TRIBUN MEDAN.com - Seorang kerabat Prada Deri Pramana (DP), terdakwa kasus mutilasi pacarnya sendiri, Vera Oktaria, mendadak hilang. Padahal Dodi Karnadi, paman Prada DP, termasuk saksi penting dalam kasus mutilasi ini.
Dodi merupakan orang yang ditemui Prada DP usai menghabisi Vera. Prada DP juga menceritakan perbuatan kejinya kepada Dodi.
Dodi sedianya bersaksi di Pengadilan Militer I-04 Jakabaring Palembang, Kamis (8/8/2019), kemarin. Namun, ia tak hadir karena keberadaannya tidak diketahui hingga kini.
"Surat dari kepala desanya menyatakan bahwa saudara Dodi Karnadi memang benar tidak berada di tempat dan tidak diketahui keberadaannya," kata ketua majelis hakim Letkol Chk Khazim SH yang membacakan surat keterangan dari kepala desa tempat Dodi Karnadi tinggal.
Letkol Chk Khazim pun menegaskan agar para saksi diupayakan dapat dihadirkan pada persidangan mendatang.
"Namun demikian, harus diupayakan agar seluruh saksi dapat hadir dalam persidangan," ujarnya.
Sidang kembali ditunda dan akan dilanjutkan pada Selasa (13/8/2019) mendatang.
Kesaksian bibi Prada DP, Elsa Eliza pada sidang sebelumnya mengatakan, Dodi merupakan salah seorang yang mendengar langsung pengakuan Prada DP bahwa dirinya sudah membunuh Vera Oktaria.
Selain Dodi Karnadi, Prada DP juga berkomunikasi dengan Imam Satria (36 tahun).
Imam disebut-sebut sebagai orang yang menyarankan Prada DP membakar mayat Vera Oktaria untuk menghilangkan jejak.
Bukan hanya menyarankan, bahkan Imam-lah yang membelikan peralatan yang dibutuhkan Prada DP untuk membakar mayat Vera Oktaria dalam kamar hotel.
Dalam dakwaan tak disebutkan secara pasti kenapa Prada DP dan pamannya, Teguh, meminta saran dari Imam Satria.
Imam Satria kini sudah meninggal dunia. Mayatnya ditemukan mengapung di Sungai Dawas Sungai Lilin Musi Banyuasin pada 9 Juni 2019, atau tepat sebulan setelah peristiwa mutilasi pada 8 Mei 2019 silam.
Informasi yang dihimpun, setelah gagal memutilasi tubuh Vera, Prada DP bingung memindahkan mayat dari kamar hotel Sahabat Mulya. Akhirnya, Prada DP datang ke rumah Teguh, pamannya.
Di sana mereka lalu bertemu dengan Imam.
"Bagaimana menghilangkan mayat Vera ini?" tanya Prada DP pada Imam saat itu, seperti dibacakan oditur dalam dakwaan.
"Bakar saja," jawab Imam.
Prada DP kemudian menyerahkan uang kepada Imam untuk membelikan peralatan yang diperlukan, seperti, racun nyamuk bakar spiral, korek api kayu dan karet gelang. Setelah terkumpul, Prada DP lalu kembali ke hotel.
Namun, setelah merangkai alat pemicu untuk membakar mayat Vera, Prada DP merasa kasihan.
Setelah urung membakar Vera pada percobaan pertama, Prada DP lalu bertemu lagi dengan Imam di rumah Teguh.
Imam saat itu bilang, "Masa kamu sudah diajari nggak bisa," jawab Imam.
Usai itu Prada DP lalu bergegas lagi ke hotel dan menyalakan pemicu untuk membakar dan meninggalkan kamar. Belakangan pemicu api itu gagal.
Sementara Elsa Eliza, bibi Prada DP, di persidangan mengaku dapat informasi bahwa Prada DP berada di Sungai Lilin pada 8 Mei 2019 lalu. Kabar tersebut diterimanya melalui sambungan telepon dari Dodi Karnadi yang merupakan kakak ipar Elsa.
"Waktu tiba di Sungai Lilin, saya lihat ada Deri (Prada DP) dan Imam di rumah Dodi," ujarnya.
Dilanjutkannya, saat itu Elsa dan suaminya tiba di rumah Dodi sekitar pukul 15.00 WIB. Hampir satu jam mereka di sana. Di situlah sempat terjadi percakapan antara Elsa dan Prada DP.
"Waktu ketemu, sambil nangis langsung saya tanyakan kenapa kamu lari dari pendidikan. Dia jawab “Tante tidak tahu masalahnya”. Saya tanya lagi, tapi dia jawab sudahlah," cerita Elsa.
Elsa juga sempat bertanya mengenai keberadaan Vera yang saat itu diketahui telah menghilang. "Saya tahu kabar Vera hilang dari keponakan saya (kakak perempuan Deri) yang nelepon dan bilang ibu Vera mencari dia (Prada DP). Saya tanya, kamu tahu tidak Vera ada di mana. Dia jawab tidak tahu," ujarnya.
Kemudian Elsa dan suaminya memutuskan untuk pulang. Namun, di tengah perjalanan pulang Elsa kaget karena suaminya menceritakan pengakuan Prada DP yang telah membunuh Vera.
"Di jalan, saya diceritakan suami bahwa Deri sudah membunuh Vera," ujarnya.
Mengetahui kabar tersebut, Elsa lantas menghubungi orangtua Deri yang sedang dalam perjalanan menuju ke Sungai Lilin.
Elsa meminta agar orangtua Deri datang ke rumahnya dulu untuk memberitahu mengenai apa yang telah dilakukan Deri terhadap Vera.
"Ibu Deri mau ketemu anaknya. Akhirnya kami ke Sungai Lilin lagi dan ketemu sama Deri jam 21.00 malam," jelasnya.
"Setelah itu kami pulang. Deri sempat ikut sama kami. Tapi dia dan Dodi minta diturunkan di simpang. Sedangkan Imam pulang naik motor. Setelah itu saya tidak tahu lagi mereka mau ke mana, karena saat ditanya mereka tidak menjawab dengan jelas," ungkapnya.
Namun, Dodi sempat meminta uang ke Elsa sebesar Rp.2 juta dengan alasan akan diberikan ke Prada DP. "Saya baru dengar kabar sekitar dua minggu kemudian. Kemungkinan kalau Deri sudah ada di Banten. Tapi alamatnya, saat itu saya kurang tahu dimana," katanya.
Baca: Uki Umumkan Hengkang dari NOAH, Bagikan Cerita Persahabatannya Bersama Ariel sejak SMP
Baca: TERNYATA HAMIL, Polisi Ungkap Fakta Baru Pembunuhan, Pria (EF)Tikam Kekasiih 22 Kali Usai Bersetubuh
Baca: AKHIRNYA PARTAI DEMOKRAT Angkat Bicara tak Diundang PDI P di Kongres Bali, Beda Gerindra dan PAN
Kronologi Lengkap
Terungkap di persidangan, pada 8 Mei 2019 pagi, Prada DP terlihat panik usai menghabisi Vera Oktaria.
Pukul 06.00, Prada DP kemudian keluar dari kamar dan menuju teras belakang penginapan. Setelah sempat mondar-mandir, Prada DP lalu masuk ke gudang yang tak ada orang di sana.
Di dalam gudang tersebut, Prada DP kemudian mengambil gergaji besi bekas yang tidak bergagang.
Dia kemudian nekat memotong mayat Vera Oktaria di dalam toilet kamar yang dia tempati. "Terdakwa lalu memotong siku tangan kanan korban dengan gergaji yang diambilnya dari gudang. Sebelum tangan korban putus, gergaji yang digunakan patah," kata Oditur.
Prada DP pun kebingungan untuk melenyapkan mayat Vera. Selanjutnya, pada pukul 08.00, Prada DP keluar kamar dengan membawa patahan gergaji besi dibungkus pakaian dengan tas ransel.
Dengan mengendarai sepeda motor milik Vera, Prada DP pergi ke Jembatan Sungai Lilin. Di sanalah Prada DP membuang pakaian dan gergaji besi itu.
