Sumut Terkini

Kades Helvetia yang Sempat Viral Jadi Bulan-Bulanan saat RDP, Tak Mau Salami Dewan di Akhir

RDP dilakukan karena sempat terjadi masalah dan viral di media sosial (medsos) karena Pemerintah Desa (Pemdes)

|
Penulis: Indra Gunawan | Editor: Ayu Prasandi
DOKUMENTASI
TOLAK BANTUAN : Kades Helvetia Kecamatan Sunggal, Guntur Sutrisno (kiri) menyampaikan pembelaan ketika momen RDP, Kamis (20/3/2025). Guntur sempat diviralkan dan dianggap menolak bantuan untuk masyarakatnya namun dibantahnya pada momen RDP.  

TRIBUN-MEDAN. com, LUBUKPAKAM- DPRD Deli Serdang menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) membahas persoalan terkait rencana pembangunan pemasangan jaringan pipa air bersih untuk masyarakat yang tinggal di Desa Helvetia Kecamatan Sunggal yang dananya bersumber dari Internasional melalui Cocacola Foundation, Kamis (20/3/2025).

RDP dilakukan karena sempat terjadi masalah dan viral di media sosial (medsos) karena Pemerintah Desa (Pemdes) setempat tidak setuju untuk dilaksanakan kegiatan pembangunan.

RDP menghadirkan pihak terkait mulai dari Pemdes, Kecamatan dan Kabupaten, PDAM Tirtanadi, Kelompok Masyarakat hingga PT Arta Jaya selaku pelaksana pekerjaan. 

Pada RDP lintas Komisi ini banyak momen yang terlihat.

Selain ada pihak yang menyalahkan PT Arta Jaya ada juga yang menyalahkan Kepala Desa Helvetia, Guntur Sutrisno.

Saat itu Guntur sempat menjadi bulan-bulanan kekesalan beberapa dewan karena dianggap tidak bijak dalam menyikapi kasus ini sehingga kemudian viral di medsos. 

Suasana RDP sempat memanas saat itu karena ketika Guntur banyak diberi masukan untuk tidak lagi arogan di desanya oleh Antony Napitupulu selaku dewan, ada perangkatnya yang menjabat kepala dusun berani memprotes.

Dengan nada marah dewan-dewan lain pun kemudian bereaksi dan mengusir Kadus tersebut.

Dianggap kadus tidak mau bersedia mengikuti tata tertib rapat. 

"Bapak (Kades) jangan arogan, video-video bapak sudah banyak saya lihat (berkaitan kearoganan). Kita sangat memohon sekali supaya ini (pembangunan) tetap dilaksanakan. Bangunlah koordinasi yang bagus. Jemput bola bapak karena ini ada yang mau membantu masyarakat bapak," ujar Antony Napitupulu yang juga Ketua Fraksi PDIP. 

Sementara itu Wahyu Danin juga mengatakan yang tidak jauh berbeda.

Ia menyebut Desa Helvetia ini adalah desanya sendiri. Ia sudah mengenal sosok Kepala Desanya ini. 

"Luar biasa kali ini arogansinya Kades di kantor Camat saja nggak bisa ditenangkan (seperti momen di video viral bersitegang dengan masyarakat saat momen mediasi)," kata Wahyu Danin. 

Merasa banyak dipojokkan saat itu, Guntur pun sempat cuek dengan setiap pernyataan yang disampaikan dewan.

Karena terus memegang handphone dan tidak mau menatap saat diberi masukan, Guntur pun kemudian mendapat teguran.

"Tolong lihat saya. Pakai hati kita ada karena mereka. Jangan merasa bapak lebih hebat," kata Wahyu Danin Politisi PAN. 

Guntur sempat diawal membela dirinya.

Ia membantah menolak bantuan yang mau diberikan namun ditegaskan yang ditolaknya adalah sistem yang dilakukan.

Dari awal dianggap program ini tidak ada koordinasi yang dilakukan PT Arta Jaya kepada Pemerintah Desa.

Ia merasa harusnya pihaknya dilibatkan bukan malah tidak dianggap.

Selain itu ia juga heran mengapa masyarakat kemudian ada mau dipungut biaya Rp 1,2 juta tanpa sepengetahuannya. 

"Nggak pernah mereka Assalamu'alaikum sama kita. Bukan bantuannya yang mau kita tolak tapi sistemnya. Begok kalau Kades menolak kalau ada bantuan," kata Guntur. 

Usai RDP Guntur tidak bersedia untuk menyalami para dewan.

Jika peserta lain saling bersalaman dengan dewan, ia pun menolak untuk melakukannya dan memilih lebih dahulu keluar ruang rapat.

Terlihat kalau saat itu Guntur datang dengan mengenakan sandal sebelah.

Hal ini lantaran telapak kakinya yang satu lagi masih dibalut perban. Disampaikannya kalau kakinya itu terkena kaca. 

Sementara itu Direktur PT Arta Jaya, Armawati Chaniago menerangkan kalau bantuan yang mau diberikan oleh Cocacola Foundation ini bukan sifatnya CSR melainkan Grant atau hibah.

Ia merasa jika memang dianggap kurang koordinasi dengan pemerintah setempat ia memohon maaf dan ini dianggap menjadi kelemahan pihaknya.

Meski demikian ia menegaskan kalau program yang mau dijalankan ini bukan hanya baru dilakukan sekarang saja.

Disebut dari beberapa titik hanya di Desa Helvetia ini saja yang terjadi gejolak. 

