Teror Bom

Intan Ternyata Baru Ditinggal Mati Bibi dan Nenek, Salam Perpisahannya Membuat Merinding

“Sebulan lalu, kakak saya (Dewi, korban begal red) meninggal sekitar pukul 20.30 WIB pada Senin (24/10/2016). Hanya berselang beberapa menit,orangtua

(Hand-over/Medsos & Tribun Kaltim/Nevrianto)
Tiga dari empat anak-anak usia di bawah lima tahun (Balita) korban ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) pagi. Seorang ibu histeris menangisi anaknya yang terluka (kanan). (Hand-over/Medsos & Tribun Kaltim/Nevrianto) 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Jefri Susetio

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Meninggalnya Intan Olivia Banjarnahor, balita berusia 2,5 tahun akibat serangan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11/2016) membuat Agustini Banjarnahor tak henti meneteskan air matanya.

Hal itu dikarenakan dua pekan lalu, Agustini sempat melihat keponakannya Intan Olivia Banjarnahor datang ke Kota Medan.

Ketika itu, Intan bersama orangtuanya untuk melayat ke rumah Dewi Sartika boru Banjarnahor yang merupakan bibi Intan yang menjadi korban begal di Ringroad.

korban ledakan bom gereja oikumene3
Tiga dari empat anak-anak usia di bawah lima tahun (Balita) korban ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) pagi. Seorang ibu histeris menangisi anaknya yang terluka (kanan). (Hand-over/Medsos & Tribun Kaltim/Nevrianto)

Baca: Turut Berduka, Balita Intan Korban Ledakan Bom Embuskan Nafas Terakhir

“Ketika Intan datang kemarin kondisinya sehat, hanya badannya hangat karena kangen dengan tantenya (adik dari ibunya). Begitu di sini, dia (Intan) melihat mediang kakak saya (Dewi, Red). Tapi dia takut, enggak berani,” kata Agustini menirukan suara Intan kepada www.tribun-medan.com, di Jalan Ringroad, Senin (14/11/2016) siang.

Namun, saat proses penguburan Dewi, bocah Intan merengek ingin liat bibinya. Bahasa Tapanuli, bibi (adik atau kakak perempuan dari ayah) disapa namboru. Kadang anak-anak menyapa dengan sebutan bou.

"Ketika jenazah mau dibawa ke dalam mobil, Intan bilang “Dadah bou, tenang di surga,” kata Agustini menirukan suara Intan saat ditemui www.tribun-medan.com, di Jalan Ringroad, Medan, Senin (14/11/2016) siang. Salam perpisah Intan membuat merinding.

Baca: Keluarga Intan di Medan Berharap Pelaku Peledakan Bom Dihukum Berat

Setelah menghadiri pemakaman Dewi Sartika boru Banjarnahor (34 tahun), di Simalingkar, lanjutnya, Intan bersama keluarga besar ke Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara (Labura). Mereka melayat ke rumah ompung Intan, ibu ayahnya juga ibu Dewi, yakni Rusdaya boru Nainggolan (65 tahun).

Kematian Rudaya pun menyisakan kisah pilu.

Hari itu, Senin (242/10/2016), Dewi tewas karena kena begal. Jambret.

Malam itu Dewi berniat mengantarkan obat untuk Rusdaya, ibunya,  yang sakit di rumahnya, Aek Kanopan, Kabupaten Labuhan Batu Utara, Sumut. Dari Medan menumpang bus ke Aek Kanopan ditempuh kurang-lebih 6 jam.

Saat obat penawar sakit itu tak kunjung tiba, justru berita duka yang lebih awal mampir.

Rusdaya pun syok. Ia kaget mendengar putrinya meninggal karena ulah penjahat. Dewi jatuh dari becak motor, terempas ke aspal karena berusaha mempertahankan tasnya dari jambret, dan meninggal. Dan sesaat, berselang kurang-lebih 30 menit dari kabar Dewi meninggal, sang ibu (neneknya Intan) itu meninggal.

Baca: Dewi Tewas Kena Begal saat Hendak Jenguk Ibunya yang Akhirnya Meninggal Kaget

Duka mendalam inilah yang masih dikenang Agustini, bibi Intan, yang lain.

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved