Berita Internasional

Tangis Pilu Pengantin Wanita, Ngaku Tak Mencintai Calon Suami tapi Terpaksa Menikah Demi Orang Tua

Dalam pengakuannya di video tersebut, Yan menyatakan bahwa ia tidak mencintai pria yang akan dinikahinya.

SANOOK.COM
PERNIKAHAN VIRAL: Pengantin wanita menangis di hari pernikahannya, ngaku tak mencintai calon suami, Selasa (1/7/2025). (SANOOK.COM) 

TRIBUN-MEDAN.com - Sebuah video viral yang memperlihatkan seorang pengantin wanita menangis di hari pernikahannya mengundang perhatian luas di media sosial Tiongkok.

Dalam video tersebut, perempuan muda itu mengaku tidak mencintai calon suaminya dan hanya menikah demi menyenangkan hati orang tuanya.

Kejadian yang berlangsung di Provinsi Guizhou, Tiongkok bagian utara, memicu perdebatan soal tekanan budaya dan sosial terhadap perempuan untuk segera menikah.

Dikutip dari Sanook.com Selasa (1/7/2025), perempuan berusia 20 tahun yang diketahui bermarga Yan menjadi sorotan setelah sebuah video yang menampilkan dirinya menangis saat mengenakan gaun pengantin putih beredar luas di platform Douyin (versi Tiongkok dari TikTok).

Dalam rekaman itu, Yan terlihat emosional dan mengalihkan wajah dari kamera sambil menitikkan air mata.

Dalam pengakuannya di video tersebut, Yan menyatakan bahwa ia tidak mencintai pria yang akan dinikahinya.

Ia mengenalnya melalui perjodohan atau kencan buta, dan keputusan untuk menikah diambil semata-mata karena tekanan dari keluarga dan lingkungan sosial.

"Aku tidak menantikan kehidupan pernikahan ini," ujar Yan dengan nada getir.

"Orang tuaku semakin tua, dan aku juga bertambah usia. Aku merasa harus memenuhi harapan mereka sesegera mungkin," tambahnya.

Yan juga mengungkap bahwa dirinya merasa malu dan menjadi bahan gosip di kalangan kerabat serta tetangganya karena belum menikah.

Hal itu mendorongnya untuk segera mencari pasangan hidup demi menghentikan tekanan yang terus menerpanya.

"Aku menikah bukan karena cinta, tapi karena ingin membuat orang tuaku tenang. Aku merasa tidak memiliki masa depan untuk diriku sendiri," ucapnya.

Kisah Yan menjadi viral dan menuai lebih dari 11.000 komentar. Warganet bereaksi beragam terhadap peristiwa tersebut. Sebagian besar merasa prihatin, sementara yang lain mengecam tekanan budaya yang masih mengakar kuat dalam masyarakat.

“Pernikahan yang dipaksakan adalah luka batin,” tulis seorang pengguna Douyin.

“Aku benar-benar merasa kasihan padanya. Hidup ini terlalu singkat untuk dijalani demi orang lain,” komentar warganet lainnya.

Namun ada pula yang khawatir terhadap dampak jangka panjang dari pernikahan ini.

“Dia tampak sangat sedih. Bagaimana jika suaminya tersakiti karena dia tidak dicintai?” tulis seorang netizen.

Sebagian lainnya mencoba berpikir positif, berharap pasangan ini dapat membangun cinta seiring waktu.

“Semoga suaminya adalah pria baik dan mereka bisa menumbuhkan cinta bersama,” tulis komentar lainnya.

Fenomena seperti yang dialami Yan bukan hal baru di Tiongkok. Tekanan terhadap perempuan muda untuk segera menikah masih kuat dalam budaya lokal.

Bahkan, dalam beberapa kasus, orang tua secara terang-terangan memaksa anak-anak mereka untuk menikah.

Survei resmi yang dirilis tahun 2016 menunjukkan bahwa provinsi Henan, Sichuan, dan Shandong memiliki tingkat tekanan tertinggi terhadap pernikahan dini dan perjodohan.

Data sensus tahun 2021 dari Biro Statistik Nasional Tiongkok mengungkapkan adanya ketimpangan rasio gender, terdapat 723 juta laki-laki dibandingkan dengan 689 juta perempuan, menciptakan selisih 20 juta pria dalam usia pernikahan ideal, yakni 20-40 tahun.

Kondisi ini memperparah tekanan sosial, terutama terhadap perempuan, untuk segera menikah.

Kisah Yan pun menjadi cerminan nyata dari konflik antara tuntutan tradisi dan kebebasan individu di era modern.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved