Berita Viral
DAFTAR NAMA Pejabat Iran Dihabisi Israel, Terungkap Pemimpin Tertinggi Ayatollah Dilindungi Trump
Daftar Nama Pejabat Iran Dihabisi Israel dalam Serangan 4 Hari Ini, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ternyata Dilindungi Presiden Trump
TRIBUN-MEDAN.COM - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei diduga dalam perlindungan Amerika Serikat Presiden Donald Trump.
Hal itu setelah terbongkar perintah Donald Trump yang disebut mengeluarkan veto atau menolak rencana Israel untuk menghabisi Ayatollah Ali Khamenei.
Laporan ini muncul ketika Israel sudah leluasa untuk menghabisi Ayatollah Ali Khamenei.
Diketahui, jet-jet tempur Israel telah bebas gentayangan di langit Iran untuk melakukan serangan.
Bahkan, di Ibu Kota Teheran, jet tempur Israel sudah bebas terbang.
Bebasnya jet tempur Iran ini diduga setelah Iran kehilangan sebagian besar penangkis serangan udara.
Laporan media televisi pemerintah Iran seperti dikutip dari Reuters, Senin (16/6/2025), Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Effie Defrin mengatakan, pihaknya telah menetapkan wilayah udara Iran aman untuk melancarkan serangan.
"Kami telah menetapkan kebebasan bertindak di udara Iran bagian barat menuju Teheran," kata Defrin.
Baca juga: ISRAEL Minta Warga Iran Menjauh dari Lokasi Pembuatan Nuklir, Hingga Kini Teheran Terus Digempur
Dia mengklaim pilot-pilot pesawat tempurnya bisa terbang sekitar 2,5 jam di langit Teheran.
Selain itu, drone-drone Israel juga bebas gentayangan 24 jam penuh tanpa gangguan.
Pesawat-pesawat tanpa awak Israel melakukan pengintaian terlebih dulu untuk mengumpulkan informasi intelijen kemudian diakhiri dengan serangan 200 jet tempur.
Pejabat tersebut juga mengatakan lebih dari 70 jet tempur Israel menyerang 40 target di dalam dan sekitar Teheran sepanjang Jumat-Sabtu.
"Ini adalah pertama kalinya kami beroperasi di wilayah udara Taheran," kata Defrin.
"Ini merupakan penetrasi terdalam Israel ke Iran sejauh ini,"sambungnya.
Dalam serangan Israel yang disebut "operasi singa bangkit" ini, sejumlah pejabat tinggi Iran tewas.
Bahkan, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei nyaris dibunuh, namun dilarang Presiden AS.
Dikabarkan, Trump memberikan kesempatan kepada pemimpin tertinggi Iran itu untuk perundingan nuklir.
Berikut ini daftar nama 11 pejabat militer Iran dan ilmuwan nuklirnya yang tewas dalam serangan Israel sejak Jumat (13/6/2015) tersebut.
Mereka bagian terpenting dari Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
1. Kepala Staf Angkatan Bersenjata Militer Iran Mayor Jenderal Mahommad Bagheri
2. Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami
3. Komandan Markas Besar Khatam Al Anbiya dan anggota IRGC Mayor Jenderal Gholami Rashid
4. Komandan Pasukan Antariksa IRGC Amir Ali Hajizadeh
5. Penasihat senior Ali Khameini,
6. Ilmuwan nuklir sekaligus rektor Universitas Islam Azad Mohammad Mechdi Tehranchi
7. Ilmuwan nuklir sekaligus mantan Ketua Organisasi Energi Atom Iran Fereydoun Abbasi
8. Ilmuwan nuklir Abdolhamid Minouchehr
9. Ilmuwan nuklir Ahmadreza Zolfaghari
10. Ilmuwan nuklir Amirhossein Feqhi
11. Ilmuwan nuklir Motalleblizadeh
Kenapa Presiden Trump Larang Israel Membunuh Ali Khameini?
Terungkap Presiden AS Donald Trump menolak rencana Israel (mengeluarkan veto) untuk membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Informasi itu disampaikan tiga pejabat AS yang namanya dirahasiakan kepada CBS News.
Presiden Trump dilaporkan mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa membunuh Khamenei "bukan ide yang bagus", menurut seorang pejabat.
Percakapan tersebut dikatakan terjadi sejak Israel melancarkan serangannya terhadap Iran pada hari Jumat.
Selama wawancara dengan Fox News, Netanyahu tidak secara langsung mengonfirmasi atau membantah laporan dari Reuters bahwa Trump telah memveto rencana untuk membunuh Ayatollah tersebut.
"Ada begitu banyak laporan palsu tentang percakapan yang tidak pernah terjadi dan saya tidak akan membahasnya," kata Perdana Menteri Israel.
"Tetapi saya dapat memberi tahu Anda bahwa saya pikir kami melakukan apa yang perlu kami lakukan. Kami akan melakukan apa yang perlu kami lakukan dan saya pikir Amerika Serikat tahu apa yang baik bagi Amerika Serikat dan saya tidak akan membahasnya,"pungkasnya.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada CBS News bahwa "pada prinsipnya" Israel tidak "membunuh para pemimpin politik, kami fokus pada nuklir dan militer. "Saya tidak berpikir siapa pun yang membuat keputusan tentang program-program tersebut harus hidup bebas dan mudah".
Sementara, Presiden Trum belum mengomentari laporan CBS News tersebut secara terbuka.
Israel pertama kali melancarkan serangan terhadap infrastruktur nuklir Iran dan target lainnya pada hari Jumat (13/6/2025).
Kedua negara terus melancarkan serangan besar-besaran satu sama lain sejak saat itu, dengan serangan memasuki hari keempat pada hari Senin (16/6/2025) waktu setempat.
Dalam unggahan terakhirnya di Truth Social tentang meningkatnya situasi di Timur Tengah, Presiden Trump mengatakan "Iran dan Israel harus membuat kesepakatan", dan menambahkan bahwa ia akan membuat keduanya menghentikan permusuhan "seperti yang saya lakukan terhadap India dan Pakistan".
Berbicara kepada wartawan sebelum berangkat ke pertemuan puncak G7 di Kanada, Presiden Trump mengatakan, AS akan terus mendukung Israel dan menolak mengatakan apakah dia telah meminta negara itu untuk menghentikan serangannya terhadap Iran.
Putaran berikutnya, perundingan nuklir AS-Iran awalnya dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu (15/6/2025), tetapi mediator, menteri luar negeri Iran Oman Badr Albusaidi, mengumumkan sehari sebelumnya bahwa perundingan tersebut telah dibatalkan.
Iran mengatakan kepada Qatar dan Oman bahwa mereka tidak terbuka untuk merundingkan gencatan senjata selama masih diserang Israel, seorang pejabat yang diberi pengarahan tentang komunikasi tersebut mengatakan kepada kantor berita Reuters pada hari Minggu (15/6/2025).
Sebelumnya, Presiden Trump mengatakan pada hari Sabtu (14/6/2025), bahwa AS "tidak ada hubungannya dengan serangan terhadap Iran".
"Namun, jika kita diserang dengan cara apa pun, bentuk atau rupa oleh Iran, kekuatan penuh dan kekuasaan Angkatan Bersenjata AS akan menyerang Anda pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya," kata dia memperingatkan.
Trump menegaskan, memberikan kesempatan kepada Iran untuk perundingan nuklir. Karena nuklir yang diproduksi Iran diduga untuk membuat 9 bom atom yang dinilai membahayakan dunia dan Israel.
Putra Mahkota Iran, Reza Pahlavi, Salahkan Ayatollah Ali Khamenei
Terpisah, Putra Mahkota Iran, Reza Pahlavi, justru menyalahkan pemerintahan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Reza Pahlavi pun mengajak pasukan keamanan Iran untuk memisahkan diri dari pemerintahan Ayatollah Ali Khamenei.
Anak dari raja terakhir Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, itu menyalahkan Khamenei atas keterlibatan Iran dalam perang, yang menurutnya bukan untuk kepentingan rakyat.
Adapun perang Israel-Iran pecah sejak Jumat (13/6/2025).
Hingga hari keempat, Senin (16/6/2025), jumlah korban tewas di Iran mencapai 224 orang dan lebih dari 1.200 lainnya terluka. Sedangkan di Israel sebanyak 13 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Lantas, siapa Reza Pahlavi dan kenapa dia mengajak militer, polisi, dan pasukan keamanan memberontak melawan Khamenei?
Reza Pahlavi, aktivis, advokat, dan putra tertua Shah terakhir Iran (Putra Mahkota Iran).
Reza Pahlavi adalah pewaris takhta dari monarki pro-Barat Iran yang tumbang akibat Revolusi 1979.
Sejak itu, ia hidup di pengasingan dekat Washington DC, Amerika Serikat (AS).
Menurut situs web rezapahlavi.org, Reza Pahlavi lahir di Iran pada 31 Oktober 1960, usianya kini 64 tahun.
Pahlavi menghabiskan hampir seluruh masa dewasanya di pengasingan.
Selama lebih dari 45 tahun, ia tidak pernah kembali ke tanah airnya. Istrinya, Yasmine, pun demikian.
Ketiga putri mereka bahkan belum pernah menginjakkan kaki di Iran, menurut laporan New York Post.
Sang putra mahkota meninggalkan Iran pada usia 17 tahun untuk bersekolah militer di Amerika Serikat (AS), beberapa saat sebelum ayahnya turun takhta pada 16 Januari 1979 karena sakit kanker.
Turunnya Shah membuka jalan bagi Ayatollah Ruhollah Khomeini untuk mendirikan Republik di Iran, konsep yang hingga kini masih diusung dengan sistem teokrasi konservatif.
Meski berasal dari dinasti monarki, Pahlavi menyatakan dirinya tidak mengejar restorasi kerajaan.
Ia lebih memilih menggunakan namanya untuk mendukung gerakan demokrasi yang bersifat sekuler di Iran.
“Saya tidak mencalonkan diri untuk jabatan apa pun. Peran saya adalah memastikan terbentuknya pemerintahan sementara yang bisa menggelar pemilu dan menyerahkan keputusan akhir kepada rakyat Iran,” ungkapnya.
Di bawah kekuasaan mendiang Mohammad Reza Shah Pahlavi, Iran pernah menjadi sekutu Israel.
Kini, Putra Mahkota Reza Pahlavi juga dikenal memiliki hubungan baik dengan negara tersebut.
Ia bahkan sempat melakukan kunjungan ke Israel dua tahun lalu.
Komunitas Diaspora Iran pro-monarki, yang kerap mengibarkan bendera kekaisaran Iran, juga menunjukkan dukungan terhadap Israel dalam berbagai aksi unjuk rasa. Salah satunya terjadi setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Kenapa Reza Pahlavi melawan rezim Iran?
Sejak di pengasingan, Reza Pahlavi konsisten menyerukan perubahan.
Ia mengadopsi filosofi non-kekerasan ala Martin Luther King Jr dan Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan demokrasi sekuler di Iran.
"Lihat saja Dubai 40 tahun lalu dan sekarang. Iran seharusnya bisa menjadi seperti Jepang, bukan justru menyerupai Korea Utara,” ujar Reza dalam wawancara dengan NY Post (13/4/2024).
Pernyataannya itu disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan Timur Tengah, termasuk perang Hamas-Israel. Iran bahkan disebut menyelundupkan senjata ke Tepi Barat.
“Kita seharusnya berinvestasi pada rakyat Iran, bukan terus memberi dana pada rezim yang justru menggunakannya untuk mendanai proksi mereka,” ucapnya.
Di tengah konflik Iran dan Israel yang semakin memanas, Pahlavi membayangkan skenario pasca-Ayatollah, yaitu terbentuknya “Perjanjian Cyrus” antara Iran dan Israel.
Konsep ini serupa dengan Perjanjian Abraham yang mendamaikan Israel dengan negara-negara Teluk.
“Bayangkan jika Iran, Israel, Arab Saudi, dan UEA (Uni Emirat Arab) mengalihkan anggaran pertahanan mereka ke bidang pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Ia pun membayangkan aliansi seperti NATO yang memajukan perdamaian di kawasan.
Namun, realitas di lapangan masih jauh panggang dari api Pahlavi lalu mengusulkan dua strategi utama: tekanan maksimum terhadap para pejabat Iran melalui sanksi dan labelisasi IRGC (Garda Revolusi Iran); serta dukungan maksimum untuk rakyat Iran yang berkali-kali bangkit melawan, mulai dari gelombang protes 2009, demonstrasi air dan ekonomi pada 2017-2019, hingga demo besar pada 2022 setelah kematian Mahsa Amini.
Namun, seperti protes-protes sebelumnya, gerakan ini dipadamkan dengan kekerasan.
Lebih dari 537 demonstran tewas, dan lebih dari 20.000 orang ditangkap. Tahun 2023 menjadi yang terburuk dengan 853 eksekusi, tertinggi sejak 2015.
Disebut figur populer di dalam negeri Iran
Meski dikritik sebagai anak dari penguasa otoriter yang digulingkan, survei terbaru yang dikutip New York Post dari Empirical Research and Forecasting Institute pada 2024 menunjukkan, 79,9 persen warga Iran lebih memilih Reza Pahlavi sebagai pemimpin, dibandingkan tokoh oposisi lainnya maupun pemimpin saat ini.
Tren sekularisasi juga meningkat.
Survei pemerintah yang bocor ke BBC Persian menunjukkan dukungan terhadap pemisahan aturan agama dan negara meningkat dari 31 persen pada 2015, menjadi 74 persen.
Menurut Saeed Ghasseminejad dari Foundation for Defense of Democracies, Reza Pahlavi dianggap sebagai simbol nasionalisme yang kini menjadi satu-satunya alternatif efektif terhadap gerakan radikal.
“Karena nama, latar belakang, dan posisinya, Reza dianggap sebagai pemimpin alami dalam gerakan pemulihan identitas nasional Iran,” ujarnya.
(*/Tribun-medan.com)
Baca juga: KOMANDAN Perang Iran dari Korps Ansar Al-Mahdi Tewas Lagi, Reza Najafi Terkena Serangan Israel
Baca juga: KENAPA Presiden Trump Larang Israel Membunuh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei?
Baca juga: Israel Makin Intens Gempur Iran dari Timur hingga Barat, 224 Tewas dan 1.200 Luka-luka
Artikel ini sebagian telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapa Putra Mahkota Iran Reza Pahlavi, Kenapa Ajak Militer Berontak Lawan Khamenei?": https://www.kompas.com/global/read/2025/06/16/060024670/siapa-putra-mahkota-iran-reza-pahlavi-kenapa-ajak-militer-berontak-lawan?page=all#page2.
Daftar Nama Pejabat Iran Dibunuh Israel
Pejabat Iran Tewas
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei
Trump Lindungi Pemimpin Tertinggi Iran
| KURUN 4 Hari Dua Pengemudi Mobil Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Jakarta |
|
|---|
| TAMPILAN BARU David Ozora Kini Bikin Video Roasting Mario Dandy yang Masih Dipenjara |
|
|---|
| BERIKUT BIODATA Suci Feblika Silaban, Sarah Wanda Nainggolan, dan Ronny Dharma Prasetya yang Viral |
|
|---|
| HARTA KEKAYAAN Gubernur Muhidi yang Tak Sepakat Pernyataan Menkeu Purbaya Soal Dana Mengendap |
|
|---|
| 119 Orang Tewas Dalam Bentrok Polisi dengan Geng Pengedar Narkoba di Brasil, Presiden Ngaku Ngeri |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.