Penduduk Miskin Jakarta Meningkat, Ahok: Saya Tidak Setuju Konsep Survei BPS

Badan Pusat Statistik DKI mencatat jumlah penduduk miskin di Jakarta naik sebesar 0,14 persen atau bertambah 15.630 orang.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menyampaikan sambutan dalam rapat koordinasi BPJS Kesehatan, di Gedung BPJS Kesehatan, Jalan Letjen Soeprapto, Jakarta Pusat, Rabu (29/6/2016). 

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik DKI mencatat jumlah penduduk miskin di Jakarta naik sebesar 0,14 persen atau bertambah 15.630 orang.

Menanggapi hal itu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan tidak terima dengan hasil survei tersebut. Survei BPS dinilainya juga mendata warga pendatang atau warga yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) beralamat Jakarta.

"Saya tidak setuju konsep survei BPS seperti itu. Saya sempat ngomong gitu lho. Katanya, 'jadi memang begitu pak, jadi semua orang yang ketemu di Jakarta itu dinilai," ujar Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (19/7/2016).

Ahok menyarankan survei seharusnya terfokus kepada warga yang ber-KTP DKI, dan tidak memasukkan warga pendatang ke dalam klasifikasi. Karena banyak warga daerah datang ke Jakarta untuk meningkatkan taraf hidup.

"Sekarang semua orang suka tinggal di Jakarta. Naik bus murah, kesehatan ditanggung, nah itu juga masalah. Kita tidak bisa nahan orang pindah, itu bukan KTP DKI," kata Ahok.

Data BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta mengalami peningkatan 0,14 persen atau bertambah berkisar 15.630 orang. Diketahui jumlah penduduk miskin pada September 2015 mencapai 368.670 orang atau 3,61 persen dari total jumlah penduduk di DKI Jakarta.

Sedangkan pada Maret 2016, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 384.300 orang atau 3,75 persen. Artinya ada peningkatan sebesar 15.630 orang atau meningkat 0,14 poin.

Penyebab peningkatan angka garis kemiskinan, disebabkan perananan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komiditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan.

Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan Maret 2016 mencapai 64,59 persen atau sebesar Rp 329.644, sedangkan sumbangan garis kemiskinan non makanan terhadap angka garis kemiskinan sebesar 35,41 persen atau sebesar Rp 180.715. (*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved