Sumut Terkini
Kisah Mantan Bandit Lubuk Pakam yang Sudah Taubat, Terus Lakukan Solat Taubat Tiap Malam
Malah kehidupannya kala itu sering memalukan orangtuanya karena dianggap bandit besar oleh banyak orang.
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN. com, LUBUKPAKAM- Terlahir sebagai anak seorang polisi tidak membuat sosok Azhar Harahap (60) hidup dalam kedisiplinan.
Malah kehidupannya kala itu sering memalukan orangtuanya karena dianggap bandit besar oleh banyak orang.
Sempat terjerumus ke dunia hitam membuat 4 kali mengantarkan dirinya ke jeruji besi dan merasakan dinginnya penjara.
Mulai dari kasus penganiayaan, perampokan, bandar judi hingga narkoba pernah dilakoni sosok Azhar Harahap.
Nama Azhar Harahap memang tidak begitu populer ditelinga warga Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Hal ini lantaran dari kecil ia sudah akrab disapa Aan.
Nama panggilan ini nama yang dibuat oleh orang tua angkatnya yang keturunan Thionghoa karena dianggap sebagai anak bandal. Aan sempat dijuluki sebagai preman besar di Lubuk Pakam.
Berbagai kalangan sempat menyeganinya dan ini yang membuatnya saat itu mudah untuk menambah tebalnya isi dompet.
Kemudian dihabiskan untuk meminum-minuman beralkohol dan dihabiskan ke diskotik.
Namun semua itu kini sudah ditinggalkan bertahun-tahun oleh pria berusia 60 tahun ini.
Sehari-hari ia pun lebih banyak menghabiskan waktu untuk beribadah dan ke masjid.
Selain tidak lagi meninggalkan solat 5 waktu, salat sunah juga terus ia kerjakan.
Mulai dari Salat Dhuha di pagi hari hingga solat taubat di tengah malam.
Aan kini sudah merasa lebih tenang dengan kehidupannya yang sekarang.
Bapak 4 orang anak dan sudah memiliki beberapa cucu ini tinggal di Desa Bakaran Batu Kecamatan Lubuk Pakam.
Saat www.tribun-medan.com datang ke kediamannya, Aan pun sempat bercerita anak perempuannya lah yang pertama membuatnya berubah.
Ia mengaku sudah meninggalkan semuanya sekitar tahun 2019, saat itu ia di tangkap polisi dari rumah dan pada posisinya itu anak perempuannya menangis melihat ia ditangkap.
Detak jantungnya pun berdebar kala itu.
Tekadnya semakin kuat untuk berubah karena sempat bertemu dengan seorang ustad di dalam lapas.
"Ada ustad yang jadi napi juga tapi saya banyak belajar agama dari dia. Di situlah mulai terpanggil untuk solat. Belajar ngaji saya di Lapas dari alif-alif. Saya ingat kali pesan ustad itu kalau kita taubat biarlah kita hina dimata manusia tapi bukan hina dimata Tuhan," ucap Aan.
Aan mengkisahkan, sejak SD sudah berbuat ulah.
Dari 7 bersaudara dirinyalah yang sering memalukan orang tua.
Dikelas 6 ia pun sudah berani merokok.
Kemudian memasuki SMP orangtuanya pun harus berulang kali mencarikan sekolah untuknya. Sering berulah membuatnya beberapa kali dipecat.
"Ya melawan guru makanya dipecati saja. Nggak ada yang mau lagi di Lubuk Pakam saya pun disekolahkan ke Mandala tinggal sama Tulang.
Waktu STM di Lubuk Pakam lagi dan itupun dipecat dibeberapa sekolah baru kemudian dipindahkan ke Marendal sama ayah. Kalau almarhum Ayah sudah capek carikan sekolah dan saya juga udah capek dilibasi tapi nggak pernah saya melawan, diam saja," sebut Aan.
Sambil duduk di kursi teras rumah, Aan menyebut sering berbuat ulah karena salah teman.
Sejak kecil, ia mengaku merasa lebih senang bergaul dengan orang yang lebih tua darinya.
Ntah mengapa ia juga senang melihat preman yang sering memalak meminta setoran ke tempat-tempat usaha.
"Ada dulu namanya pil rohid atau kurtak. Itu kalau sudah diminum bawaannya selalu berani aja nggak ada takut sama orang. Kepala kereta api pun berani ibaranya mukulnya," kata Aan.
Dari memalak, disitulah Aan bilang kehidupannya makin brutal dan semakin kriminal.
Perampokan pun beberapa kali dilalukan dan membuatnya setelah itu harus sporing (kabur bahasa Medan) karena korbannya sempat terluka.
Baru di era tahun 1997 berbisnis bandar togel dan kemudian dilanjutkan dengan narkoba.
Untuk urusan bermain wanita Aan mengaku tidak suka dengan hal ini karena dalam kelompoknya memang sama-sama tidak suka dengan hal ini.
"Saya bersyukur sekali anak saya sekarang nggak ada yang seperti saya. Istri saya yang sering nasehatin anak-anak supaya tidak seperti saya. Sekarang untuk menebus dosa yang pernah saya terus ini Salat Taubat tiap malam. Bangun jam 3 mandi dan wudhu. Setahun ini terus saya kerjakan dan isyaallah akan terus saya kerjakan sampai akhir hayat," sebutnya.
(dra/tribun-medan.com).
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Pakar Hukum Januari Sihotang: Istilah Penonaktifan DPR Tidak Dikenal di UUMD3 |
![]() |
---|
Pelaku Pembunuhan Mutia Pratiwi Divonis Lebih Tinggi dari Tuntutan, Berikut Uraiannya |
![]() |
---|
Pengamat Politik Sumut: DPR Temui dan Kabulkan Tuntutan Massa |
![]() |
---|
BESOK, Pemko Siantar Liburkan Sekolah Buntut Potensi Kisruh yang Menjalar ke Daerah |
![]() |
---|
Tak Ada PJJ, Besok, Siswa SMA se-Sumut Tetap Sekolah Seperti Biasa |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.