Berita Viral
PILU Keluarga Pemulung di Bandung Makan Bangkai Ayam Dipungut dari Pembuangan Sampah
Pilu keluarga pemulung di Bandung makan bangkai ayam yang dipungut dari pembuangan sampaha agar bisa mengisi perut
TRIBUN-MEDAN.COM – Pilu keluarga pemulung di Bandung makan bangkai ayam yang dipungut dari pembuangan sampah.
Baru-baru ini satu keluarga pemulung di Bandung menjadi sorotan setelah kedapatan makan bangkai ayam.
Ayam yang dikerubungi lalat tersebut merupakan ayam yang dipungut dari pembuangan sampah.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pun syok tak menyangka satu keluarga makan ayam yang telah jadi bangkai.
Betapa mirisnya Dedi melaihat kenyataan tersebut.
Fakta lainnya, keluarga ini juga tinggal di rumah yang kumuh dnegan tidak layak untuk sanitasi dan air bersih .
Dedi berulangkali mempertanyakan soal ayam bangkai yang dimasak sang ibu.
Ia bahkan tak kuasa melihat kenyataan itu dan memberikan bantuan demi hidup yang layak bagi keluarga tersebut.
Baca juga: ALASAN Trump Turunkan Tarif Impor untuk Indonesia jadi 19 Persen, Takut ke Prabowo Macan Asia?
Adapun Dedi Mulyadi begitu miris melihat langsung satu keluarga pemulung di Bandung Barat, Jawa Barat, memasak bangkai ayam untuk makan.
Saat itu, Dedi Mulyadi mengunjungi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (14/7/2025).
Ia dibuat syok dengan kondisi Keluarga yang berasal dari Majalaya itu tinggal di gubuk dekat TPA Sarimukti.
Potret keluarga ini sangat memprihatinkan.
Mereka tinggal di gubuk sederhana dari papan, tanpa dapur layak dan kamar mandi.
Suami mengais rongsokan, dan istri mengurus anak-anak di rumah kayu sederhana penuh lalat.
Betapa mirisnya Dedi Mulyadi melihat ayam yang dimasukan dalam panci itu telah dipenuhi lalat.
"Ya Allah ya Rabbi," ucap Dedi Mulyadi saat melihat ayam yang diambil dari tempat sampah.
"Berarti ini sudah bercampur dengan sampah bu," sambungnya.
Baca juga: Viral Pelajar 18 Tahun Tabrak Mercedes yang Ditumpangi Ibu Hamil
Ibu tiga anak itu mengaku terpaksa mengambil bangkai ayam agar bisa mengisi perut keluarga.
“Kan bangkai?” tanya Dedi dengan nada tinggi, terkejut.
“Iya, anak juga gak mau makan,” balas sang ibu.
“Masak ibu ngasih makan bangkai!?” ujar Dedi kembali dengan nada tinggi.
Meski ayam tersebut dicuci dan dimasak ulang, Dedi menegaskan bahwa hal itu sangat berbahaya bagi kesehatan.
Dedi pun menanyakan penghasilan harian sang ibu yang ternyata sangat kecil.
"Sehari ibu dapat berapa di sini?" tanyanya.
"Cuma Rp20 ribu, paling gede Rp30 ribu," jawabnya lirih.
Sang suami bekerja mengais rongsokan dan hanya menghasilkan sekitar Rp 50.000 sehari.
Dedi pun meminta KTP untuk mengecek alamat mereka dan memastikan apakah keluarga ini mendapatkan bantuan yang layak.
Saat ditanya kenapa tak tinggal di kampung saja, ia mengaku susah cari kerja di sana.
“Cari nafkah di sini, Pak. Di kampung susah pekerjaan,” kata sang ibu.
Bahkan untuk makan hari itu, ia mengaku belum punya beras karena belum mendapatkan uang.
Diketahui, sang ibu memiliki 3 anak, anak pertamanya menjadi kuli di Jakarta, yang kedua masih sekolah sd berusia 7 tahun diasuh oleh ibunya, sementara ia tinggal bersama suami dan anak bungsunya di gubuk reyot tersebut.
Melihat betapa mirisnya kondisi satu keluarga itu, Ia menegaskan bahwa pemerintah provinsi akan segera melakukan penataan terhadap pemukiman kumuh di sekitar TPA.
Ia menyampaikan keprihatinannya atas fakta bahwa sebagian besar rumah di sana tidak memiliki akses air bersih, tidak ada sanitasi memadai, dan sebagian bahkan belum teraliri listrik.
"Rumah-rumah di sini kumuh. Nanti dalam waktu tidak terlalu lama semuanya akan saya rapikan, bereskan, dan nanti rumah-rumah kumuhnya akan ditata," ucapnya.
Dedi pun berjanji akan menata kawasan kumuh tersebut, termasuk memperbaiki drainase dan merelokasi warga yang tinggal di lingkungan tak layak huni.
“Besok ada yang ngebresin ini. Drainasenya mau dirapiin. Kasur-kasur diangkat. Rumah-rumah mau saya tata, jangan begini,” kata Dedi.
Di akhir kunjungan, Dedi memberikan sejumlah uang kepada keluarga tersebut.
Si ibu tak kuasa menahan tangis dan mengucapkan terima kasih.
“Nuhun (terima kasih), Pak,” ucapnya lirih.
"Selama ini ditata, mereka akan cari kontrakan di sekitar sini," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun Sumsel
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.