Begini Cara BNN Sumut Ungkap Kasus Pengiriman 15 Ribu Pil Ekstasi
Kita ingin tahu alamat tujuan, sewaktu di Medan kan kita tidak tahu siapa yang kirim. Tahu-tahu ada ditempat pengiriman
Penulis: Victory Arrival Hutauruk | Editor: Salomo Tarigan
Laporan Wartawan Tribun Medan, Victory Arrival Hutauruk
Tribun-Medan.com, MEDAN - Mengungkap peredaran 15 ribu pil ekstasi yang dilakukan BNN Provinsi Sumut dengan cara control dilivery ternyata penuh dengan resiko.
Hal ini diungkapkan Kepala BNN Provinsi Sumut, Brigjend Marsauli Siregar saat pemaparan di Kantor BNNP Sumut, Jl. Williem Iskandar, Medan.
"Kita ingin tahu alamat tujuan, sewaktu di Medan kan kita tidak tahu siapa yang kirim. Tahu-tahu ada ditempat pengiriman, istilahnya ini barang haram pasti ada yang ngirim dan ada yang nerima. Kita pingin tahu ini ujungnya siapa yang nerima, nah kita ikuti Itulah dikatakan control dilivery sehingga dapatlah kita di Jakarta," jelasnya.
Jenderal berpangkat bintang satu ini menjelaskan cara ini menjadi paling efektif untuk dapat mengungkap pelaku namun juga paling beresiko tinggi karena kemungkinan barang hilang sangat besar.
Baca: Karyawan Hilang Tenggelam di Laut, Keluarga Tuding Anggota DPRD Ini Tidak Bertanggung Jawab
"Sistem ini efektif, ini sangat lazim dalam dunia penyelidikan narkoba salah satu teknik penyelidikan yang ampuh. Tapi juga ini memiliki resiko tinggi karena kemungkinan lepas besar. Maka kita harus jaga full," tegasnya.
Marsauli memperkirakan jaringan yang melibatkan pelaku CA ini adalah jaringan besar di luar negeri mengingat jumlah barang yang tidak kecil.
Baca: Diduga Menipu Nasabah Bank, Pria Ini Duduk di Kursi Terdakwa
Baca: Polantas Peras Pengendara Lansung Ditindak, Wakapolrestabes: Pelaku sedang Diperiksa Propam!
"Kita perkirakan itu dari luar. Bisa saja karena narkotika yang terstruktur dan tidak pernah berdiri sendiri. Kita tahu banyak pabrikan ini di luar negeri. Kalau home industry kita pasti sudah cium," bebernya.
Namun ia mengklaim telah mendapatkan peta jaringan dari para bandar yang ada di dalam jaringan ini. Peta jaringannya sudah kita dapat, tergantung situasi karena kita berhadapan dengan mafia dan organisasi crime dunia. Apalagi ini 15 ribu bukan sindikat kacang goreng. Pasti sindikat kelas atas," jelasnya.
Ia menambahkan pelaku CA tidak bekerja sendirian, sedang dilakukan pendalaman terhadap orang-orang yang bekerja di lapangan.
"Nggak mungkin sendiri di dunia narkotika, apalagi ini sindikat tidak akan sendiri. Sekarang jaringannya itu yang sedang kita petakan, karena pasti sangat terorganisir. Kita sedang identifikasi dan sedang kita upayakan segera menemukan," tutupnya.(cr10/tribunmedan.com)