Viral Medsos

Hanya Perempuan Ini yang Mampu Mendamprat Rocky Gerung dan Katai Fadli Zon Dukun!

Editor: AbdiTumanggor
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irma Suryani dan Rocky Gerung

TRIBUN-MEDAN.COM - Viral di media sosial video cuplikan diskusi acara talk show Indonesia Lawyers Club (ILC).

Video itu mengulas masalah politik jelang Pilpres 2019.

Antara lain, pertarungan politik antara Presiden Jokowi, Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, SBY.

Salah satu narasumber yang hadir, Srikandi Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago.

Perhatian tertuju pada Irma Suryani.

Ia mendamprat Rocky Gerung.

Menurut Irma, Rocky dinilai tidak fair setiap berbicara.

Berikut rangkuman pernyataan politisi Partai NasDem, Irma Suryani Chaniago saat mendamprat Rocky Gerung dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang bertemakan "Pilpres 2019: Kembali Mega vs SBY?" di Tivi One, edisi Selasa 31 Juli 2018. 

Saya agak heran juga nih kali ini.

Saya enggak ngerti ya, tadi pak SBY curhat.

Pak SBY ini memang suka curhat pak.

Dari sejak Presiden hingga hari ini. 

Ini yang perempuan siapa, ya?

Biasanya perempuan yang suka ngeluh terus.  

Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, saya ingin menggaris bawahi saja, Fadli adik saya, saya dukung Fadli.

Karena sama-sama dari Minang, saya harus bangkitkan batang tarandam.

Itu komentar saya untuk Fadli karena dia adik saya.

Tapi Fadli ini tidak ada bedanya ketika mengomentari Kodari.

Kalau Kodari dikatain Fadli sebagai tukang dongeng, kalau Fadli ini peramal.

Dukun.

Fadli ini dukun juga.

Karena dia bisa mengatakan Indonesia ini kacau, sulit dan akan hancur kalau dipimpin Jokowi.

Kalau Pak JK ngomong begitu, JK tidak mungkin jadi wapres.

Apakah ketika nanti ketika Prabowo yang memimpin jadi presiden, Indonesia bisa maju?

Tidak! Saya tidak yakin.

Itu ramalan Fadli.

Belum ada jasa dari Prabowo.

Kemudian Fadli mencoba memotong.

Sebentar, sebentar! Saya harus ngomong dulu! Saya kakakmu, saya harus ngomong dulu. Diam dulu. 

Itu yang kedua.

Yang ketiga, saya ingin sampaikan juga tadi Bung Rocky Gerung yang sok tahu ini bilang bahwa; Pertimbangan Jokowi untuk menentukan wakil presidennya karena kearoganan Pak Jokowi dan Bu Mega.

Sok tahu banget!

Seorang akademisi, ya!

Saya mau tanya, Pak Rocky Gerung ini pernah gak jadi dekan?

Saya mau tanya, disiplin ilmunya apa ya?

Kok semuanya bisa dikomentari seenak udelnya di ILC mulai pertama saya tonton.

Tapi beliau tidak pernah melakukan secara fair.

Karena dia ini menyeraaaaaang pemerintah terus.

Menurut saya, dia itu tidak fair secara akademisi.

Sebagai orang yang bisa dimintai pendapat oleh ILC agar publik tahu bahwa pendapat akademisi ini “seperti ini loh”. Memberikan solusi, buakan memprovokasi.

Saya juga ingin sampaikan juga, Pak Rocky Gerung ini sudah merendahkan koalisi pemerintah.

Kami dari Nasdem tersinggung sebenarnya.

Ketika penetapan wapres Jokowi itu dilakukan Megawati, bukan koalisi.

Anda harus ralat itu Pak. Kami di koalisi, semuanya didiskusikan itu bersama-sama.

Bukan dengan Bu Megawati saja.

Tentu sudah. Jadi jangan sok tahu. Jadi jangan katakan “sudah, sudah, sudah!”

Anda sebagai pengamat, harusnya berdiri di tengah.

Nggak pas Anda berkomentar seperti itu.

Nggak pas Anda mewakili ILC untuk ditonton oleh Indonesia untuk Indonesia lebih baik.

Karena Anda lakukan provokasi.

Saya sangat hormat dengan Prabowo.

Sangat hormat.

Nah, kita harusnya saling menghormati.

Pilpres 2019 ini adalah ajang pertempuran Jokowi dan Prabowo.

Kalau ibu Megawati dan SBY ini adalah pembantu saja dari belakang.

Mereka hanya ketua partai. Ikut dalam koalisi.

Jangan diadu domba nih berdua.

Ini kan seolah-olah kita menghadap-hadapkan antara Bu Mega sama Pak SBY.

Jadi saya ingin kita semua di sini saling hormat menghormati.

Tadi Pak Hinca juga bilang untuk saling menghormati. Kami saling menghormati, kok.

Kalau Prabowo ke Demokrat ya tidak apa-apa.

Itu hal yang dinamis.

Nggak ada masalah.

Kita hormati kok. 

Dan kita nggak pernah mengatakan kenapa Gerindra harus ke sana?

Kalau bagi NasDem hanya satu.

Kami hanya melakukan dukungan kepada Jokowi tanpa mahar dan syarat.

Danh kedua, NasDem selalu berpikir play to win. Kami bermain dan harus menang.

Sehingga penentuan wapres itu pun karena harus menang itu tadi.

Bukan karena arogan, bukan karena petugas partai, dengan bahasa sinis itu.

Nggak baik juga ketika ILC ditonton seluruh Indonesia, tapi diisi oleh Gerung yang sampaikan.

Nggak pas!

Seharusnya bapak dihargai sebagai akademisi, tapi kalau Bapak miring-miring seperti itu pikirannya, bapak bukan pengamat, tapi politisi. Ya?

Tadi Fadili bicara, saya tidak masalah.

Pak Hinca juga bicara tidak masalah dari tadi. Karena politik itu dinamis.

Siapapun yang jadi presiden di depan, kita support.

NasDem akan dukung jika Prabowo jadi presiden.

Kalau Pak Jokowi yang kemudian menang, ya harusnya legowo juga untuk mendukung itu.

Yang kita butuhkan untuk Indonesia jadi lebih baik.

Bukan siapa yang berkuasa.

Itu loh.

Untuk Indonesia harusnya kita pikirkan.

Jadi jangan diulang-ulang terus Rocky Gerung ngadu sana sini.

Nggak bener ini.

Sebagai perempuan, saya terhina jika perempuan seperti Bu Megawati dihina oleh orang seperti Rocky Gerung ini.

Pernah gak bapak tahu bahwa Bapak adalah laki-laki?

Rocky Gerung memotong pembicaraan. Dia mengatakan, tidak berbicara soal gender

Bapak mengatakan bahwa Mega itu arogan.

Padahal menurut saya dan rakyat Indonesia, bapak yang arogan.

Bapak sok pinter. Itu gak bener!

Bapak harus fair.

Ini bapak selalu membully Jokowi, tidak pernah ada baiknya di mata bapak. 

Ketika Jokowi melakukan kebaikan, bapak harus support dan apresiasi.

Ketika Jokowi lakukan kesalahan, bapak kritisi.

Bapak selalu mem-bully.

Saya catat itu.

Jadi saya ingatkan sekali lagi.

Bapak bukan siapa-siapa.

Jokowi tidak perlu orang seperti Rocky Gerung.

Karena orang seperti Rocky tidak berikan solusi, tapi provokasi.

Selanjutnya Karni Ilyas memberikan kesempatan berbicara kepada Fadli Zon. 

Fadli menjelaskan soal jasa Prabowo selama bertugas di TNI.

Rocky Gerung tampak salah tingkah.

Beberapa mengubah posisi duduk selama Irma mendampratnya.

Bahkan sempat mau menginterupsi, namun dipotong Irma. 

Dia benar-benar tidak berkutik.

Aktivis Buruh

Irma Suryani Chaniago lahir di Metro, Lampung, 6 Oktober 1965.

Menurut data yang dikut Tribun-Medan.com dari Wikipedia, ia seorang aktivis buruh dan politisi Partai NasDem.

Ia merupakan anggota DPR RI periode 2014 - 2019 mewakili pemilihnya dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Selatan II.

Komisi IX yang mengurusi bidang Tenaga kerja & Transmigrasi, Kependudukan, dan Kesehatan.

Pada Pemilihan Umum Legislatif 2014, Irma caleg melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Selatan II yang mencakup kabupaten Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Ilir, Empat Lawang, serta kota Muara Enim, Lahat, Pagar Alam, dan Prabumulih.

Irma memegang beberapa jabatan di partai Nasdem, selain menjabat Ketua Bidang Kesehatan, Perempuan dan Anak DPP Partai NasDem.

Iaa juga memimpin dua organisasi sayap partai, dengan jabatan sebagai Ketua Umum DPP Garda Wanita Malahayati atau Garnita Malahayati yang diresmikan pada tanggal 19 Juli 2011.

Selain itu juga Ketua Umum DPP Gerakan Massa Buruh (Gemuruh) NasDem yang dideklarasikan pada tanggal 2 September 2012.

Irma Chaniago lulus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia, Jakarta.

Ia dikenal sebagai tokoh aktivis perjuangan kaum buruh. Pernah dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Serikat Buruh Maritim & Nelayan Indonesia (SBMNI) dan Ketua MPO Serikat Buruh Perkebunan Indonesia (SBPI).

Tonton Videonya: 

Berita Terkini