Sumut Terkini

Edy Rahmayadi Legawa Terima Hasil Putusan MK, Tak Akan Gugat ke PTUN : Sudah Final

Gugatan sempat dilayangkan oleh tim kuasa hukum calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut nomor urut 2, Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala. 

|
Penulis: Dedy Kurniawan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN MEDAN/DEDY
Edy Rahmayadi calon Gubernur Sumut nomor urut 2 pamer dua jari usai mencoblos di TPS 44 Bakti Karya, Medan Johor, Rabu (27/11/2024)  

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Edy Rahmayadi legawa menerima kenyataan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI yang menolak gugatannya pada Perselisihan Hasil Pemilihan Kepala Daerah (PHP-Kada) 2024.

Gugatan sempat dilayangkan oleh tim kuasa hukum calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut nomor urut 2, Edy Rahmayadi-Hasan Basri Sagala. 

Putusan dismissal, atas Perkara Nomor 247/PHPU.GUB-XXIII/2025,  menyatakan permohonan pemohon tidak dapat diterima, dalam sidang berlangsung di Gedung MK, Jakarta Pusat, Selasa 4 Februari 2025.

Edy Rahmayadi menegaskan, bahwa dirinya menghormati atas putusan dismissal majelis MK yang dipimpin Suhartoyo.

Edy memutuskan memberi selamat kepada Gubernur Sumut terpilih, Bobby Nasution - Surya. 

"Saya sangat menghormati putusan MK sebagai pilar hukum konstitusi di negara kita.  Sudah selesai, tidak ada (langkah hukum ke PTUN), kita hormati putusan MK, sudah final dan mengikat," tegas Edy Rahmayadi, Kamis (6/2/2025) 

Edy Rahmayadi menilai kontestasi politik sudah final, dan mengucapkan selamat ke pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut nomor urut 1, Muhammad Bobby Afif Nasution-Surya.

Bobby-Surya ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut periode 2025-2030 oleh KPU Sumut, dalam rapat pleno terbuka  di Hotel Grand Mercure, Rabu, 5 Februari 2025.

Penetapan pemilihan Gubernur Sumut dibacakan KPU dalam rapat pleno terbuka, pada Rabu (5/2/2025), usai Mahkamah Konstitusi menolak gugatan yang dilayangkan pasangan Edy Rahmayadi dan Hasan Basri Sagala. 

"KPU Sumatera Utara menetapkan Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 1, Bobby Nasution dan Surya sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur dengan 3.645.611 suara. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan di Medan," kata ketua KPU Sumut, Agus Arifin. 

Penempatan Bobby dan Surya sebagai Gubernur terpilih dibuka lewat rapat pleno dengan dihadiri sejumlah undangan. 

Sebelum membacakan penetapan, KPU terlebih dahulu membacakan tata tertib.

Usai membacakan keputusan, KPU menandatangani keputusannya lalu menyerahkan hasil salinan penetapan Gubernur terpilih kepada pasangan calon Gubernur dan partai politik. 

Dalam penetapan tersebut, KPU sebenarnya mengundang Bobby dan Edy. Namun keduanya tidak hadir di sana. 

Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumatera Utara sebelumnya telah menetapkan calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut 01, Bobby-Surya sebagai pemenang pemilihan Gubernur Sumut. 

Bobby-Surya meraih 3.645.611 suara dan unggul di 30 Kabupaten dan Kota. 

Sementara itu Edy-Hasan meraih 2.00.9311 suara dan menang pada 3 Kabupaten dan kota. 

Putusan dismissal MK atas Perkara Nomor 247/PHPU.GUB-XXIII/2025 menyatakan permohonan pemohon tidak dapat diterima.

Keputusan dibacakan Suhartoyo, di Ruang Sidang Gedung I MK, Jakarta Pusat, Selasa 4 Februari 2025.

Suhartoyo mengungkapkan bahwa dalil-dalil permohonan tak beralasan menurut hukum sehingga tak dapat diterima.

Dalam permohonannya, Edy-Hasan mendalilkan adanya dugaan keterlibatan Menteri Dalam Negeri atau Mendagri untuk mendukung pemenangan pasangan calon nomor urut 1 M. Bobby Afif Nasution dan Surya. 

Dugaan keterlibatan itu dengan cara mengganti Penjabat Gubernur Sumut dari Hasanuddin menjadi Agus Fatoni.

MK menilai Edy-Hasan tidak melampirkan bukti-bukti yang cukup untuk membuktikan kebenaran dalil tersebut. 

Selain itu, hakim konstitusi menilai rotasi yang dilakukan Mendagri terhadap penjabat gubernur telah sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.

"Setelah mahkamah mencermati dalil pemohon, jawaban termohon, keterangan pihak terkait serta bukti yang diajukan, ternyata pemohon tidak menyampaikan bukti yang cukup sehingga dapat membuktikan adanya perlakuan khusus yang diberikan oleh Penjabat Gubernur Sumatera Utara terhadap Bobby Nasution," kata Hakim Guntur Hamzah saat membacakan pertimbangan hakim.

MK juga menyampaikan dalil lainnya yang dinilai tak beralasan menurut hukum yaitu dugaan keterlibatan Agus Fatoni dalam upaya pemenangan Bobby Nasution.

MK juga menyampaikan dalil lainnya yang dinilai tak beralasan menurut hukum yaitu dugaan keterlibatan Agus Fatoni dalam upaya pemenangan Bobby Nasution.

Pasangan Edy-Hasan dianggap hakim konstitusi tidak menyampaikan bukti yang cukup untuk membuktikan perlakuan khusus Pj Gubernur Sumut itu terhadap Bobby Nasution.

Edy-Hasan dinyatakan tidak memenuhi syarat permohonan pembatalan penetapan hasil penghitungan suara yang diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. 

"Oleh karena itu, terhadap permohonan a quo tidak terdapat alasan untuk menunda keberlakuan ketentuan Pasal 158 UU 10/2016 yang berkaitan dengan kedudukan hukum pemohon sebagai syarat formil dalam mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota di mahkamah," kata Hakim Guntur. 

"Dengan demikian, tidak ada relevansinya untuk meneruskan permohonan a quo pada pemeriksaan persidangan lanjutan dengan agenda pembuktian," pungkas hakim Guntur.

(Dyk/Tribun-Medan.com) 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram, Twitter  dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved