Macan Tutul Jawa
19 Macan Tutul Jawa Terekam Kamera Trap, Ada Indukan Punya Dua Anak Hitam dan Tutul
Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) bersama TNI AD merekam adanya 19 ekor macan tutul Jawa di Pegunungan Sanggabuana.
TRIBUN-MEDAN.COM,- Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) bersama anggota TNI Angkatan Darat (AD) merekam adanya kemunculan 19 ekor macan tutul Jawa atau Panthera pardus melas.
Ke 19 ekor macan tutul Jawa itu terlihat berada di kawasan Pegunungan Sanggabuana.
Gunung Sanggabuana adalah gunung yang berada di wilayah Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1291-1300 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan merupakan gunung tertinggi sekaligus satu-satunya gunung di Karawang.
Baca juga: Putusan Baru KPU Batasi Akses Publik Ijazah Capres-Cawapres, Roy Suryo: Ini Konyol Banget

Secara administratif, gunung ini berada di Kecamatan Tegalwaru, Karawang dan Tanjungsari, Jonggol.
Pegunungan Sanggabuana terletak di perbatasan empat kabupaten: utara Kabupaten Karawang, timur Kabupaten Purwakarta, selatan Kabupaten Cianjur, dan barat Kabupaten Bogor.
Gunung Sanggabuana juga dikenal sebagai kawasan yang masih memiliki hutan yang cukup terawat dengan pepohonan tinggi, termasuk pohon kemenyan yang tumbuh liar.
Di puncaknya terdapat beberapa makam yang sering dikunjungi para peziarah, serta pemandangan yang bisa melihat kota Karawang hingga bendungan Jatiluhur.
Pegunungan ini merupakan habitat penting untuk satwa endemik Jawa seperti owa, monyet elang, dan macan tutul Jawa sebagai predator puncaknya.
Baca juga: Baru 3 Hari Menikah, Wanita Ini Pilih Cerai setelah Tahu Rahasia Gelap Suami Barunya
Informasi menyebutkan, bahwa ada 432 jenis satwa liar dan banyak sumber air.
Selain nilai ekologis, Gunung Sanggabuana juga terkenal sebagai tempat pendakian dan ziarah dengan beberapa lokasi keramat dan jalur pendakian yang menarik bagi para pendaki.
Macan Tutul Jawa yang Unik
Tim Ekspedisi Macan Tutul Jawa yang terdiri dari Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) dan TNI AD merekam adanya fenomena unik macan tutul Jawa.
Dalam sebuah rekaman terlihat, seekor indukan macan kumbang membawa dua ekor anaknya.
Namun dua anak macan kumbang itu berbeda pola warna.
Yang satu hitam seperti indukannya, satu lagi tampak bercorak tutul.
Baca juga: 4 Jenderal Bintang Tiga Potensi Jadi Kapolri Gantikan Listyo Sigit, Ada Rekan Seangkatan Ferdy Sambo
Bernard T. Wahyu Wiryanta, peneliti dan fotografer satwa liar yang menjadi leader Tim SJLS menyebutkan, dari 19 individu macan tutul Jawa yang terekam, terdiri dari macan tutul Jawa pola tutul atau kuning sebanyak 13 individu dewasa dan satu individu anak.
Sedangkan macan tutul Jawa melanistik atau kumbang sebanyak empat individu dewasa dan satu individu yang masih anak.
Secara umum dari 19 individu macan tutul ini ditemukan 14 macan tutul dan 5 macan tutul melanistik atau kumbang. Atau 17 macan tutul dewasa dan 2 anak macan tutul.
Sedangkan perbandingan jenis kelaminnya 11 macan tutul betina dan 3 macan tutul jantan, serta 3 macan kumbang betina dan 2 macan kumbang jantan.
"Yang menggembirakan satu kamera jebak merekam induk macan tutul jawa melanistik atau kumbang yang membawa 2 ekor anaknya," terang Wahyu, dikutip dari WartaKotaLive.com.
Baca juga: Bisa Jadi Brutus, Nasib 12 Menteri Warisan Jokowi di Kabinet Prabowo, Pengamat: Musuh Dalam Selimut
Anak macan kumbang ini terdiri dari dua pola warna yang berbeda, yaitu satu melanistik dan satu tutul.
Secara teori, lanjut Bernard, jika macan tutul dan macan kumbang kawin, maka anaknya bisa kumbang, tutul, atau dua duanya.
Di Sanggabuana, anaknya mempunyai perbedaan pola, satu tutul dan atu kumbang dari induk macan kumbang.
“Tiap macan tutul jawa mempunyai perbedaan pola tutul yang unik dan berbeda tiap individu, sama seperti sidik jari pada manusia. Jadi hasil 19 individu macan tutul jawa ini terutama berdasarkan analisis perbedaan pola totol, termasuk perbedaan ukuran dan ciri fisik lain untuk yang macan kumbang dan pola tutulnya tidak terlihat jelasnya.
Baca juga: Akhirnya Buka Suara, Komjen Suyudi Soal Isu Calon Kapolri Gantikan Jenderal Listyo Sigit
Bernard menjelaskan selain merekam satwa liar yang menjadi target survei, 40 unit kamera jebak yang dipasang di 20 stasiun di Pegunungan Sanggabuana juga mereka satwa liar lain, termasuk satwa langka dilindungi.
Dari data yang dikirim oleh Sanggabuana Conservation Foundation, tercatat ada elang jawa, elang brontok, kucing hutan, kancil, kijang, musang biul, lingsang, ayam hutan, babi hutan, lutung jawa, surili, landak, trenggiling, burung hantu, burung paok pancawarna, dan tikus hutan yang terekam.
“Termasuk data preferensi satwa mangsa, dan juga potensi ancaman terhadap keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana. Ini akan menjadi data yang akan kami pergunakan untuk menentukan program kerja pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana, terutama macan tutul jawa kedepan seperti apa," tutup Bernard.
Baca juga: Hapus Semua Foto Suami, Nasib Rumah Tangga Larissa Chou, Singgung Soal Nafkah Ikram Rosadi
Pasukan Kostrad
Tim Ekspedisi Macan Tutul Jawa melibatkan anggota Resimen Latihan dan Pertempuran (Menlatpur) Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad).
Mereka dilepas langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, M.Sc., pada Februari 2025.
Maruli menegaskan, keharian anggota Kostrad dalam tim tersebut sekaligus untuk membantu upaya pelestarian ekosistem alam.
“Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keanekaragaman hayati demi kelangsungan hidup generasi mendatang. TNI AD akan terus mendukung kegiatan pelestarian hutan lindung seperti ini,” ujar KSAD Maruli, dikutip dari Kompas.com.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.