MISTERI KEMATIAN Diplomat Arya Daru Masih Menghantui Keluarga: Antara Fakta dan Tanda Tanya

TRIBUN-MEDAN.COM - Kasus kematian Arya Daru Pangayunan (ADP), diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu), masih menyisakan misteri dan duka mendalam bagi keluarga. 

Ditemukan tewas dengan kepala terlilit lakban di sebuah indekos kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, pada 8 Juli 2025, kasus ini memicu berbagai spekulasi dan pertanyaan yang belum terjawab hingga saat ini.

Terkini, keluarga Arya Daru melalui kuasa hukum Dwi Librianto, meminta pengecekan ulang tempat kejadian perkara (TKP).

Mereka merasa belum mendapatkan gambaran utuh mengenai kondisi indekos tempat Arya ditemukan.

"Kami yang minta untuk cek TKP," ucap Dwi Librianto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Permintaan ini muncul karena tim kuasa hukum baru diberi mandat pada 22 Agustus 2025, sehingga belum sempat meninjau langsung lokasi kejadian.

Selain itu, keluarga juga menjadwalkan pertemuan dengan penyelidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya pada 16 Oktober 2025 mendatang.

"Sehingga kami belum tau kondisi seperti apa walaupun kami sudah punya bayangan tapi kami perlu hadir ke TKP melihat detilnya," imbuhnya.

Dalam pertemuan ini, penyelidik akan memaparkan hasil penyelidikan, termasuk metode pencarian ponsel Arya yang hingga kini belum ditemukan.

Ponsel tersebut diyakini sebagai barang bukti penting yang dapat mengungkap lebih banyak fakta.

Selengkapnya Baca: Cek Ulang TKP Tewasnya Diplomat Arya Daru Keluarga Curiga, Handphone Korban Belum Ditemukan

Kejanggalan dan Temuan Forensik

Istri Arya, Meta Ayu Puspitantri, mengirim surat resmi kepada Kapolri dan Presiden Prabowo Subianto, mempertanyakan kesimpulan polisi yang menyatakan kematian Arya sebagai mati lemas tanpa unsur pidana.

Sebagai istri, ia menyoroti metode dugaan bunuh diri yang tidak lazim dan ketiadaan pesan pribadi.

Hasil autopsi dari tim forensik RSCM menemukan:

- Luka lecet di wajah dan leher