Polisi Nyaris Dibunuh Preman

Kapolda Sumut Bilang Enggak Ada Preman, Anggotanya Malah Dibacoki Hendak Dibunuh Anggota OKP

Editor: Array A Argus
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aipda Eko Sugiawan saat dilarikan ke rumah sakit usai dibacok oleh puluhan orang.

TRIBUN-MEDAN.COM,MEDAN- Kekhawatiran dan keresahan masyarakat soal sikap 'lembek' polisi terhadap preman terbukti.

Setelah sebelumnya polisi mendamaikan preman yang menikam dan mengeroyok pedagang Pasar Pringgan, kini giliran anggota polisi yang dikeroyok preman.

Bukan cuma dikeroyok, anggota polisi yang bertugas di Polsek Medan Timur itu dihujani bacokan, hingga nyaris tewas.

Kuat dugaan, aksi para preman di Sumut ini makin menjadi-jadi lantaran tidak ada tindakan tegas dari kepolisian.

Sejumlah preman yang ditangkap, dilepas lagi dengan alasan sudah membuat surat perjanjian dan sebagainya.

Padahal sebelumnya, Kapolda Sumut Irjen RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, bahwa dirinya tidak akan memberi ruang bagi preman di Sumatera Utara.

Baca juga: OKP Bentrok Karena Spanduk, Kapolda: Tidak ada Preman-preman di Sumatera Utara

Baca juga: Pedagang yang Ditikam Sempat Jadi Tersangka, Polisi Damaikan Korban dengan Preman

Bahkan, Panca dengan tegas menyebut tidak ada preman di Sumut.

Tapi nyatanya, anggotanya sendiri nyaris mati dibunuh preman kelompok organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP).

Adapun anggota kepolisian yang menjadi korban upaya pembunuhan ini tak lain Aipda Eko Sugiwan.

Aipda Eko Sugiwan nyaris dibunuh saat berada di Perumahan Kalpatara Indah, Jalan Setia Budi, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia, pada Jumat (22/10/2021) lalu.

Kronologis Kejadian

Kasus penyerangan yang berujung upaya pembunuhan ini bermula saat Edi Susanto, kakak kandung Aipda Eko Sugiwan berbisnis rental truk dengan anggota OKP berinisial DK.

Saat diwawancarai, Edy yang merupakan suami dari Aiptu Surya Ningsih ini mengatakan, pada Rabu (13/10/2021) lalu DK datang jendak menyewa truk sebanyak tujuh unit ke Kabupaten Langkat. 

"Awalnya datanglah DK ini, sebelumnya memang sudah kenal. Sudah pernah merental sama kita sekali dua kali, enggak ada masalah. Makanya kita percaya sama dia," kata Edi kepada Tribun-medan.com, Minggu (31/10/2021).

Ia mengatakan, saat itu dirinya mengaku tidak memiliki unit sebanyak yang diinginkan.

Namun, Edi mencarikan truk yang diminta kepada rekannya bernama Pohan dan Anto.

Baca juga: Video Detik-detik Pedagang Pajak Pringgan Berdamai dengan Preman yang Tikam Dirinya

"Saya bilang sama dia (DK), unit saya enggak ada. Kalau bisa saya bantu satu unit. Jadi saya telpon kawan saya. Dapatlah dari Anto tiga unit dari Pohan empat unit," sebutnya.

Edi menambahkan, penyewaan truk tersebut dihitung perhari, satu truk Rp 900 ribu.

DK pun menyetujui, dan menyewa tujuh unit selama enam hari.

DK mengaku kepada Edi bahwa truk tersebut ia pakai untuk bekerja bersama dengan ketua OKP/Ormas di Kabupaten Langkat. 

"Dia bilang kerja sama dengan ketua ormas sana, mau nimbun PKS. Sama kita ya terserah, yang penting bayar uang rental," tuturnya.

Lalu, sore harinya datanglah orang menggunakan mobil yang disebut-sebut merupakan anggota OKP tersebut.

"Bertransaksilah mereka, si DK ini ngambil deposit sama anggota Ormas ini. DK minta bantu, minta surat tanda terima supaya ketua Ormas itu percaya, bahwa di sinilah tempatnya, jadi kita bantulah," ujarnya.

Baca juga: Rekaman CCTV Penikaman Pedagang Sayur oleh Preman di Pasar Pringgan yang Sempat Dijadikan Tersangka

Setelah itu, karena DK menyewa tujuh truk selama enam hari, ia pun menerima uang sewanya sebesar Rp 37,8 juta.