Setelah itu Prada DP pergi ke rumah Dodi, paman terdakwa. Kepada Dodi, Prada DP mengakui telah membunuh Vera Oktaria.
Prada DP lalu memberi uang pada Dodi untuk membeli plastik besar untuk membuang mayat Vera.
Setelah mendapatkan kantong plastik itu, Prada DP berangkat ke pasar Sungai Lilin. "Terdakwa membeli jeruk dan salak 1 kilogram dan gergaji besi Rp 50 ribu dan kembali ke penginapan," katanya.
Sampai di penginapan, Prada DP sempat memberi salak kepada petugas resepsionis. Ia lantas kembali menggergaji tubuh korban di kamar. Ia melanjutkan memotong siku Vera sampai putus.
Ia melanjutkan menggergaji bagian tubuh lain tapi kemudian gergaji itu kembali patah. Karena kebingungan, Prada DP lalu menelepon Teguh dan meminta dibelikan gergaji tapi ditolak.
Prada DP lalu pergi ke pasar Sungai Lilin lagi. Di sana ia lalu membeli tiga ransel. Namun sesampai di hotel Prada DP merasa tiga tas tadi kurang besar dan ia kembali ke Pasar Sungai Lilin lagi untuk membeli koper.
Prada DP mengukur tubuh Vera dengan koper. Ia lalu meletakkan potongan tangan Vera ke koper itu. Namun, ia merasa tas itu tak cukup menampung jasad Vera.
Ia kembali lagi ke Pasar Sungai Lilin untuk membeli koper yang lebih besar sekitar pukul 10.00. Setelah itu, ia kembali ke kamar.
Prada DP merasa ia sudah tiga kali bolak-balik keluar kamar. Untuk menutupi kecurigaan orang lain, ia pun berpura-pura menonton televisi sambil makan jeruk yang dibelinya.
Pukul 15.00, Prada DP keluar lagi membawa baju seragam Indomaret milik Vera dan pakaian barang-barang lainnya. Pakaian itu lalu dibuang dari atas jembatan lagi.
Prada DP kembali membeli gergaji kayu, kapak, dan cutter. Ia lalu ke rumah Teguh untuk menitipkan ponsel milik korban dan miliknya.
Teguh dan Prada DP lalu menelepon orang bernama Imam.
Adapun Imam ditemukan tewas tenggelam di Sungai Dawas Desa Pinang Banjar, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin pada 22 Juni 2019 lalu, atau sebulan setelah peristiwa mutilasi Vera.
Kepada Imam, Prada DP bertanya cara menghilangkan mayat. Imam lalu memberikan ide supaya Prada DP membakar jasad Vera.
Prada DP lalu menyuruh Imam untuk membeli perlengkapan dengan uang Rp 70 ribu. Setelah mendapatkan perlengkapan, Prada DP kembali ke penginapan Sahabat Mulia.
Kemudian sesampai di kamar, Prada DP mulai mengeluarkan racun nyamuk berbentuk spiral dan merakit racun nyamuk itu dengan korek api agar jadi seperti pemicu kebakaran.
Ia lalu mengangkat mayat Vera dan meletakkannya di atas kasur. Ia menyiram sedikit mayat Vera dengan bensin. Ia lalu meletakkan barang-barang yang sudah disiram dengan bensin ke atas tubuh Vera.
Namun saat memulai proses untuk membakar, Prada DP tiba-tiba merasa kasihan. Ia kemudian mengambil air dan menyiram racun nyamuk menyala yang jadi pemicu tersebut.
Pukul 17.30, Prada DP kembali ke rumah Teguh dan kembali bertemu dengan Imam.
"Imam lalu bilang, masa sudah diajarin masih nggak bisa," kata Imam saat itu.
Prada DP lantas kembali ke kamar penginapan. Ia lalu membakar lagi racun nyamuk itu. Setelah itu Prada DP meninggalkan kamar itu dan tak kembali lagi.
Ternyata pemicu itu tak berfungsi hingga akhirnya mayat Vera yang sudah membusuk ditemukan.
Malam setelah meninggalkan hotel, Prada DP lalu pergi ke rumah kerabatnya dan bertemu dengan Leni, ibu Prada DP yang sudah di sana.(*)