Ekshumasi Siswa SMA di Asahan
Ada Tanda Bercak Merah dan Keganjilan di Jasad Pandu Brata, Ahli Forensik : Ga Usah Dipungkiri, Ada
Ekshumasi atau pembongkaran makam siswa sekolah menengah atas (SMA) itu berlangsung setidaknya hampir empat jam.
Penulis: Alif Al Qadri Harahap | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.COM, RAYA - Ekshumasi telah selesai dilakukan oleh tim forensik rumah sakit Bhayangkara TK II Medan terhadap jasad korban Pandu Brata Siregar (18) yang diduga dianiaya oleh oknum polisi Polsek Simpang Empat, Polres Asahan.
Ekshumasi atau pembongkaran makam siswa sekolah menengah atas (SMA) itu berlangsung setidaknya hampir empat jam.
Dokter forensik RS Bhayangkara TK II Medan, dr Ismurizal SpF mengaku menemukan beberapa keganjilan di jasad korban dengan adanya beberapa bercak merah.
"Sudah kita otopsi, sudah kita ambil semua dan kita lihat. Nanti dia dirangkum semua ya," ungkap Dokter Forensik RS Bhayangkara TK II Medan, dr Itsmurizal, Minggu (16/3/2025).
Katanya, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan lebih lanjut hasil ekshumasi yang sudah dilakukannya bersama para tim.
"Kan dia sudah dikubur, kita lihatlah nanti. Ada memang seperti warna kemerahan gitu ya. Tapi, belum bisa kita simpulkan karena harus ada pemeriksaan tambahan," katanya.
Saat disinggung soal adanya tanda-tanda keganjilan pada tubuh korban, Ismurizal mengakui ditemukan ada beberapa keganjilan pada tubuh korban.
"Adalah, ga usah kita pungkiri ada," jawabnya tegas.
Ia mengaku, hasil pemeriksaan ini akan keluar dua pekan ke depan apabila tidak adanya pemeriksaan tambahan.

Keluarga korban, Ragil Siregar, meminta agar hasil ekshumasi tidak dimanipulasi dan menjadikan perkara ini terang benderang.
"Harapan keluarga, hasil ini terbongkar jangan ada di neko-neko," kata Ragil Siregar.
Kakak korban, mengaku Pandu Brata Siregar merupakan anak yang pendiam dan tidak banyak bicara ketika berkumpul dengan keluarga.
"Dia (Pandu) pendiam, tidak banyak bicara. Dia baik dan hobi berolahraga," katanya.
Selain itu, korban memiliki hobi masak dan mengulik makanan-makanan yang dia suka. "Dia ga neko-neko, dia anak rumahan," katanya.
Ia mengaku, korban memiliki cita-cita sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan masih mempersiapkan fisik untuk mendaftar.
"Berkas memang belum. Tapi dia sudah mempersiapkan diri," pungkasnya.
Kapolres Asahan, AKBP Afdhal Junaidi mengaku akan transparan terhadap hasil ekshumasi yang dilakukan oleh tim forensik untuk mengungkap penyebab kematian korban Pandu Brata Siregar (18) siswa sekolah menengah atas (SMA) yang diduga dianiaya oleh oknum polisi.
Ekshumasi yang dilakukan dirumah korban di Desa Parlaki Tangan, Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, Minggu (16/3/2025).
Afdhal mengaku, pihak forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara Medan masih melakukan pemeriksaan terhadap jasad korban Pandu Brata Siregar.
"Kita sedang melakukan ekshumasi dan otopsi terhadap jasad korban," ungkap Kapolres Asahan, AKBP Afdhal Junaidi saat memonitor proses ekshumasi.
Katanya, dengan dilakukan ekshumasi ini, diharapkan kematian korban dapat kejelasan dan terang-benderang.
"Mohon doanya, semoga hasilnya cepat bisa kita relis, pastinya dengan ilmu kedokteran forensik yang dilakukan saat ini," ujarnya.

Katanya, saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap perkara ini dan akan merilis hasil penyelidikan tersebut.
Sebelumnya, Pandu Brata Siregar (18) meninggal dunia setelah diduga dianiaya oleh oknum polisi.
Dikabarkan, korban mengalami kekerasan yang dilakukan oleh oknum polisi setelah menonton balap lari pada Minggu (9/3/2025) malam.
Dijelaskan salah seorang kerabat yang tak ingin disebutkan namanya ini, korban sempat mengaku ditendang sebanyak dua kali oleh oknum.
"Jadi awalnya dia ini nonton balap lari sama teman-temannya, di dekat PT Sintong. Kemudian, ada polisi dua sepeda motor ngejar bubarkan balap itu. Karena kewalahan, mereka satu sepeda motor tarik lima," ungkap keluarga korban, Selasa (11/3/2025).
Selanjutnya, terjadi aksi kejar-kejaran antara diduga polisi dengan sepeda motor yang ditumpangi oleh korban.
"Setelah dikejar, satu orang lompat kemudian lari. Lepas dari kejaran polisi. Saat korban yang lompat, terjatuh dan pengakuan korban saat itu langsung ditendang sebanyak dua kali," ungkapnya.
Setelah diamankan, korban. Sempat dibawa ke Polsek Simpang Empat dan dijemput dan dibawa berobat.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan rumah sakit, diagnosa dari dokter itu ada yang bocor bagian dalamnya. Kalau tidak salah lambungnya," ungkapnya.
Katanya, terdapat beberapa luka lain dibagian kepala dan wajah korban. Kini, keluarga masih berembuk terkait rencana melaporkan kejadian ini ke Propam Polres Asahan.
"Korban ini anak yatim piatu. Saat ini sudah dalam proses pemakaman, laporan ini kami masih pertimbangkan apakah akan membuat laporan karena masalah biaya juga," katanya.
(cr2/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Apabila Terbukti, Tokoh Pemuda Asahan Minta Polres Asahan Tindak Oknum Polisi yang Aniaya Pandu |
![]() |
---|
Ahli Forensik Temukan Ketidakwajaran saat Bongkar Makam Siswa yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi |
![]() |
---|
Keluarga Pandu Brata Hadirkan Dokter Independen untuk Pembanding dari Hasil Otopsi |
![]() |
---|
Polres Asahan Transparan Sampaikan Hasil Ekshumasi Makam Siswa yang Tewas Diduga Dianiaya Polisi |
![]() |
---|
Keluarga Hadirkan Dokter Independen Untuk Pembanding dari Hasil Otopsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.