Medan Terkini

Sumut Alami Deflasi 0,63 Persen pada Februari 2025, Tarif Listrik Turun Jadi Pendorong Utama

Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat deflasi sebesar 0,63 persen secara Month to Month (m-to-m) pada Februari 2025.

|
DOK/BPS SUMUT
DEFLASI SUMUT - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Asim Saputra, dalam Berita Resmi Statistik (BRS) yang disampaikan di Gedung BPS Sumut, Jalan Asrama No. 179, Medan, Kamis (6/3/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Provinsi Sumatera Utara (Sumut) mencatat deflasi sebesar 0,63 persen secara Month to Month (m-to-m) pada Februari 2025.

Hal ini diumumkan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Asim Saputra, dalam Berita Resmi Statistik (BRS) yang disampaikan di Gedung BPS Sumut, Jalan Asrama No. 179, Medan.

Deflasi ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menurunkan tarif dasar listrik, sehingga masyarakat dapat menikmati harga yang lebih terjangkau, terutama dalam menyambut bulan Ramadan.

Asim menjelaskan, penurunan tarif listrik menjadi penyumbang terbesar deflasi dengan andil sebesar 0,62 persen.

Selain itu, beberapa komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, bawang merah, dan telur ayam ras juga turut berkontribusi dalam menekan inflasi.

"Pengeluaran untuk perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami deflasi signifikan sebesar 4,86 persen. Ini menjadi kabar baik bagi masyarakat, terutama dalam momen Ramadan," ujar Asim.

Meski demikian, tidak semua kelompok mengalami deflasi. Beberapa sektor justru mencatat inflasi, seperti kesehatan yang naik 0,38 persen, transportasi 0,35 persen, serta jasa keuangan dan pendidikan yang masing-masing naik 0,01 persen. Kelompok penyediaan makanan dan minuman di restoran juga mengalami inflasi sebesar 0,14 persen.

Secara Year on Year (y-o-y), Sumut justru mengalami inflasi sebesar 0,73 persen pada Februari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,81 persen, diikuti oleh pakaian dan alas kaki (2,09 persen), serta kesehatan (2,20 persen).

Asim menambahkan, lima komoditas dominan penyumbang inflasi secara m-to-m adalah emas perhiasan (0,09 persen), tomat (0,07 persen), kentang (0,04 persen), cabai rawit (0,04 persen), dan tarif parkir (0,02 persen). Sementara itu, kelompok peralatan pribadi dan jasa lainnya mencatat inflasi tertinggi secara y-o-y sebesar 8,60 persen.

“Dengan adanya deflasi ini, diharapkan masyarakat Sumut dapat lebih terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama di tengah persiapan menyambut Ramadan. Pemerintah pun terus memantau perkembangan harga komoditas untuk memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga,” ungkapnya.

(cr26/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved