Pria Syok Putri yang Dirawat 6 Tahun Ternyata Bukan Anak Kandung, Ketahuan saat Urus Akta Lahir

TRIBUN-MEDAN.com - Seorang pria bernama Luong, warga kota Huxiang di provinsi Henan, Tiongkok, mengalami pukulan emosional yang sangat berat setelah mengetahui bahwa anak perempuan bungsu yang telah ia rawat selama enam tahun ternyata bukan anak kandungnya.

Fakta mengejutkan ini terungkap saat ia hendak mengurus akta kelahiran dan pendaftaran kependudukan (hukou) untuk ketiga anaknya.

Dikutip dari Eva.vn Jumat (4/7/2025) , Luong dan istrinya menikah dalam kondisi terburu-buru karena sang istri telah hamil sebelum pernikahan.

Anak pertama mereka, seorang perempuan, lahir pada tahun 2012. Anak laki-laki lahir pada tahun 2013, dan anak perempuan bungsu lahir pada tahun 2015.

Karena pernikahan dilakukan saat usia masih muda dan belum siap secara administratif, mereka tidak sempat mengurus akta kelahiran untuk ketiga anak tersebut.

Pernikahan baru didaftarkan secara resmi pada tahun 2016.

Namun, pada tahun 2017, hubungan mereka mulai retak. Pasangan itu hidup terpisah karena konflik rumah tangga yang berkepanjangan.

Sang istri telah enam kali mengajukan gugatan cerai, tetapi semuanya gagal.

Selama masa itu, Luong merawat ketiga anaknya seorang diri, sementara istrinya disebut tidak terlibat dalam pengasuhan dan terus menuntut perceraian.

Karena anak-anak belum memiliki hukou, pengadilan memerintahkan agar status kependudukan anak-anak diselesaikan lebih dahulu sebelum perkara cerai dan hak asuh dapat diproses.

Pada tahun 2021, Luong mulai mengurus akta kelahiran anak-anaknya.

Sebagai syarat, ia diwajibkan menjalani tes DNA untuk membuktikan bahwa ia benar-benar ayah biologis mereka.

Namun hasil tes DNA membuatnya terpukul. A

nak perempuan bungsu yang ia besarkan dengan penuh kasih ternyata tidak memiliki hubungan darah dengannya.

“Selama ini saya tidak pernah curiga. Ketiga anak itu sangat mirip, terutama dengan ibunya, jadi saya menganggap semuanya anak kandung saya,” ujar Luong dengan suara berat.

Meski kecewa dan merasa dikhianati, Luong memilih untuk bersikap dewasa.

Ia mengatakan bahwa anak tersebut tidak bersalah dan tetap ia anggap sebagai bagian dari keluarga.

“Anak-anak tidak bisa memilih di mana mereka dilahirkan. Dia tumbuh bersama kakak-kakaknya dan mereka sangat dekat,” ujarnya.

Namun, niat Luong untuk menyelesaikan persoalan ini secara damai justru mendapat hambatan dari ayah mertuanya.

Sang mertua menolak hasil tes DNA dan menyalahkan Luong atas keretakan rumah tangga.

Ia juga menolak untuk bekerja sama sebelum proses perceraian selesai.

Pihak keluarga Luong bahkan menuntut ganti rugi sebesar 400.000 yuan karena telah membesarkan anak yang ternyata bukan anak kandung.

Luong mengatakan bahwa sang istri bersikeras tidak akan membantu mengurus hukou anak-anak sebelum perceraian diputuskan secara resmi.

Meski begitu, ia tetap berkomitmen menyelesaikan semua administrasi demi masa depan anak-anaknya.

“Selama masalah hukou anak-anak bisa selesai, saya siap bekerja sama sepenuhnya,” katanya.

Kasus ini menyita perhatian publik di Tiongkok dan memunculkan perdebatan soal moral, hak asuh, dan tanggung jawab keluarga.

Banyak warga yang menyatakan simpati terhadap Luong dan berharap ada solusi yang adil bagi semua pihak, khususnya bagi anak-anak yang menjadi korban dari konflik rumah tangga ini.

(cr31/tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan