

Di otak terdapat sistem pengimbalan (reward system) yang dirancang untuk memberikan rasa puas atau bahagia, sebagai imbalan atas tindakan yang menyenangkan. 

Baca juga: Mengenal Larry The Cat, Kucing Pemburu Tikus di Kantor PM Inggris Mirip Bobby Kertanegara

"Menonton atau melihat media receh yang sifatnya instan itu bisa memicu kerja sistem pengimbalan ini," ungkap Taufiq

Saat kita menonton atau mengonsumsi konten receh yang sifatnya instan, sistem ini bekerja aktif, melepaskan zat kimia otak bernama dopamin.

Selanjutnya dopamin akan memberikan rasa kenikmatan instan.

Namun, efek negatifnya adalah otak menjadi terbiasa mencari hiburan instan dan menghindari aktivitas yang membutuhkan usaha, konsentrasi, atau kerja keras. 

Baca juga: Mengenal Apa Itu Pneumonia yang Rentan Menyerang Bayi dan Diperingati Tiap 12 November

"Otak cenderung menghindari tugas atau pekerjaan yang butuh energi dan kerja keras, atau yang beban kognitifnya berat," tutur Taufiq. 

Akibatnya, kapasitas kognitif otak menurun, yang ditandai dengan kesulitan fokus, kurangnya daya analisis, dan penurunan kemampuan mengambil keputusan.  

Kriteria Konten Receh

Lalu, tontonan seperti apa yang tergolong ke dalam konten receh? 

Baca juga: Mengenal Apa Itu Bakomsus pada Penerimaan Polri 2025, Apakah Sama dengan Bhabinkamtibmas?

Menurut Taufiq, tidak semua konten berdurasi pendek dianggap receh. Adapun, beberapa ciri konten receh adalah: 

  • Hiburan ringan: Meme, video lucu, atau potongan video pendek yang tidak memiliki kedalaman cerita.  
  • Informasi tidak mendidik: Konten yang tidak menambah nilai atau wawasan baru.  
  • Interaksi cepat dan dangkal: Video pendek di TikTok, Instagram Reels, atau Snapchat yang hanya bertujuan untuk hiburan instan tanpa elaborasi mendalam.  

Tidak semua konten receh berbahaya, tapi konsumsi berlebihan terhadap konten semacam ini dapat memberikan dampak negatif pada otak.  (tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved