Begini Pengaruh Harga Cabai Rawit yang Naik Turun pada Pengusaha Kuliner
"digunakan untuk pendamping masakan. Berbeda dengan cabai merah, paling utama untuk beberapa masakan,"
Laporan Wartawan Tribun Medan / Ryan Achdiral Juskal
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Pelaku Usaha Kuliner di kawasan Medan Tembung, Edi mengaku, naik turunnya harga cabai rawit di Medan tidak mempengaruhi penjualannya. Sebab cabai merah rawit bukan konsumsi utama dalam makanan yang ia jual.
Bahkan, disampaikannya, para pengunjung akan komplain apabila makanan yang dijuak tanpa cabai merah. Menurutnya, cabai rawit hanya menu pendamping
Baca: Menyasar Harga Cabai dan Dugaan Adanya Kartel, KPPU Ungkapkan Hal Ini
Baca: Persoalan Selalu Sama, Begini Adu Pendapat Pemko dan DPRD Medan
Baca: Alamak Pria Bertato Sekarat Diamuk Warga, Kenapa Ya?
"Yang kita takutkan ketika cabai merah yang naik, namun kalau cabai rawit bukan hal yang utama, hanya digunakan untuk pendamping masakan. Berbeda dengan cabai merah, paling utama untuk beberapa masakan," ujarnya kepada Tribun-Medan.com via telepon selular, Senin (6/3/2017).
Edi menyatakan, apabila harga cabai merah melambung tinggi, maka ia akan kewalahan dengan dagangannya, sebab harga akan berpengaruh.
"Buat bingung kalau harga cabai merah naik, gak mungkin kita naikkan harga jualan, bisa lari pembeli. Kalau jita kurangi cabainya mereka malah komplain," ungkapnya.
Melalui pantauan Tribun Medan di beberapa pasar tradisional, harga cabai rawit mengalami fluktuasi. Ada yang menjual Rp 70 ribu per kilogram, bahkan ada yang menjual Rp 80 ribu per kilogram.
(raj/tribun-medan.com)