Berita Viral
Sudah Belajar Sebulan, Puluhan Siswa SMAN 5 Bengkulu Mendadak Dikeluarkan karena Tak Ada Dapodik
Sebanyak 72 siswa SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, dikeluarkan dari sekolah secara mendadak. Alasannya, tidak masuk dalam sistem Dapodik.
TRIBUN-MEDAN.com - Sebanyak 72 siswa SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, dikeluarkan dari sekolah secara mendadak.
Alasan pihak sekolah, puluhan murid itu tidak masuk dalam sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Padahal, para siswa yang dikeluarkan telah mengikuti pembelajaran selama sebulan terakhir.
Dari jumlah itu, 42 wali murid mengadukan persoalan ini ke DPRD Bengkulu, sedangkan 30 lainnya mencari sekolah baru untuk anak-anaknya.
Perwakilan wali murid, Afria, menyayangkan keputusan pihak sekolah yang dinilai sepihak.
Ia mengatakan, anak-anak tersebut sudah sebulan mengikuti proses belajar di sekolah.
"Tapi tiba-tiba dikeluarkan dengan alasan tidak terdaftar dalam Dapodik. Logikanya, kalau sudah sebulan ikut KBM, artinya mereka sudah terdaftar. Kami menduga ada sesuatu yang tidak benar di balik persoalan ini," kata Afria, Selasa (19/8/2025).
Dijelaskannya, pemberitahuan pengeluaran siswa hanya disampaikan secara lisan.
Pihak sekolah meminta wali murid menandatangani surat pernyataan bersedia menerima keputusan tersebut.
"Ini jelas membuat kami sebagai orang tua merasa diintimidasi. Kami tidak bisa menerima perlakuan seperti ini," tegasnya.
Hal senada disampaikan wali murid lainnya, Ghozali.
Ia menyebut anak-anak yang dikeluarkan sebenarnya diterima di SMAN 5 melalui jalur resmi, mulai dari afirmasi, prestasi, domisili, hingga mutasi.
"Semua proses pendaftaran diikuti. Anak-anak kami juga dinyatakan lulus dan diterima sesuai prosedur. Tapi tiba-tiba saja, setelah satu bulan berjalan, mereka harus keluar. Total ada 42 siswa dari kelas yang berbeda mengalami nasib sama," kata Ghozali.
Para wali murid berharap DPRD Provinsi Bengkulu dapat memberikan solusi atas masalah ini.
"Kalau tidak ada kejelasan, kami siap mengadu langsung ke Gubernur Helmi Hasan," harap Ghozali.
Seorang ibu lainnya, yang tidak disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa anaknya menderita sakit setelah mengetahui bahwa ia tidak terdaftar, meskipun telah belajar selama sebulan dan memiliki teman baru.
"Anak kami sakit, saya juga sakit. Psikis anak saya terkena juga sejak mengetahui ia ternyata tidak terdaftar," jelasnya.
Beberapa wali murid bahkan tak kuasa menahan air mata saat menceritakan kondisi anak-anak mereka yang telah belajar sebulan namun tidak terdaftar.
"Kami mohon kebijakan. Kami mohon pihak sekolah bertanggung jawab," ujar salah satu wali murid dengan nada penuh harap.
Penjelasan Kepsek
Kepala SMA Negeri 5 Kota Bengkulu, Bihanudin, mengatakan, masalah 72 siswa dikeluarkan dari sekolah merupakan kesalahan teknis sistem dan kelalaian operator.
Ia membantah adanya permainan uang di balik keputusan mengeluarkan puluhan siswa yang sudah belajar selama sebulan.
“Itu kesalahan panitia menyuruh daftar ulang. Kalau dari sekolah tidak pernah menginstruksikan itu. Jadi sebenarnya ini bukan miskomunikasi, tapi kesalahan teknis saat masyarakat berbondong-bondong menemui operator. Padahal sudah kita ingatkan,” ujar Bihanudin usai rapat tertutup di DPRD Provinsi Bengkulu, Rabu (20/8/2025).
Menurut dia, persoalan ini diawali gangguan pada sistem aplikasi.
Para wali murid kemudian menemui panitia sekolah, yang selanjutnya menyampaikan tentang kelulusan para calon siswa di sekolah tersebut.
“Pengumuman pertama memang ada error, nomor peserta tidak muncul di sistem, sehingga sebagian orang tua hanya mendapat informasi manual,” tambahnya.
Ia menjelaskan, keputusan pemberhentian tersebut diambil berdasarkan aturan dalam seleksi penerimaan siswa yang berpedoman pada Permendikdasmen serta Peraturan Gubernur (Pergub).
SMA Negeri 5 memiliki 12 ruang belajar untuk kelas I, dengan batas maksimal 36 siswa per kelas sesuai aturan Permendiknas.
Selama proses seleksi, Bihan mengaku mengalami sakit yang mengharuskannya dirawat.
Pada 21 Juli, ia melakukan pengecekan dan menemukan bahwa setiap kelas melebihi jumlah siswa yang diizinkan.
"Saya temukan harusnya satu ruang belajar 36 murid, ternyata ada 43 murid tiap kelas," jelasnya.
Setelah menemukan masalah tersebut, Bihan memanggil seluruh wali murid yang siswanya tidak memiliki Dapodik dan menyarankan mereka untuk mencari sekolah lain.
Ketika ditanya tentang penyebab utama kisruh ini, Bihan menyatakan bahwa kesalahan teknis terjadi akibat banyaknya masyarakat yang menemui operator penerimaan siswa baru.
"Kesalahannya terletak pada berbondong-bondongnya masyarakat menemui operator. Saya sudah ingatkan operator untuk tidak menambah calon siswa, namun itu masih dilanggar," ungkapnya.
Menanggapi dugaan adanya permainan dalam penerimaan siswa baru, pihak sekolah menyatakan akan melakukan evaluasi bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Komisi IV DPRD Provinsi, wali murid, serta perwakilan sekolah.
“Makanya kita cari solusi bersama. Kita tidak bisa memaksakan kuota. Nanti akan dibicarakan dengan tim khusus agar semua anak tetap mendapat sekolah,” jelas Bihanudin.
Saat ini, pihak sekolah dan dinas tengah mengumpulkan data riil siswa yang belum tertampung untuk dipetakan ke sekolah-sekolah yang masih memiliki kuota. (*/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
LISA Mariana Ngamuk Putrinya Bukan Anak Ridwan Kamil hingga Singgung Kematian Eril:Anak Lo Udah MatI |
![]() |
---|
15 Warung di Aceh Disomasi Gegara Gelar Nobar Liga Inggris, Sempat Dituntut Rp 15 Juta, Kini Damai |
![]() |
---|
Ramalan Hard Gumay Soal Pejabat Politik Inisial A Bakal Terjaring OTT, Siapakah Orangnya? |
![]() |
---|
VIRAL Balita di Sukabumi Cacingan Hingga 1 Kg, Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya |
![]() |
---|
ALIBI Kades Soal Bocah di Sukabumi Tewas Tubuh Penuh Ribuan Cacing, Sebut Anak ODGJ, Tak Punya KTP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.