Berita Viral

BUKAN Korban Bully, Sikap FN Disebut Berubah Usai Kecelakaan, Ledakkan Sekolah Akibatkan 96 Korban

Pelaku FN (18) disebut bukan korban bully melainkan mengalami perubahan setelah mengalami kecelakaan.

kolase Youtube tv one news dan tiktok
LEDAKAN DI SMAN 72: Tangkapan layar kakak korban ledakan, Putra (kiri) menceritakan sosok asli terduga pelaku FN (kanan). Terbongkar isi buku harian terduga pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta. Pelaku disebut mengalami perubahan sifat usai kelas 11. 

TRIBUN-MEDAN.com - Pelaku FN (18) disebut bukan korban bully melainkan mengalami perubahan setelah mengalami kecelakaan. 

FN merupakan siswa SMAN 72 Jakarta yang meledakan sekolahnya hingga mengakibatkan sejumlah korban terluka. 

Sejumlah korban mengalami luka dan mengalami kehilangan organ tubuh. 

Peristiwa ini terjadi pada Jumat (7/11/2025).

Sebanyak 96 orang jadi korban atas ledakan yang terjadi di sekolah kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara itu.

Para korban rata-rata mengalami luka bakar, luka gores kena paku hingga gangguan pendengaran.

Salah seorang kakak korban bernama Putra baru-baru ini mengurai cerita.

Namun bukan soal kondisi sang adik, Putra mengungkap curhatan dari teman sekelas pelaku soal sosok asli FN yang tak banyak orang tahu.

Dalam tayangan televisi Catatan Demokrasi di kanal tv one news, Putra mengaku dapat info valid dari teman sekelas FN.

Yakni soal penyebab FN nekat melakukan pengeboman di sekolah.

Baca juga: NASIB Anggota DPRD Tersangka Perzinaan dengan Oknum Polwan Bakal Dipanggil BKD: Langgar Kode Etik

Baca juga: DUDUK PERKARA Siswa SMPN 1 Blora Korban Perundungan, Dikeroyok dan Diprovokasi Senior

Baca juga: IMIGRASI MEDAN Salurkan 2,5 Ton Beras buat Warga dan Ojol

Kata teman sekelasnya, FN awalnya dikenal sebagai murid biasa yang ceria dan pandai bergaul.

Sikap baik FN itu bertahan hingga kelas 11 atau kelas 2 SMA.

Bahkan saat kelas 11 itu, terduga pelaku sempat bersemangat karena hendak mengikuti lomba menggambar.

"Untuk waktu dia (FN) masih kelas 11 dia masih ceria aja, seperti layaknya orang normal, bersosialisasi. Waktu temannya mau ngajak dia lomba gambar, dia senang," ujar Putra dilansir pada Selasa (11/11/2025).

Dikenal baik, sifat FN tiba-tiba berubah dalam sekejap.

Perubahan sifat itu terjadi saat FN mengalami kecelakan sepeda motor.

Kala itu FN sampai mengalami luka di tangan sampai harus pakai gips.

Usai insiden kecelakaan itulah FN tak seperti FN yang dulu.

Secara mendadak FN jadi sosok pendiam dan cuek dengan teman sekelas.

"Pelaku sempat jatuh dari motor, tangannya digips, dari situ dia udah mulai menyendiri, diam-diam saja di kelas, diajak temannya lomba gambar itu si pelaku udah enggak mau sama sekali. Jadi udah benar-benar cuek sama satu kelasnya itu," pungkas Putra.

Dari cerita itulah Putra meyakini kalau FN bukanlah korban bully.

Sebab kata Putra, FN punya pemikiran di luar nalar yang membuat temannya juga heran.

"Untuk si pelaku, saya pikir dia tidak korban bully. Karena seorang korban bully itu enggak punya ideologi seperti itu. Pemikirannya itu enggak bakal sekejam atau unsur ke ngebom gitu. Untuk pemikirannya itu jauh di luar nalar sama orang normal," ungkap Putra.

Kata Putra, belakangan teman-teman kelas pelaku menemukan buku harian FN.

Di sanalah terkuak bahwa selama ini FN kerap menulis nama guru dan temannya untuk ia jadikan target.

"Terus juga untuk si pelaku ini dia ada barang bukti berupa buku diary, buku harian dia, di situ ada nama-nama guru dia, kemungkinan ada nama-nama siswa yang mungkin tercatat di buku diary-nya," imbuh Putra.

Pelaku kesepian

Sebelumnya, penyidik kepolisian mengurai soal motif pelaku melakukan pengeboman di sekolah.

Isu bullying jadi motif ledakan di SMAN 72 memang sempat merebak.

Hingga akhirnya terungkap bahwa terduga pelaku tidak mendapatkan perundungan di sekolah.

Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Iman Imannudin menyebut bahwa terduga pelaku ledakan selama ini merasa kesepian.

Hal itulah yang membuat FN melakukan perbuatan nekat.

"Dari hasil penggalian keterangan maupun petunjuk yang ada bahwa anak yang berkonflik dengan hukum ini terdapat dorongan untuk melakukan peristiwa hukum tersebut. Dorongannya yang bersangkutan merasa sendiri, merasa tidak ada yang menjadi tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya. Baik itu di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah," kata Kombes Iman Imannudin.

(*/tribun-medan.com)

Artikel sudah tayang di tribun-bogor

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved