Berita Viral

Kasihan Kondisi Siswa Korban Bully di SMP Negeri 19 Tangsel Alami Kelumpuhan, Kritis di RS

Kasihan, kondisi siswa SMP Negeri 19 di Tangerang Selatan (Tangsel) berinisial MH (13) yang menjadi korban perundungan di sekolah

Editor: Salomo Tarigan
Tribunnews.com
Ilustrasi/Perundungan atau Bully- Siswa SMP Negeri 19 di Tangerang Selatan (Tangsel) Korban bully kridits di rumah sakit, alami kelumpuhan sebagian tubuhnya 

TRIBUN-MEDAN.com - Kasihan, kondisi siswa SMP Negeri 19 di Tangerang Selatan (Tangsel) berinisial MH (13) yang menjadi korban perundungan atau bullying oleh teman-teman sekolahnya.

Bagian kepala terluka, MH pun mengalami gangguan penglihatan dan kelumpuhan sebagian tubuhnya.

Kini MH kritis di rumah sakit.

Menurut keterangan kakak sepupunya, RF (29), kondisi MH memburuk sejak 21 Oktober 2025.

 

Baca juga: Penembakan di Labuhan Deli, Seorang Anak Remaja Nyaris Tewas Terkena Tembakan di Leher

Berdasarkan keterangan keluarga, korban dipukul menggunakan kursi besi oleh pelaku yang merupakan teman sekelasnya di dalam lingkungan sekolah.

Tindak kekerasan yang dialami siswa kelas 1 SMP itu terjadi pada 20 Oktober 2025.

Berikut sejumlah fakta dalam kejadian ini.


1. Kondisi Korban di RS, Seperti Lumpuh dan Rabun

Sepupu korban, Rizki Fauzi (29) mengatakan, korban di-bully saat jam istirahat sekolah

"Pada tanggal 20 Oktober itu, adik sepupu saya, kepalanya kena korban bully waktu jam istirahat sekolah." 

"Dia baru ada pengaduan ke pihak keluarga pada tanggal 21 Oktober itu, baru ada pengaduan," ujarnya saat ditemui TribunBanten.com di kediaman korban, Senin (10/11/2025).

Setelah korban mengadu, pihak keluarga langsung mendatangi sekolah untuk melakukan mediasi dengan pihak pelaku pada 22 Oktober 2025.


"Udah selesai mediasi itu, pihak si pelaku mau bertanggung jawab sampai sepenuhnya untuk biaya pengobatan." 

"Tapi ternyata saat dirawat di rumah sakit pelaku kayak lepas tanggung jawab gitu. Malah dari pihak keluarga kami disuruh cari pinjaman uang ke orang-orang terdekat gitu," jelasnya.

Akibat peristiwa tersebut, korban mengalami gangguan kesehatan berupa lumpuh dan rabun.

"Dampak kesehatannya dari tanggal 21 Oktober tuh mata udah mulai agak-agak rabun tuh. Dari kepala lari ke mata. Badan juga semuanya agak-agak udah kayak nggak ada tenaga gitu. Kayak lumpuh-lumpuh gitu, Tapi masih sadar," jelas Rizki.

Ia menyatakan, korban masih mengalami perawatan intensif di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan.

 

"Kondisinya sekarang masih lemah, dirawat di ruang Respiratory Intensive Care Unit (RICU). Ditanya juga masih linglung," ucapnya.

Ia berharap, pihak pelaku maupun sekolah dapat bertanggungjawab atas insiden yang dilakukan terhadap korban.

"Kemarin LBH saya nyamperin ke sekolah malah disuruh menyerahkan kita ke pihak dinas pendidikan. Makanya ada rencana buat laporan ke sana," tuturnya.

Baca juga: Nasib ASN Vita Amalia Dipecat Usai Viral Injak Alquran, Muncul Protes, Pembelaan Dituduh Selingkuh


2. Pelaku juga Mendapat Tekanan Psikis

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Tangsel mengaku sudah mengetahui dugaan kasus bullying ini.

Kepala Dindikbud Tangsel, Deden Deni, mengatakan bahwa sebagai langkah, pihaknya langsung memfasilitasi pertemuan antara pihak korban dan terduga pelaku untuk melakukan mediasi.

"Dari awal sudah kita tangani, kita dampingi. Ini kejadiannya tanggal 20 Oktober, sudah kami mediasi, masing-masing orangtua sudah ketemu dengan pihak sekolah, ada juga pendamping, ada dari PPA juga, sudah ada," kata Deden, Senin.

"Kesepakatan di tanggal tersebut bahwa, yang bersangkutan sudah siap membantu biaya pengobatan. Dan untuk hari ini kita fokus ke anaknya (korban) saja, tadi juga kita hari ini baru ngumpul, baru memastikan kondisi anak," sambungnya.

Menurutnya, pihaknya belum mengetahui secara rinci terkait duduk perkara adanya tindak kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah itu.

"Masih kita ini (telusuri), tapi memang ada kejadian anak lagi bercanda barangkali ya. Cuman pastinya seperti apa kejadiannya, saya masih cari informasi," ungkapnya.

Deden mengaku belum bisa memberikan keputusan lebih lanjut terhadap status terduga pelaku yang diketahui masih duduk di bangku kelas 1 SMP itu.

"Latar belakangnya (pelaku) dia baru kelas tujuh memang, masih baru masuk, jadi ya kalau dibilang bully ya kita lagi memastikan dulu, apakah betul dibully atau memang bercanda atau bagaimana. Kita fokus ke penanganan si anaknya (korban) dulu supaya lekas pulih," tuturnya.

Deden menyebut, setelah dugaan kasus bullying ini viral, terduga pelaku sempat mendapatkan tekanan psikis.

"Secara psikis sama sebelum ini juga barangkali, melihat pemberitaan dan membaca pemberitaan, sepertinya juga ada efek juga mungkin ke yang bersangkutan."

"Maka dua-duanya kami beri perhatian khusus lah ke yang hari ini dirawat di rumah sakit, si anak (pelaku) juga tentu butuh pendampingan juga, ya dua-duanya kami dampingi," jelasnya.

Ia menekankan, peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi Dindikbud Tangsel dalam mengawasi dan melakukan tindakan pencegahan terhadap aktivitas pembelajaran di sekolah.

"Supaya tidak terjadi lagi apapun itu bully atau ya bercanda yang kelewatan. supaya tidak terjadi menyebabkan luka fisik. Kami juga mengimbau teman-teman guru di sekolah tidak hanya memberikan pengawasan, tapi juga edukasi kepada siswa-siswi, untuk menghindari dan tidak terulang kembali," tuturnya.

3. Kepala Sekolah tak Menyangka Jadi Sorotan Publik

Kepala SMP Negeri 19 Tangsel Frida Tesalonik mengaku sudah menyelesaikan permasalahan itu melalui pertemuan antara keluarga terduga pelaku dan keluarga korban.

Menurutnya, saat mediasi kedua belah pihak telah sepakat untuk menyelesaikan kasus itu dengan biaya pengobatan sepenuhnya ditanggung oleh keluarga terduga pelaku.

Bahkan, kesepakatan tersebut telah dimuat dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.

"Kami dari pihak sekolah karena ada keluarga dari kedua belah pihak (datang ke sekolah), maka kami bantu menjembatani membuat kesepakatan dan terjadi lah kesepakatan kedua belah pihak," ujarnya, saat ditemui di SMP Negeri 19 Tangsel, Senin (10/11/2025).

"Tertuang di surat pernyataan, orangtua pelaku menyanggupi biaya pengobatan. Di situ (surat pernyataan) tertulis untuk mata dan kepala, udah dong selesai. Maka karena sekolah sudah membantu memediasi, jadi kami anggap sudah selesai," jelasnya.

Ia mengaku tak menyangka insiden itu makin luas hingga menjadi sorotan publik.

"Kami pikir tidak ada yang lain lah gitu, selesai. Akhirnya kami dihubungi oleh keluarga korban, bahwa kondisi korban ini begini-begini," terang Farida.

Baca juga: Terungkap Fakta Baru 7 Bom di SMAN 72 yang Dirakit ABH dan Jenis Bom Rakitan, 4 Meledak

Namun, ia menegaskan bahwa kejadian itu memberikan pembelajaran bagi pihaknya untuk lebih berhati-hati.

"Buat kita satu pembelajaran tentunya, semuanya menjadi kehati-hatian, sebetulnya wali kelas itu sudah polling (kepada siswa), ada gak kejadian aneh-aneh gitu. Dan ini kejadian baru sebelumnya belum pernah," paparnya.

Baca juga: Terungkap Fakta Baru 7 Bom di SMAN 72 yang Dirakit ABH dan Jenis Bom Rakitan, 4 Meledak

4. Pengakuan Ibu Korban Digebukin sampai Tiga Kali 

Ibu korban berinisial Ny (36) menyatakan bahwa tindakan perundungan yang dialami anaknya bukan kali pertama terjadi.

Dengan nada rintih dan mata yang berkaca-kaca, wanita berkerudung cream itu mengatakan, anaknya kerap dirundung sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

"Dari MPLS udah kena juga dia. Digebukin sampai tiga kali katanya," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Senin.

Menurutnya, sejak saat itu anaknya berulang kali mendapat perlakuan kasar dari orang yang sama.

Puncaknya, korban harus melakukan perawatan intensif di rumah sakit dan didiagnosa dokter mengalami rabun dan terancam lumpuh.

"Pelakunya dari dulu anak itu aja, teman satu kelasnya. Pernah anak saya katanya waktu lagi nulis gitu punggungnya ditendang, terus tangannya juga ditusuk pakai sedotan atau pulpen gitu."

"Kata dokter syaraf halusnya ada yang kena akibat benturan itu, makanya dia rabun. Dan sekarang kondisinya masih lemes gak bisa diajak jalan, kayak lumpuh itu," lirihnya.

Meskipun kerap menjadi korban perundungan, anaknya tidak pernah bercerita kepada keluarga terhadap kekerasan yang ia alami di sekolah.

"Awalnya gak cerita dia, jadi kejadian itu tanggal 20, besoknya dia baru cerita. Itu juga karena saya tanyain, soalnya saya lihat dia jalan nabrak-nabrak terus," tuturnya.

Ia berharap keluarga pelaku bisa mempertanggungjawabkan hal yang dilakukan terhadap anaknya.

Pasalnya, setelah membiayai pengobatan awal di klinik, keluarga pelaku tak lagi ada itikad baik untuk melakukan pengobatan lanjutan, bahkan terkesan lepas tanggung jawab.

"Padahal waktu mediasi di sekolah, pihak pelaku mau bertanggung jawab sampai sepenuhnya untuk biaya pengobatan."

"Tapi kemarin biaya pengobatan kita ke RS Fatmawati, pihak pelaku udah kayak lepas tangan gitu. Malah dari pihak keluarga kami disuruh cari pinjeman uang ke orang-orang terdekat gitu," tandasnya.

Baca juga: Ucapan Selamat Hari Ayah Nasional 2025 Sebagai Bakti Anak pada Orang Tua

(*/TRIBUN-MEDAN.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Cerita Pilu Ibu Siswa SMPN 19 Tangsel, Anaknya Jadi Korban Bullying Sejak MPLS/Tribunnews.com 

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

Ikuti juga informasi lainnya di FacebookInstagram dan Twitter dan WA Channel

Berita viral lainnya di Tribun Medan 

 
 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved