Sri Mulyani Sampaikan Kuliah Umum di Universitas Harvard

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kuliah umum kepada sivitas akademika Kennedy School Universitas Harvard, Amerika Serikat

KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat acara Kompas 100 CEO Forum di Jakarta Convention Center, Kamis (24/11/2016). Para CEO yang tercatat dalam indeks Kompas 100 berkumpul dan berdiskusi dalam Kompas 100 CEO Forum. 

TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kuliah umum kepada sivitas akademika Kennedy School Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Apa yang disampaikan Sri Mulyani di universitas unggulan dunia tersebut?

"Hari Selasa tanggal 7 Maret 2017 saya memberikan kuliah umum di Harvard Kennedy School dengan topik: "The New World Order: Indonesia's Response and Call for a Coordinated Global Response"," kata Sri Mulyani melalui akun Instagam pribadinya, @smindrawati, Rabu (8/3/2017).

Baca: Bentrok Pengemudi Ojek Online dan Sopir Angkot Reda, Jalan Raya Sangiang Kembali Dibuka

Sri Mulyani menjelaskan, kuliah umum tersebut merupakan bagian dari program acara Albert H Gordon Lecture. Dalam acara itu, fokus pembicaraannya adalah pada bidang keuangan dan kebijakan publik.

Dalam paparannya, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menyatakan bahwa rata-rata pendapatan per kapita global meningkat secara dramatis, yakni 450 persen antara periode 1950 hingga 2015.

Proporsi populasi dunia yang berada dalam kondisi kemiskinan ekstrim pun turun dari 72 persen pada tahun 1950 menjadi 10 persen pada tahun 2015.

Baca: Wanita Ini Tulis Surat pada Selingkuhan Suami: Gak Takut Cap Perusak Rumah Tangga Orang?

Namun demikian, permasalahannya adalah ketimpangan antara orang kaya dan orang miskin melebar, begitu pula dengan akses kepada pekerjaan dan jaring pengaman sosial masih timpang, meski kemajuan teknologi dan globalisasi telah menggiring pada kemakmuran global.

Baca: Dituduh Menyadap, Obama Mulai Kehilangan Kesabaran

"Distribusi kemakmuran yang tak merata, yang dari sudut pandang saya tidak adil dan tak bisa diterima, telah berkontribusi kepada tumbuhnya ketidakpuasan terhadap pemerintah karena dinilai gagal mentransfer porsi perolehan dari globalisasi kepada mereka yang terdampak negatif," ujar Sri Mulyani.

Indonesia pun dipandangnya tak luput dari masalah itu. Meski angka kemiskinan sudah terpangkas sejak tahun 2000, namun ketimpangan juga tumbuh cepat dalam hal pendapatan dan kesempatan.

Baca: Ini Hadiah Mewah yang Disebut dari Raja Salman untuk Iriana Jokowi, Lihat Banyaknya Perhiasan

Meskipun tanda-tanda pertumbuhan ekonomi kasat terlihat di ibukota Jakarta, namun hal demikian tak terjadi ketika melihat marjin yang ada di kawasan lain.

"Sebagai contoh kepada Anda, bandingkan anak yang lahir di Jakarta yang memiliki orang tua yang setidaknya berpendidikan SMA dengan anak yang lahir di Papua atau Maluku di tengah keluarga miskin dan berpendidikan rendah. Anak yang lahir di Jakarta hanya memiliki 6 persen kesempatan menikmati sanitasi yang kurang layak, dibandingkan 98 persen bagi anak di daerah rural," ungkap Sri Mulyani.

Perbedaan semacam itu, ujar Sri Mulyani, terjadi pada indikator kesempatan lainnya pula, seperti perumahan, kualitas layanan kesehatan, dan pendidikan.(*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved