TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Menjadi sang juara dan membanggakan keluarga merupakan cita-cita sederhana yang selalu tertanam dibenak sosok atlet karate perempuan Indonesia berprestasi asal Sumatera Utara, Srunita Sari Sukatendel.
Sosok yang berasal dari sebuah Desa kecil yang berada di Kabupaten Langkat ini hanya ingin meneruskan cita-cita sang Ayah yaitu Sehukur Sukatendel yang juga merupakan seorang atlet Indonesia untuk menjadi kebanggaan Indonesia di bidang karate tingkat Dunia.
Tidak sia-sia, Sari kini menjadi seorang yang sangat dibanggakan masyarakat Indonesia khususnya Sumut. Sari menjadi sosok atlet perempuan berprestasi yang kerap kali mendapatkan medali emas dalam berbagai kejuaraan baik nasional maupun Internasional.
Seperti, Bronze Medal -50kg Female World Premier League Austria 2017 yang diraih oleh Sari dengan perjuangan yang sangat keras melawan idolanya, kemudian Silver Medal AKF Kazakhstan 2017, Gold Medal Seagames Malaysia 2017, Silver Medal -50kg Female World Premier League Rotterdam 2017, Gold Medal Thailand Open 2019 dan masih banyak lagi.
Ya, wanita kelahiran Binjai 28 Agustus 1992 tersebut tumbuh dan besar ditengah keluarga karateka, Ayahnya merupakan seorang atlet Indonesia dan kedua adiknya juga bergelut di bidang yang sama.
Sari, begitu sapaan karibnya mengawali karir sebagai karateka dari dojo, tempat latihan sederhana yang langsung dilatih oleh sang Ayah yang berada di kampung halamannya yaitu di Desa Tanjung Langkat, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Meski awalnya hanya berniat untuk latihan biasa, namun Sari diminta oleh Sang Ayah untuk menekuni karate karena melihat potensi yang ada di dalam diri Sari.
Sari kecil yang pada saat itu mulai menyukai seni seperti bernyanyi dan menari, akhirnya menerima permintaan Ayahnya untuk menekuni dan mengikuti jejek sang Ayah.
Perjuangan Sari di mulai pada saat dirinya bergabung dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Sumatera Utara. Di sana, Sari yang pada saat itu memliki karakter cengeng dibentuk menjadi wanita yang memiliki karakter yang kuat, tangguh dan bertanggungjawab.
"Sempat nangis minta pulang sama Bapak karena udah gak sanggup lagi, tetapi Bapak terus menguatkan ditambah lagi dengan Mamak yang awalnya menentang Bapak karena menyuruh aku masuk PPLP, malah melarang aku untuk pulang, kata Mamak siapa suruh ikut Bapak?," ujar sambil mengingat kejadian belasan tahun yang lalu
Sari menceritakan, langkah awalnya untuk berjuang mewujudkan semua cita-cita Ayahnya sempat ditentang oleh Ibu dan Neneknya. Karena Ibu dan Neneknya tidak sanggup jika harus melihat anak dan cucu kesayangannya terluka karena mengikuti pertandingan ataupun latihan.
Namun, dengan keyakinan dan kepercayaan dari Ayahnya, Sari tetap bertekad ingin menjadi seorang juara karate dunia.
Ayah Sari menitipkannya kepada pelatih yang sangat kompeten dan juga merupakan pelatihnya ketika menjadi atlet karate yaitu Sensei Zulkarnaen Purba atau sering disebut Sensei Zul.
Bersama Sensei Zul, Sari yang sempat tertinggal oleh teman-temannya terus berkembang dan berlatih hingga menjadi sosok yang dapat membanggakan Indonesia.
"Karena tubuh ku kecil aku juga sering diremehkan, tetapi Sensei Zul selalu memberikan motivasi seperti 'Disini (PPLP) bukan tempat mu, kau gak punya kemampuan tapi kau punya semangat, orang yang punya kemampuan tapi gak punya semangat akan kalah dengan orang yang punya semangat yang tinggi'. Waktu dikatakan seperti sama Sensei Zul aku yang sempat drop jadi semangat lagi dan terus semangat," ucapnya.
Sejak saat itu, Sari yang diremehkan karena sering menangis dan kecil akhirnya membuktikan dengan medali pertamanya di tahun 2010 di Piala Mendagri Makasar dengan mendapatkan medali emas.
"Di PPLP itu aku udah mulai tidak seperti perempuan lagi, kalau tidak mau dipukul ya harus mukul jangan diam aja, kalau gak kita dipukul terus. Untuk pertandingan pertama aku di Kejuaraan Daerah aku kalah bahkan main pertama udah kalah tetapi ketika di Piala Mendagri aku mendapatkan emas," paparnya.
Ketika masih di asrama PPLP, Sari juga sering di doktrin dengan nama atlet perempuan berprestasi yang berasal dari Sumut dan merupakan teman seangkatan Ayahnya yaitu Sensei Nilawati Daud.
"Dari aku kecil selalu mendengar nama itu, dia kata Bapak adalah perempuan yang kekuatan seperti laki-laki, Bapak selalu menceritakan Sensei Nila sampai akhirnya aku juga terinspirasi dan menjadi Sensei Nila sebagai role model," katanya.
Tak disangka, ketika Sari menjadi tim nasional ternyata Sensei Nilawati yang menjadi idola dan role modelnya itu ditakdirkan untuk menjadi pelatihnya.
"Sangking sukanya dengan Sensei Nilawati, Bapak sampai mendandani aku seperti beliau mulai dari style nya sampai mengikuti gaya rambutnya ketika bertanding yaitu dikepang kecil-kecil dan selalu didoktrin untuk menjadi beliau dan Puji Tuhan kesampaian," paparnya.
Bersama Sensei Nilawati banyak prestasi yang diraih oleh Sari baik Nasional maupun Internasional, hal tersebut menimbulkan rasa bangga yang tidak habis-habis dari sang Ayah.
Bahkan Ayah Sari yang sempat merasakan kekecewaan karena gagal menjadi perwakilan Indonesia di kejuaraan Dunia karena terkendala biaya, kembali mendapatkan semangat untuk melatih anak-anak Sumut untuk menjadi juara Dunia.
"Bangga kali Bapak, sampai Bapak buat kapal dari kardus atau karton dan menempel bendera-bendera Negara yang pernah aku kunjungi untuk bertanding. Bapak juga semakin rajin ke Gereja karena rasa syukur yang tidak ada habisnya," ungkapnya.
Menang Melawan Idola di Kejuaraan Dunia.
Menjadi seorang atlet yang pernah mengikuti puluhan pertandingan tentu menyisakan kisah yang tak pernah terlupakan oleh sosok idola anak muda Sumut, Srunita Sari Sukatendel.
Satu diantaranya, ketika Sari mengikuti pertandingan perebutan juara tiga Dunia di Austria bersama perwakilan dari Perancis yang merupakan juara dunia sekaligus idola Sari di karate dunia yaitu Alexandra Reccia.
"Dia itu idola aku, jadi ketika aku mau bertanding bersama Alexandra teman-teman saya bilang gak usah tanding aja karena akan babak belur, tetapi aku bilang enggak, aku harus tetap bertanding kalah atau menang," katanya.
Setelah memutuskan untuk tetap bertanding, Sari yang saat itu tidak memikirkan kemenangan untuk dirinya ternyata malah mengalahkan juara dunia sekaligus idolnya dengan skor 7:2.
"Ternyata aku menang walaupun dalam pikiran ku saat itu tidak apa-apa kalah yang penting kalah sama idola, eh tenyata mendapatkan skor yang jauh, aku 7 Alexandra 2 dan saya jadi juara ke tiga. Setelah itu ketika saya bersih-bersih di kamar mandi Alexandra menyampiri saya dan mengucapkan selamat sekaligus cupika cupiki, wah senangnya tidak karuan, idola aku, juara Dunia, samperin aku dan peluk aku," tutur Sari dengan semangat.
Menurut Sari, pukulan serta tendangan Alexandra sangat memukau serta keseriusannya dalam membidik lawan sangat elegan. Hal itu yang membuat Sari mengidolakan sosok Alexandra.
"Pukulan dan tendangannya keren sekali. Tidak disangka bisa mengalahkan Alexandra. Teman-teman yang bilang jangan ikut pertandingan pun bangga dengan aku karena berhasil mengalahkan idola sendiri," sebutnya.
Dengan berbagai prestasi yang sangat membanggakan tersebut, Sari menitipkan pesan kepada seluruh karate di Indonesia khususnya Sumut yang akan berlaga di Pon mendatang, untuk tetap semangat dan kejar mimpinya
"Doa saya selalu menyertai adik-adik semua, terus semangat jangan menyerah dan terus menggapai cita-citanya karena tidak ada yang tidak mungkin. Walaupun dari kampung tetap semangat jadilah anak kampung yang luar biasa yang mendunia, banggakan Sumut kasih paham sama orang-orang ini lo Sumut
Dan satu lagi semangat untuk adik-adik karate Sumut di PON nanti, aku harap apa yang pernah diraih oleh kakaknya dahulu bisa lebih lagi diraih oleh adik-adik karate Sumut sekarang," pungkasnya
#Bioprofil
Name : Srunita Sari Sukatendel
Date of Birth: Binjai, 28 Agustus 1992
Sex: Female
Religion: Christian
Accupation: Civil Servant
II. EDUCATION BACKGROUND
SD : SDN 050629 Salapian
SMP: SMPN 1 Salapian
SMA : SMAN 15 Medan
Kuliah : Universitas Negeri Medan
III. ACHIEVEMENTS
A. National Event:
Gold Medal -53kg Junior Piala Mendagri Makassar 2010
Gold Medal -50 Female & All Female Category Piala OSO
Bronze Medal -50kg Female & Gold Medal Female Team Kumite, PON Riau 2012
Gold Medal -50kg Female Piala KASAD Batam 2013
Gold Medal -50kg Female Piala KASAD Sulsel 2014
Gold Medal -50kg Female Pra PON Medan 2015
Gold Medal Female Team kumite & Bronze -50kg Female Kumite, PON JABAR 2016
Gold Medal -50 Female Kejurnas Master Cup, Jakarta 2017
Bronze Medal -50 Female Kejurnas Rimbawan Cup, Jakarta 2019
International Event :
Bronze Medal -50kg Female Seakf Philippine 2013
Gold Medal -50kg Female Finland Open 2013.
Gold Medal -50kg Female Venice Cup Italia 2013
Silver Medal -50kg Female Seagames Myanmar 2013
Gold Medal -50kg Female Seakf Vietnam 2014
5th Place WKF Bremen 2014
Bronze Medal -50kg & Team Kumite Islamic Solidarity Games, Palembang, Indonesia
Gold Medal -50kg Female Seakf Laos 2015
Gold Medal -50kg Female Marmara Cup Turki 2015
Bronze Medal -50kg Female Seakf Malaysia 2016
Bronze Medal -50kg Female World Premier League Rotterdam 2016
Gold Medal -50kg Female Bosporus Cup Turki 2016
5th Place WKF Linz, Austria 2016
Gold Medal Thailand Open 2016
Bronze Medal -50kg Female World Premier League Austria 2017
Silver Medal AKF Kazakhstan 2017
Gold Medal Seagames Malaysia 2017
Silver Medal -50kg Female World Premier League Rotterdam 2017
Gold Medal Thailand Open 2019
(cr10/Tribun-Medan.com)