TRIBUN WIKI
Fakta Seputar Lokasi Syuting Film Pabrik Gula yang Penuh Aura Kolonial
Lokasi syuting film Pabrik Gula dilakukan di dua tempat berbeda. Pertama di Pabrik Gula Gondang Winangoen, Klaten, Jawa Tengah dan di kawasan Cirebon.
TRIBUN-MEDAN.COM,- Film horor Pabrik Gula berhasil memikat para penonton.
Kini, warganet pun penasaran dengan lokasi syuting film Pabrik Gula tersebut.
Sebab, lokasi syuting film Pabrik Gula ini dianggap cukup mendukung dengan latar kisah mistis yang bikin bulu kuduk merinding itu.
Dari informasi yang ada, lokasi syuting film Pabrik Gula dilakukan di dua tempat.
Baca juga: Sinopsis Film Pabrik Gula Uncut yang Dijamin Bikin Bulu Kuduk Merinding

Baca juga: Heboh Film Horor Pabrik Gula Uncut, Apa Bedanya dengan yang Cut?
Pertama, lokasinya ada di Pabrik Gula Gondang Winangoen di Klaten, Jawa Tengah.
Kedua, di pabrik gula daerah Cirebon, Jawa Barat.
Pabrik Gula Gondang Winangoen di Klaten, Jawa Tengah sudah berhenti beroperasi sejak tahun 2017.
Setelah tidak lagi dipakai untuk memproduksi gula, kawasan ini dijadikan lokasi agrowisata berbasis edukasi dan rekreasi.
Kendati demikian, suasana horor di pabrik gula tersebut masih melekat.
Apalagi arsitekturnya bergaya kolonial, yang makin menguatkan nuansa mistis tempat tersebut.
Baca juga: Sinopsis Film Horor Pabrik Gula, Kisah Mistis Pekerja yang Diteror Makhluk Kerajaan Demit
Awi Suryadi, sang sutradara mengatakan, pemilihan lokasi syuting film Pabrik gula itu bertujuan untuk menciptakan atmosfer yang autentik sesuai dengan nuansa horor yang diinginkan dalam film.
Terbukti, sejak ditayangkan, film Pabrik Gula yang dirilis dua versi tersebut berhasil meraih lebih dari 2 juta penonton dalam enam hari penayangannya di bioskop Indonesia.
Data dari Cinepoint menunjukkan, sampai Minggu (6/4/2025), film Pabrik Gula telah ditonton 2.003.740 orang.
Sejarah Pabrik Gula Gondang Winangoen
Pabrik Gula Gondang Winangoen didirikan pada zaman penjajahan Belanda, sekitar abad ke-19.
Saat itu, Belanda mengembangkan banyak pabrik gula di Pulau Jawa, dengan tujuan untuk mengelola produksi gula yang menjadi komoditas penting bagi ekonomi kolonial.
Pabrik-pabrik gula ini sering kali dibangun di dekat perkebunan tebu, dan Gondang Winangoen merupakan salah satunya.
Nama "Gondang Winangoen" sendiri berasal dari daerah sekitar pabrik, dengan nama "Gondang" mengacu pada daerah sekitar, sementara "Winangoen" berasal dari kata dalam bahasa Jawa yang berarti "kegiatan" atau "usaha."

Pada masa kejayaannya, Pabrik Gula Gondang Winangoen termasuk dalam jaringan pabrik-pabrik yang dikelola oleh perusahaan Belanda yang terkenal dengan penggunaan tenaga kerja lokal untuk mengolah tebu menjadi gula.
Produksi gula dari pabrik-pabrik ini sering diekspor ke Eropa, memberikan keuntungan besar bagi pemerintahan kolonial Belanda.
Pabrik ini juga berkontribusi dalam mengembangkan infrastruktur dan ekonomi lokal pada masa itu.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, banyak pabrik gula yang sebelumnya dikelola oleh Belanda beralih menjadi milik negara atau dikelola oleh perusahaan swasta Indonesia.
Pabrik Gula Gondang Winangoen pun mengalami beberapa perubahan dalam kepemilikan dan pengelolaannya.
Pada masa pasca-kemerdekaan, pabrik ini terus beroperasi, meskipun dalam beberapa dekade terakhir mengalami penurunan produksi karena berbagai faktor, termasuk perubahan dalam teknologi dan manajemen industri gula.
Pabrik ini menjadi salah satu pabrik gula yang menyumbang hasil gula di Indonesia, meskipun industri gula di Indonesia mengalami persaingan dan tantangan dari produk gula impor.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pabrik ini pun akhirnya berhenti beroperasi pada tahun 2017.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.