TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Dianggap melawan kebijakan kampus Universitas Prima Indonesia (UNPRI), tiga mahasiswa di Drop Out (DO) secara tak hormat.
Hal itu disampaikan Ria Anglina Syaputri Sitorus selaku Komisaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat UNPRI yang juga merupakan mahasiswa dikampus swasta tersebut.
Diketahui pada Kamis (15/6/2023) lalu, para mahasiswa terdiri beberapa fakultas dari kampus UNPRI, melakukan demo didepan kampusnya karena merasa resah dengan adanya peraturan baru yang dikeluarkan pihak kampus tentang pembayaran parkir.
"Aksi itu terjadi karena mahasiswa resah terhadap kebijakan UNPRI yakni parkir harus berbayar. Dalam parkir itu ada ketentuan-ketentuan yang menurut mahasiswa tidak masuk akal," kata Ria, Minggu (18/6/2023) malam.
Menanggapi hal tersebut, Ria bersama teman-temannya menggelar diskusi untuk membahas permasalahan tersebut.
"Ketika selesai diskusi, beberapa hari kemudian saya dipanggil oleh pihak kampus untuk menanyakan apa maksud saya membuat seperti ini (diskusi)," ucapnya.
Dalam pertemuan itu, didapati hasil bahwa kebijakan parkir berbayar tidak bisa lagi ditolak.
Mendengar hal itu, para mahasiswa yang berada di luar gedung kampus menggelar demonstrasi dengan catatan untuk menurunkan Ria.
Pada saat pertemuan Ria dengan pihak kampus tersebut, diketahui dirinya sempat mendapatkan intimidasi dengan bentuk penyanderaan.
"Penyanderaan itu menurut saya adalah ketika saya menyanggupi apa pun kemauan ibu dekan fakultas hukum," bebernya.
Tak hanya itu, usai menggelar aksi didepan gedung kampus, banyak mahasiswa yang mendapatkan ancaman dari pihak kampus.
Selain itu, ada juga tiga mahasiswa yang di DO dari kampus karena dianggap melakukan pelanggaran berat.
"Pengancaman dari pihak kampus yaitu ada yang di DO dan ada yang di skorsing. Untuk yang di DO saya sendiri, Fine, dan Kevin Padang dari fakultas pertanian," ucapnya.
Namun, mahasiswa lainnya, masih terancam skorsing dan beasiswanya dicabut, namun belum menerima surat ancaman tersebut.
"Aturan kartu parkir itu adalah mahasiswa membeli kartu sebesar Rp 50 ribu dan pengisian pulsanya seharga Rp 100 ribu. Rp 100 ribu nya tidak bisa dipakai untuk bulan selanjutnya," kata Ria.
"Dengan kata lain, setiap sebulan mahasiswa wajib mengeluarkan Rp 100 ribu perbulannya, dan ditotalkan mahasiswa wajib mengeluarkan Rp 1,250 juta per tahunnya," sambungnya.
Tak cukup sekali melakukan demo, Ria mengatakan para mahasiswa akan melakukan aksi kedua kalinya pada hari Selasa (20/6/2023) mendatang.
Selain itu, pada Senin (19/6/2023) esok, mereka juga akan mengadu ke DPRD komisi Pendidikan dan beberapa tembusan.
"Dan untuk dihari selasa kami akan mengadakan aksi besar-besaran didepan kampus UNPRI, tuntutannya sama tetapi ini untuk memperjuangkan korban-korban yang mendapatkan DO dan skorsing," tegasnya.
Dalam peristiwa ini, Ria berharap agar pihak kampus dapat menerima seluruh aspirasi dari mahasiswa dan mempertimbangnya.
"Jangan pernah menjadi kampus yang anti kritik, karena banyak mahasiswa yang resah akan hal ini. Buatlah kebijakan yang bijak, dan jangan pernah merugikan mahasiswanya," pungkasnya.
(cr28/tribun-medan.com)