Berita Viral
Operasi Penyelamatan Korban Ponpes Al Khoziny Resmi Berakhir, Total 67 Korban Meninggal Dunia
Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, resmi ditutup pada Selasa (7/10/20
TRIBUN-MEDAN.com - Operasi pencarian dan penyelamatan (SAR) korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, resmi ditutup pada Selasa (7/10/2025).
Tragedi di Ponpes Al Khoziny terjadi pada Senin 29 September 2025 sekitar pukul 15.35 WIB, ketika bangunan musala empat lantai ambruk. Saat itu para santri sedang menunaikan salat Ashar berjemaah di lantai dasar.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, dan relawan telah mengevakuasi seluruh korban dari reruntuhan.
Total korban yang terdampak dari bangunan yang ambruk itu sebanyak 171 orang.
Rinciannya, 104 orang selamat dan 67 korban meninggal dunia (termasuk 8 body part).
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, secara resmi menutup operasi pencarian dan penyelamatan korban Ponpes Al Khoziny, Selasa (7/10/2025).
Pada tahap akhir pencarian, Selasa siang, tim SAR gabungan melakukan penyisiran di lokasi kejadian.
Hasilnya, sudah tidak ada lagi korban di lokasi. Area gedung yang runtuh itu juga sudah rata dengan tanah, semua puring dan reruntuhan sudah berhasil dibersihkan.
“Kita sudah menyelesaikan operasi pencarian dan pertolongan terhadap para korban. Dan kita juga sudah memindahkan seluruh material bangunan yang runtuh,” kata Kepala Basarnas Marsdya TNI Mohammad Syafii di lokasi kejadian, Selasa siang.
Dalam kesempatan itu, Syafii menyempaikan apresiasinya terhadap semua pihak yang sejak tanggal 29 Sepetember kemarin ikut terlibat dalam semua proses pencarian dan pertolongan.
Menurutnya semua proses telah berjalan baik dan terukur sebagaimana ketentuan yang ada. Tentang adanya kesan lambat, disebutnya bahwa ada beberapa faktor yang menjadi kendala.
Di antaranya adalah akses masuk alat berat yang terbilang sempit, area yang terbatas untuk manuver alat berat, dan beberapa hal lain.
“Kita juga melakukan dengan penuh kehati-hatian. Utamanya ketika masih diketahui ada korban hidup di bawah reruntuhan. Kita berupaya maksimal untuk menyelamatkan mereka,” lanjutnya.
Terkait kondisi balok bangunan runtuh yang terkait dengan bangunan eksisting. Akhirnya juga bisa dilepas dengan upaya yang mendapat pendampingan dari tim ahli dari ITS.
Semua material bangunan yang runtuh sudah bersih dari lokasi, dan bangunan yang masih eksisting tetap bisa berdiri dengan tegak seperti yang terlihat sekarang.
Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) menyebut bahwa ambruknya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny menjadi bencana dengan jumlah korban jiwa terbesar di Indonesia sepanjang tahun 2025 ini.
“Korban dalam peristiwa ini, di sepanjang tahun 2025, merupakan yang terbesar korban meninggal dunianya. Lebih banyak dibanding gempa di Poso, banjir bandang Bali, dan sejumlah bencana lainnya,” kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayor Jenderal Budi Irawan, Senin (6/10/2025).
Data di BNPB menyebut, berbagai bencana alam dan non alam yang terjadi sepanjang tahun ini, tidak ada yang lebih banyak korban jiwanya dibanding ambruknya bangunan pesantren di Sidoarjo.
Atas perintah Presiden Prabowo Subianto, BNPB memberikan atensi penuh terhadap peristiwa ini.
Wali Santri Tolak Santunan karena Berharap Rida
Sementara itu, salah satu wali santri mengembalikan uang santunan yang diberikan pihak Ponpes Al Khoziny.
Wali santri tersebut merupakan orangtua dari korban ambruknya mushala Al Khoziny atas nama Muhammad Sholeh bin Abdurrahman (22 tahun).
Sholeh merupakan santri asal Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka.
Dewan Pengasuh Pesantren Al Khoziny, KHR Muhammad Ubaidillah Mujib mengatakan, uang santunan yang diberikan oleh keluarga Sholeh sebagai bagian dari duka cita dan permintaan maaf.
“Kami turut berbela sungkawa. Semoga almarhum Sholeh wafat dalam keadaan husnul khatimah, karena meninggal saat shalat dan dalam posisi sebagai penuntut ilmu,” kata Mujib dalam keterangannya, dikutip Senin (6/10/2025).
Dalam keterangannya, tidak disebutkan berapa nominal santunan itu.
Namun, santunan itu awalnya diberikan sebagai biaya kargo pemulangan jenazah Sholeh ke kampung halaman.
Kendati begitu, uang tersebut dikembalikan lagi oleh Abdul Fattah, kakak kandung korban.
Alasannya, karena ingin mengharap rida dari kiai dan guru di pesantren.
“Kami tidak mau menerima santunan itu bukan karena apa-apa, hanya ingin mendapatkan ridanya kiai dan guru di pesantren. Semoga doa dan rida Beliau menjadi keberkahan bagi almarhum dan keluarga kami yang ditinggalkan,” kata Abdul Fattah. (*/tribunmedan.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
YAI MIM MURKA Tetap Polisikan Sahara, Geram Istrinya Difitnah Main Banyak Kiyai, 9 Orang Dilaporkan |
![]() |
---|
Resmi Lapor Polisi, Yai Mim Seret dan Laporkan Sembilan Orang, Ini Daftarnya, Termasuk Sahara? |
![]() |
---|
NASIB Pelaku Perampokan dan Pembunuhan Nindia Novrin Menangis Ditangkap Polisi, Suami Korban Geram |
![]() |
---|
Viral Menu MBG Mirip Ibu-ibu Diet, Perkara Irisan Kentang dan Pangsit, Begini Kata Ahli Gizi |
![]() |
---|
CURHAT PILU Food Vloger Omay, Putrinya Dipukuli dan Disundut Rokok Oleh Pria: Jangan Terjadi Lagi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.