Medan Terkini

Kisah Novita Simanullang, Penyandang Disabilitas Raih Tiga Medali Emas Cabor Atletik Tingkat Provsu

Setelah kegiatan yang bertajuk "We Ringg the Bell' yang diinisiasi oleh penyandang disabilitas, Novita Savitri Simanullang.

|
Penulis: Maurits Pardosi | Editor: Randy P.F Hutagaol
TRIBUN MEDAN/MAURITS PARDOSI
PRESTASI OLAHRAGA: Novita Savitri Simanullang (21) saat berada di Toba, Kamis (15/5/2025). Novita pernah mengikuti olimpiade di tingkat provinsi dan mendapat tiga medali emas pada nomor olahraga berbeda; lempar lembing, lempar cakram, dan tolak peluru. 

TRIBUN-MEDAN.com, BALIGE - Setelah kegiatan yang bertajuk "We Ringg the Bell' yang diinisiasi oleh penyandang disabilitas, Novita Savitri Simanullang menyempatkan diri bercerita soal prestasinya di bidang olahraga. 

Novita tinggal di Yayasan Harapan Jaya Pematangsiantar selama 8 tahun.

Mendapatkan perawatan medis karena menyandang disabilitas bersama dengan teman-teman lainnya. 

Novita pernah mengikuti olimpiade tingkat provinsi.

Dalam olimpiade di tingkat provinsi tersebut, ia mendapat tiga medali emas pada nomor olahraga berbeda; lempar lembing, lempar cakram, dan tolak peluru. 

"Saya pernah ikuti olimpiade disabilitas fisik. Saya mengikutinya selama setengah tahun. Dan, saat itu kita mendapatkan tiga emas," ujar Novita Savitri Simanullang (21), Kamis (15/5/2025). 

"Olimpiade berlangsung di tingkat propinsi. Ada tiga medali emas yang saya peroleh waktu itu. Nomor yang saya ikuti adalah lempar lembing,  tolak peluru, dan lempar cakram," terangnya. 

Saat ini, dirinya tidak menggeluti olahraga tersebut karena masih dalam pemulihan setelah tiga kali keluar-masuk rumah sakit. 

"Setelah ikuti olimpiade tersebut, saya keluar-masuk rumah sakit sebanyak 3 kali sehingga olahraga itu saya tinggalkan," lanjutnya. 

"Jika saya sakit, apa gunanya saya ikuti olahraga itu. Saya tidak mau juga membebani orang lain," sambungnya. 

Saat olimpiade, ia tengah berumur 18 tahun. Selama setengah tahun, ia mesti mempersiapkan diri demi olimpiade tersebut.

"Waktu itu saya umur 18 tahun. Selama 8 tahun saya tinggal di Yayasan Harapan Jaya," terangnya. 

Awalnya menjadi atlet muncul saat ia bersama teman lainnya ikuti acara bersama dengan penyandang disabilitas yang dikelola Yayasan Karya Murni. 

Saat itu, seseorang memintanya menjadi atlet setelah ada izin dari pihak Yayasan Harapan Jaya Pematangsiantar.

"Pendidikan atlet itu saya peroleh ketika suster Harapan Jaya bertemu dengan seorang bapak dan mengatakan bahwa saya punya potensi untuk bidang olahraga," terangnya. 

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved