Sumut Terkini

Cerita Silvia Gea, Anak Muda dari Nias yang Jadi Motor Gerakan Merawat Lingkungan

Perempuan kelahiran Gunungsitoli, 5 Desember 2002 ini menunjukkan bahwa anak muda dari daerah pun mampu menjadi penggerak perubahan nasional

Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
DOKUMENTASI
Silvia Decmerry Natalia saat memberikan edukasi kepada masyarakat 

Membawa Gerakan Ecoeducare ke Proyek BERLIAN

Lewat program Pemimpin Muda untuk Iklim bersama Plan Indonesia dan Teens Go Green, Silvia menciptakan Proyek BERLIAN (Bank Sampah HORAS BAH) yang fokus pada edukasi dan olah limbah minyak goreng di Kampung Nelayan Seberang.

Limbah yang sebelumnya mencemari laut diubah menjadi peluang ekonomi. Edukasi, recycle, dan olah limbah digabungkan menjadi model pemberdayaan berbasis komunitas.

“Menjadi Pemimpin Muda untuk Iklim bukan gelar, tapi tanggung jawab untuk menerjemahkan ilmu menjadi aksi,” katanya.

Tahun 2024, Silvia menjadi Delegasi Indonesia dalam World Cleanup Day Impact and Sustainable Asia Conference di Malaysia. Di sana ia bertemu para pemuda Asia yang membuktikan bahwa gerakan lokal bisa berdampak global.

Pengalaman ini memperkuat keyakinannya bahwa anak muda Indonesia, terutama perempuan, punya peran besar dalam solusi perubahan iklim.

Perjalanan panjang itu kemudian mengantar Silvia ke salah satu pencapaian terbesar terpilih sebagai Finalis MUDA30 Changemakers 2025 dan satu-satunya wakil Sumatera Utara.

Prosesnya panjang Social Media Campaign, Governance Bootcamp, Townhall Forum, hingga menulis buku “Teman Muda Nusantara Vol. 2”.

“Penghargaan ini bukan soal saya. Ini bukti bahwa anak muda dari daerah pun bisa membawa perubahan,” tegasnya.

Membangun Program Baru PESONA dan Misi Ekonomi Sirkular

Silvia melanjutkan langkahnya lewat program terbarunya, PESONA kolaborasi Ecoeducare dengan berbagai hotel untuk mengubah sampah menjadi sumber pendanaan edukasi lingkungan

Sampah hotel akan disalurkan ke bank sampah, dan hasilnya digunakan untuk seminar serta kegiatan sustainability.

Baginya, perubahan besar dimulai dari siklus kecil yang terhubung dan melibatkan banyak pihak.

Di tengah padatnya aktivitas, Silvia menjaga keseimbangan dengan cara sederhana: membuat jadwal disiplin, menyisihkan waktu untuk membaca, travelling, dan mengeksplor hal-hal baru.

“Membaca memberi wawasan, travelling membuka perspektif, dan mencoba hal baru membuat saya berani keluar dari zona nyaman,” ujarnya.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved