TRIBUN WIKI
1 Suro 2025 yang Bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah, Ini Pantangan Menurut Tradisi Jawa
1 Suro 2025 jatuh pada 27 Juni 2025 bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah. Adapun malam 1 Suro 2025 yakni tanggal 26 Juni 2025.
Penulis: Array A Argus | Editor: Array A Argus
TRIBUN-MEDAN.COM,- Mendekati akhir bulan Juni 2025, ada dua momen spesial yang akan terjadi di saat bersamaan.
Momen spesial itu adalah 1 Suro 2025 dan 1 Muharram 1447 Hijriah.
Bagi masyarakat Jawa, 1 Suro adalah tanggal keramat.
Momen ini dipercaya diliputi oleh kekuatan magis.
Baca juga: 1 Muharram 1447 Hijriah Kapan? Benarkah Bersamaan dengan 1 Suro 2025? Simak Penjelasannya

Karenanya, ada beberapa pandangan yang menyebut bahwa di saat 1 Suro, ada baiknya masyarakat menghindari sejumlah pantangan yang bisa mendatangkan kesialan.
Di sisi lain, 1 Muharram 1447 Hijriah merupakan Tahun Baru Islam.
Ini menandai hijrahnya Nabi Muhammad S.A.W dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.
Dengan peristiwa hijrah itu, maka umat Islam menandainya tonggak awal penanggalan Islam.
Penanggalan Islam ini untuk memudahkan sistem penanggalan yang baku, terutama setelah menerima surat dari Abu Musa Al-Asyari yang tidak mencantumkan tanggal.
Baca juga: 5 Doa Mustajab Akhir Tahun Jelang 1 Muharram 1447 Hijriah, Memohon Diberi Keselamatan
1 Suro 2025
1 Suro 2025 dapat dipastikan jatuh pada tanggal 27 Juni 2025.
Lalu bagaimana dengan Malam 1 Suro?
Apakah penanggalannya sama?
Bila melihat kalender Jawa dan Primbon Jawa, Malam 1 Suro itu jatuh pada malam sebelum tanggal 1 Suro.
Artinya, Malam 1 Suro akan jatuh pada tanggal 26 Juni 2025.
Malam 1 Suro terjadi mulai selepas matahari terbenam pada hari Kamis malam, 26 Juni 2025.
Baca juga: Niat Puasa Asyura dan Keutamaannya yang Harus Anda Ketahui
Masyarakat Jawa umumnya menghindari keluar rumah pada malam 1 Suro karena diyakini banyak makhluk halus berkeliaran.
Keluar rumah tanpa keperluan dianggap bisa mendatangkan kesialan atau gangguan gaib.

Menggelar pesta besar seperti pernikahan atau sunatan pada malam 1 Suro dianggap tabu dan dapat membawa malapetaka.
Tradisi ini berakar sejak masa Sultan Agung yang mengimbau rakyatnya untuk berdoa dan menyepi di malam tersebut.
Baca juga: Sisa Libur Bulan Juni 2025 Ada Berapa, Cek Jadwal Tahun Baru Islam atau 1 Suro 2025
Memulai pembangunan atau pindah rumah pada malam 1 Suro diyakini dapat mengundang kesialan seperti penyakit, penderitaan, atau rezeki terhambat.
Beberapa komunitas melakukan ritual bisu (diam tanpa bicara) pada malam 1 Suro sebagai bentuk pengendalian diri dan penghormatan terhadap leluhur.
Selain itu, berbicara kasar atau berkata buruk diyakini dapat menjadi kenyataan dan mendatangkan hal negatif.
Menjaga ketenangan dan suasana khidmat sangat dianjurkan.
Keributan atau suara bising dianggap mengganggu energi spiritual malam yang sakral ini.
Baca juga: 27 Juni Hari Apa? Ini Larangan yang Mesti Anda Ketahui, Masih Berhubungan dengan 1 Suro
Masyarakat dianjurkan untuk menghindari ucapan negatif, kasar, atau hal-hal yang dapat menarik energi buruk.
Ada kepercayaan bahwa ucapan buruk pada malam ini bisa menjadi kenyataan.
-
Berdiam diri di rumah, memperbanyak doa dan tirakatan.
-
Melakukan introspeksi dan pengendalian diri.
-
Melaksanakan ritual khusus seperti "Tapa Bisu" (diam tanpa bicara) terutama di lingkungan Keraton.
-
Menghormati leluhur dan dunia gaib dengan menjaga kesucian malam tersebut.
Baca juga: Malam 1 Suro 2025 Kapan? Simak Penjelasannya Menurut Primbon Jawa dalam Kalender Jawa
Tradisi Tahun Baru Islam
Di Indonesia, terdapat sejumlah tradisi dalam menyambut Tahun Baru Islam atau 1 Muharram.
Berikut ini beberapa tradisi yang masih ada hingga saat ini.
Di banyak daerah di Indonesia, masyarakat mengadakan pawai obor yang melibatkan anak-anak hingga orang dewasa.
Mereka mengenakan pakaian Muslim dan membawa obor sambil berjalan mengelilingi lingkungan, sambil melantunkan sholawat dan doa.
Pawai ini melambangkan penerangan hati dan semangat menyambut tahun baru Islam.
Kegiatan doa bersama dan pengajian digelar di masjid, musala, sekolah, dan kantor-kantor sebagai bentuk refleksi dan permohonan keberkahan di tahun baru.
Umat Islam dianjurkan membaca doa akhir tahun setelah Asar dan doa awal tahun setelah Magrib pada malam 1 Muharram.
Di beberapa daerah seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah, masyarakat membuat bubur merah dan bubur putih secara bergotong royong.
Bubur ini kemudian disantap bersama sebagai simbol mempererat tali silaturahmi dan kebersamaan.
Tradisi ini digelar di daerah Jawa, terutama di Solo, sebagai bagian dari peringatan malam 1 Suro (1 Muharram).
Kirab ini melibatkan arak-arakan pusaka dan simbol budaya untuk menjaga tradisi dan nilai-nilai Islam yang menyatu dengan budaya Jawa.
Di Yogyakarta, ada tradisi tapa bisu, yaitu ritual keliling benteng keraton tanpa berbicara sepatah kata pun.
Ini merupakan bentuk pengendalian diri dan penghormatan spiritual di malam 1 Muharram.
Masyarakat di sekitar Gunung Merapi, seperti di Boyolali, mengadakan tradisi sedekah dengan melarung kepala kerbau dan hasil bumi sebagai bentuk syukur dan doa agar diberi keberkahan di tahun baru.
Beberapa komunitas juga mengadakan santunan anak yatim dan kegiatan sosial sebagai wujud kepedulian dan memperkuat ikatan sosial dalam menyambut tahun baru Islam.(ray/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.