"Besoknya, berangkatlah truknya pagi empat unit, kemudian tiga lagi nyusul siang. Ketemulah sama mereka di sana," ungkapnya.

Kemudian, setelah berjalan dua hari, tiba-tiba DK menghubungi Edi mengatakan dia tidak sanggup dan meminta agar penyewaan dibatalkan.

"Dipulangkan semua (truk yang disewa), karena enggak sanggup bayar rental. Jadi ku telpon DK ini, hitungan dulu kita, tapi dia enggak datang," sebutnya.

Lalu, hari berikutnya, anggota ormas mendatangi kantor Edy dan memaki-maki.

"Datanglah utusan ketua ormas itu, dibilangnya saya penipu, tukang olah. Jumpanya sama karyawan saya, kebetulan saya enggak ada," ucapnya.

Tak lama kemudian, Edy tiba di kantor. 

Dia bertemu dengan anggota ormas tersebut, dan saat itu pula DK datang. 

Mereka pun saling berdebat hingga akhirnya DK menyarankan agar uang sewa dikembalikan oleh Edy.

"Karena kondisi kejepit, DK lah yang menyarankan supaya (uang sewa) dipulangkan. Dibayarlah, Pohan terutang Rp 8,55 juta, Anto Rp 7,225 juta, karena uang mereka kurang jadi ku talangin," katanya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan setelah semuanya selesai, tiba-tiba dirinya didatangi lagi oleh anggota ormas itu.

Mereka protes bahwa hitungan pengembalian uang ada yang selisih.

"Selisih berapa lagi, kan sudah sepakat, si DK juga yang bilang sepakat. Jadi saya pun pulang," katanya.

Namun, saat itu ia diikuti oleh anggota ormas tersebut sampai rumah.

Di rumah, mereka saling cekcok.

Tak lama, dua orang karyawannya datang dan terjadilah perkelahian antara karyawan Edy dengan anggota ormas itu.

Karena terjadi keributan, ia pun mencoba melerai keributan dan mengusir anggota ormas itu.

"Cabutlah orang itu. Saya berpikir pasti buat laporan polisi mereka. Jadi hubungi adik saya yang polisi. Konsultasi saya melalui telepon sama dia," katanya.

Kemudian, usai menghubungi adiknya yang berdinas di Polsek Medan Timur itu, ia putuskan untuk bertemu dengannya di kantor.

"Jumpalah kami di kantor, ceritalah sama dia terkait masalah ini," sebutnya.

Sedang asik bercerita, tiba-tiba istrinya yang berdinas di Kantor Samsat Putri Hijau memberi kabar bahwa rumahnya diserang oleh puluhan orang.

Mendapat kabar itu, ia bersama adiknya langsung pulang menuju rumahnya.

"Pukul 21.56 WIB masuk telpon dari istri, bilang di rumah sudah ramai, diserang orang. Gitu mau masuk komplek, saya lihat sudah ramai, padat komplek saya, mobil semua penuh," tuturnya.

Edy yang berada di dalam mobil akhirnya turut kena serang.

"Langsung nyerang saya, mobil hancur. Pakai samurai, ditombak juga mobil saya tapi saya menghindari," katanya.

Letusan Senjata Api

Saat penyerangan terjadi, Edy mendengar suara letusan senjata api sebanyak dua kali.

Tidak jelas siapa yang meletuskan senjata api.

Namun, kata Edy, asal suara bersumber dari kerumunan anggota ormas yang menyerang rumahnya.

Saat kejadian, Edy yang berada di dalam mobil terkepung.

Dia nyaris menjadi bulan-bulanan anggota ormas, bahkan mobilnya ditombak, hingga moncong senjata tajam itu nyaris mengenai dirinya.

Aipda Eko Sugiwan Dikejar Massa

Saat penyerangan terjadi, kebetulan Aipda Eko Sugiwan naik motor.

Ketika itu, Aipda Eko Sugiwan berencana membantu memediasi masalah sang kakak.

Tapi ternyata, dia malah kena sasaran.

Ketika penyerangan terjadi, Aipda Eko Sugiwan terjebak, lalu dikejar massa.

Saat itulah dia dibacoki pakai senjata tajam.

Beruntung, Aipda EKo Sugiwan selamat.

Dia menderita sejumlah luka di tubuh akibat kejadian ini.(tribun-medan.com) 

Berita Terkini