Berita Viral

KADES Arsin Akhirnya Muncul Ngaku Sakit hingga Turun 10 Kg, Ngaku Korban Kasus Pagar Laut

Kepala Desa Kohod, Arsin bin Asip akhirnya muncul setelah menghilang saat kegaduhan soal pembuatan dokumen Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) pagar l

Tribuntangerang.com/Nurmahadi
KASUS PAGAR LAUT - Kades Kohod, Arsin (tengah) saat konferensi pers di rumahnya, jalan Kali Baru, Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, pada Jumat (14/2/2025). Ia mengaku jadi korban kasus pagar laut dan dipaksa tanda tangan dan sebut sakit hingga turun 10 kg. 

TRIBUN-MEDAN.COMKepala Desa Kohod, Arsin bin Asip akhirnya muncul setelah disebut menghilang.

Adapun Kades Arsin bin Asip memang tengah menjadi sorotan soal pagar laut di Tangerang.

Dimana Arsin diduga menjadi dalang pembuatan dokumen Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) pagar laut di wilayahnya.

Terkini setelah menghilang beberapa waktu, Arsin muncul.

Arsin menyebut segala kegaduhan yang terjadi di Desa Kohod tak pernah ia harapkan.

"Saya Arsin bin Asip secara pribadi maupun jabatan saya selaku Kepala Desa. 

Atas kegaduhan yang terjadi di Desa Kohod, situasi tersebut tidaklah kami harapkan," ungkapnya dikutip Tribun-medan.com dari TribunTangerang.com, Minggu (16/2/2025).

"Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati saya ingin menyampaikan permohonan maaf."

"Saya yang terdalam, khusus kepada warga Desa Kohod. Dan serta seluruh Warga Negara Indonesia," ucap dia.

Kades Arsin sempat dikabarkan hilang setelah kasus pagar laut di perairan Tangerang mencuat.

Namun, Kuasa Hukum Arsin, Yunihar, membantah jika hilangnya kliennya itu karena berniat untuk kabur.

Baca juga: FIRDAUS Oiwobo Pamer Harta ke Hotman Paris, Ngaku Punya Gunung di Bogor:Bisa Beli Banyak Lamborghini

"Bahwa tidak benar klien kami kabur ke luar negeri ataupun menghilang."

"Faktanya klien kami selalu berada dan tinggal di Desa Kohod sebagaimana tempat tinggalnya saat ini," kata Yunihar, dikutip Sabtu (15/2/2025).

Yunihar menuturkan, alasan kliennya jarang terlihat di rumah atau Kantor Desa Kohod, karena situasi yang tidak kondusif.

"Ada pun jarang terlihat, baik di rumah maupun di kantor desa, karena klien kami ingin menjaga kondusifitas masyarakat di Desa Kohod yang saat ini ada dua paksi, paksi pendukung dan paksi yang menolak," jelasnya.

Sumber: Tribun Sumsel
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved