Kasihan, Pasutri Usia 100 Tahun Menghuni Gubuk di Zona Merah Gunung Agung
Nyoman Rupa terbaring tak berdaya di atas kasur lusuh rumah warga Jalan Trijata I Gang C, Denpasar.
TRIBUN-MEDAN.com-Nyoman Rupa terbaring tak berdaya di atas kasur lusuh rumah warga Jalan Trijata I Gang C, Denpasar, Bali, Senin (25/9/2017) pukul 22.35 Wita.
Perempuan berusia 100 tahun lebih ini adalah warga Banjar Dalem, Desa Duda Selat, Kecamatan Selat, Karangasem yang mengungsi ke Denpasar bersama 11 orang keluarganya.
Mereka akhirnya bisa dievakuasi setelah cucunya panik selama dua hari.
Di rumah semi permanen yang berdindingkan anyaman bambu itu, Rupa ditemani oleh para keluarganya, muali dari cucu, hingga anak-anaknya.
Kadek Gunawan mengaku bersyukur nenek, dan keluarganya akhirnya bisa dievakuasi.
Sebab, wilayah tempat tinggal keluarganya di Selat, Karangasem, sangat dekat dengan Gunung Agung.
"Dari kemarin saya sudah tidak tenang. Saya suruh teman untuk menginformasikan ke Basarnas, karena saya tidak ada kenalan. Awalnya nenek saya dibawa ke Klungkung, tapi tidak memungkinkan di sana, akhirnya diajak kesini," tutur Kadek Gunawan.

Jika dilihat dari peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), kawasan rumah Rupa di Karangasem berada di zona merah atau zona yang berpotensi tinggi terlanda awan panas, aliran lava, dan lahar.
Selama beberapa hari terakhir, Nyoman Rupa dan suami, dan dua orang anaknya tidak begitu mengetahui informasi yang beredar bahwa Gunung Agung berpotensi meletus.
Sempat ada warga yang sudah mengungsi lebih dulu memberi tahu mereka, namun lantaran terkendala usia, dan kendaraan, mereka memilih tetap di kampung halamannya di area perbukitan.
"Umah tiange di bukite nika, ten uning tiang. Jeg kangiang tiang ampun drika manten meneng. Men kudiang tiang ten mresidang mejalan joh (Rumah saya di daerah bukit. Tidak tahu apa saya. Saya memilih tinggal saja di rumah. Gimana lagi, saya tidak bisa berjalan jauh," kata Wayan Rupa, suami dari Nyoman Rupa dengan terbata-bata.
Nyoman Rupa dan Wayan Rupa adalah suami istri yang sama-sama berusia 100 tahun lebih.
Namun, Nyoman Rupa sudah terlihat tak berdaya, dan tidak bisa berbicara, sementara suaminya Wayan Rupa masih bisa berbicara, meski terbata-bata.
11 orang pengungsi yang baru datang pukul 20.00 wita di Denpasar ini mengaku satu keluarga.
Mereka adalah masyarakat menengah ke bawah, yang saat ini masih memerlukan bantuan.