Ahli Arkeologi Temukan Tiang Rumah Berusia 1000 Tahun Diduga Kampung Awal Orang Batak
Bekas penggalian jejak budaya dan Arkeologi Batak di Samosir menjadi tempat kerumunan dan masih terus ramai
Penulis: Arjuna Bakkara |
Baik di antara guru sejarah, budayawan hingga yang lain. Temuan arkeologi juga menghubungkan temuan perkampungan tua di Simanindo sebelum ke Urat Samosir hingga ke Ulu Darat di Luar Pulau Samosir.
Kadis Pendidikan Samosir Rikardo Hutajulu yang menjadi Nara Sumber, menyebut Ulu Darat dulu dijadikan sebagai tempat upacara spritual. Khususnya marga keturunan si Raja Lontung. Klan marga tersebut juga menjadikan Ulu Darat sumber air untuk pertanian.
Disebutnya oang-orang di sana memiliki keterampilan di bidang pertanian. Dengan penelitian arkeologi ini, diharapkannya semakin dapat menunjang keterampilan generasi saat ini.
Menurutnya, sejauh inj upaya yang dilakukannya untuk membangun karakter melalui pendidikan yakni memberikan pemahaman budaya khususnya Batak melalui Pelajaran muatan lokal. Tentu, hal itu harus didukung penelitian Arkeologi agar peserta didik di Samosir semakin mencari jati diri sebagai orang Batak.
Katanya, guru sejarah nanti akan mereka rekrut dan dilatih menjadi guru muatan lokal. Disebutnya lagi, Samosir masih membutuhkan banyak sentuhan Arkeologi. Apalagi, Samosir sangat kaya dengan budaya karena dari sisi arkeologinya cukup jauh dari yang telah berlalu dan tua dengan peradabannya.
"Banyak peninggalan sejarah. Dengan mengetahui sejarah, tentu kita punya arah. Penguatan identitas penting untuk menopang eksistensi dan kedaulatan bangsa. Jadi, kepada semua terkhusus guru agar membentuk karakter. Jadi anak abak tidak malu. Jangan ada cerita malu memakai ulos,"ujarnya lagi.
Budayawan Batak Thompson Hutasoit mengatakan, penggalian arkeolog ini hendaknya dapat menumbuhkan kembali nilai-nilai luhur yang lama "terkubur". Menurutnya peradaban masa lalu Batak begitu kaya, baik dirinjau dari segi hukum maupun atau sistem sosialnya.
Bagi Thompson, nilai-nilai luhur ini penting ditularkan. Sebab, bagaimana nenek moyang Batak dulunya sudah inovatif melahirkan produk budaya.
"Tinggal bagaimana kita menyikapinya,"ujar Thompson yang telah 15 tahun menggali Opera Batak tersebut.(cr1/tribunmedan.com)