"(Terkait soal 1,2 juta yang mau dibebankan ke penerima manfaat) itu bukan pengusiran tapi kontribusi dan uangnya bukan mau diserahkan ke Arta Jaya tapi sama kelompok (masyarakat)," kata Armawati. 

Dalam RDP ini Pemkab Deli Serdang melalui Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Cikataru) mengaku bersedia untuk mensupport kegiatan apa yang mau dilakukan oleh PT Arta Jaya kedepannya.

Saat itu Kadis Cikataru, Rachamdsyah menyampaikan menyayangkan apa yang terjadi sebelumnya.

"Dari awal harusnya dilibatkan Pemda dan Desa. Kami sendiri nggak tau ini programnya apa ini. Kalau mau diteruskan duduk bersama jangan ada yang ditutup-tutupi.

Kami sendiri saja kalau pasang pipa kulonuwon sama Desa. Harusnya juga memudahkan jangan ada pengutipan," ucap Rachmadsyah.

TOLAK BANTUAN : Kades Helvetia Kecamatan Sunggal, Guntur Sutrisno bersitegang dengan warganya di aula kantor Camat, Senin (3/3/2025). Warga kecewa dengan sikapnya karena berkaitan dengan bantuan pemasangan jaringan untuk air bersih.
TOLAK BANTUAN : Kades Helvetia Kecamatan Sunggal, Guntur Sutrisno bersitegang dengan warganya di aula kantor Camat, Senin (3/3/2025). Warga kecewa dengan sikapnya karena berkaitan dengan bantuan pemasangan jaringan untuk air bersih. (Screenshoot video)

Sebelumnya, penolakan bantuan pembangunan pemasangan jaringan pipa air bersih dari pihak swasta kepada masyarakat yang ditolak oleh Pemerintah Desa Helvetia Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang viral di media sosial.

Dari video yang beredar penolakan langsung diucapkan oleh Kepala Desa Helvetia, Guntur Sutrisno. Masyarakat yang kecewa dengan keputusannya itu pun langsung memviralkannya. 

Dari video yang dilihat www.tribun-medan.com sempat terjadi perdebatan keras antara Guntur dengan masyarakatnya.

Masyarakat dan Kades sama-sama tampak emosi dan saling menyanggah.

Disebut-sebut kalau kejadian itu terjadi di aula kantor Kecamatan Sunggal pada Senin, (3/3/2025). 

"Saya menolak, saya menolak. Mana saya tandatangan,"ucap Guntur yang didengar dari video. 

Sementara itu karena emosi masyarakat dan kades sama-sama tidak bisa dibendung beberapa orang yang ada di sekitar pun berusaha untuk menenangkan.

Namun kedua belah pihak tetap saja berucap dengan nada lantang.

Beberapa masyarakat pun sempat bercetus setelah mendengar pernyataan kades yang sempat mau mengucapkan akan mengusir pihak perusahaan yang akan melakukan pengerjaan.

"Lain kali katanya PT Arta Jaya diusir, " ucap seorang warga. 

Saat dikonfirmasi Kamis (6/3/2025) pagi, Guntur belum bersedia untuk berkomentar banyak.

"Nanti saya jelaskan ya, nanti saya telepon balik," kata Guntur dari sambungan telepon. 

Dari informasi yang dihimpun pihak swasta yang merencanakan untuk membantu warga Desa Helvetia ini adalah pihak USAID yang bermitra dengan Coca-Cola Foundation.

Adapun yang akan melakukan pengerjaan di lapangan adalah pihak PT Arta Jaya.

Disebut-sebut selama ini pihak PT Arta Jaya tidak pernah melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Pemerintah Desa sehingga membuat pihak desa tersinggung dan kecewa. 

Camat Sunggal, Danang Purnama Yuda yang dikonfirmasi menganggap permasalahan ini hanya masalah miskomunikasi.

Pada dasarnya mulai dari Pemerintah Kabupaten, Kecamatan hingga Pemerintah Desa mendukung adanya bantuan dari masyarakat melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

Karena kejadian ini diakui kalau saat ini pihak PT Arta Jaya telah menyurati pihaknya meminta pernyataan apakah mendukung program untuk masyarakat ini atau tidak. 

"Intinya sebenarnya Pemerintah Desa, Kecamatan itu nggak akan menghambat tapi mendukung. Miskomunikasi saja ini," ucap Danang. 

Danang mengakui dari keterangan Kades ia merasa selama ini koordinasi dengan desa kurang. Meski sudah ada sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan di hotel namun Kades merasa harus ada juga sosialisasi dan kordinasi dengan Pemerintah Desa.

Yang ada pihak perusahaan yang ingin melakukan pengerjaan di lapangan hanya berkoordinasi dengan kelompok masyarakat yang mau menerima bantuan. 

"Meski sudah ada komunikasi dengan Kabupaten dan Kecamatan maunya Kades ini minta digandenglah mereka. Menurut versi Kades gitu mereka nggak ada koordinasi. Yang dapat sumbangan 300 tapi ternyata masyarakat yang minat berlebih sampai 600," kata Danang. 

Karena banyak yang minat, lanjut Danang, Kades menyampaikan mau ada dilakukan pengutipan uang atau ada yang akan dikenakan biaya untuk pemasangan jaringan air ini sebagai tambahan dana.

Dianggap kalau Kades mengenai hal ini juga wajib harus tahu karena sebelumnya tidak ada musyawarah lebih dahulu.

Disebut Kades hanya menyesalkan mengapa tidak ada komunikasi dengan pihak desa lebih dahulu.

(dra/tribun-medan.com). 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved