Berita Internasional

Pernikahan Mewah Berakhir Ricuh, Pengantin Pria Ditagih Utang Ratusan Juta di Tengah Resepsi

Sebuah pesta pernikahan yang seharusnya menjadi momen penuh sukacita berubah menjadi kekacauan setelah pengantin pria didatangi kerabat.

|
pexels.com
PERNIKAHAN KACAU: Ilustrasi pernikahan. Pesta pernikahan kacau, pengantin pria ditagih utang ratusan juta di acara resepsi. Pengantin pria tersebut diketahui meminjam uang sekitar Rp 200 juta dari kerabatnya untuk modal bisnis, Selasa (27/5/2025). 

TRIBUN-MEDAN.com - Sebuah pesta pernikahan yang seharusnya menjadi momen penuh sukacita berubah menjadi kekacauan setelah pengantin pria didatangi kerabat yang menagih utang di tengah acara.

Insiden tersebut terjadi di sebuah hotel mewah di Tiongkok, dan kini viral di media sosial, menuai perdebatan publik.

Dikutip dari Eva.vn Selasa (27/5/2025), menurut laporan saksi mata, acara pernikahan yang dipenuhi dekorasi bunga segar dan gemerlap lampu itu awalnya berjalan lancar.

Para tamu telah duduk rapi, menantikan momen sakral sepasang pengantin bersatu dalam ikatan suci.

Namun, suasana berubah drastis ketika seorang wanita paruh baya berbaju merah tiba-tiba masuk ke aula pernikahan dengan wajah tegang.

Tanpa menyapa siapa pun, wanita tersebut langsung melemparkan selembar kertas kepada ibu pengantin pria yang tengah duduk di kursi kehormatan.

Ia kemudian naik ke panggung dan berteriak lantang.

“Mana pengantin pria? Keluar dan lunasi utangmu! Jangan kira bisa kabur setelah menikah!” ucapnya.

Keributan itu membuat suasana menjadi tegang.

Sejumlah tamu mencoba meredakan situasi, meminta sang wanita untuk tidak membuat kegaduhan di hari pernikahan.

Namun wanita berbaju merah itu menolak tenang.

“Saya tidak datang untuk merayakan pernikahan ini. Dia tidak mengundang saya. Saya datang untuk menagih utang!” katanya.

Belakangan diketahui bahwa wanita tersebut adalah bibi dari pengantin pria.

Ia mengaku telah meminjamkan lebih dari 100.000 yuan (sekitar Rp200 juta) kepada keponakannya untuk modal bisnis.

Namun hingga bertahun-tahun berlalu, utang tersebut tidak pernah dikembalikan.

Pengantin pria sempat berjanji mencicil, namun kemudian menghilang dan memutus komunikasi.

Menurut pengakuan sang bibi, dia memutuskan datang ke pesta pernikahan karena merasa tidak punya pilihan lain.

Ia mengetahui bahwa keponakannya menggelar pesta mewah dan berharap sebagian dana pernikahan digunakan untuk melunasi utang.

“Saya pikir, kalau dia bisa membayar pernikahan seperti ini, tentu dia bisa membayar utangnya. Saya sendiri sedang kesulitan dan butuh uang itu,” ungkapnya.

Namun, bukannya mendapatkan tanggapan positif, pengantin pria justru menuding bibinya iri dan sengaja ingin mempermalukannya.

“Kamu cemburu karena aku bahagia dan ingin merusak hari pentingku,” kata pria tersebut, seperti ditirukan oleh saksi mata.

Situasi itu semakin dramatis ketika ibu mempelai pria membaca surat utang yang diberikan sang bibi.

Ia tak kuasa menahan emosi, menangis tersedu dan duduk di lantai, meratapi nasibnya.

Ibu tersebut merasa tertipu, karena selama ini percaya bahwa putranya adalah pebisnis sukses.

Kericuhan tersebut menyebabkan banyak tamu undangan memilih pulang lebih awal.

Mereka kehilangan selera makan, dan suasana pesta menjadi suram.

Rekaman insiden ini tersebar luas di media sosial Tiongkok, mengundang berbagai tanggapan publik.

Banyak netizen berpihak pada sang bibi, menyatakan bahwa tindakan penagihan tersebut bisa dimaklumi karena utang adalah kewajiban moral yang harus dibayar.

Namun sebagian lainnya menilai bahwa meskipun sang bibi benar, tempat dan waktunya kurang tepat, karena turut menyakiti pihak mempelai wanita dan keluarganya yang tidak tahu-menahu soal utang tersebut.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter   dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved