Tertarik Dengan Tenun Ulos Batak, Festival Tenun Nusantara (FTN) Cocok Anda Kunjungi
Kawasan Danau Toba kembali akan menebarkan pesona budaya serta keindahan alamnya kepada dunia melalui budaya bertenun Ulos
TRIBUN-MEDAN.com-Kawasan Danau Toba kembali akan menebarkan pesona budaya serta keindahan alamnya kepada dunia melalui budaya bertenun Ulos (kain Batak) dalam acara Festival Tenun Nusantara 2018 (FTN 2018), dengan tema tahun perdana "Ahu Partonun" (Saya Penenun).
Tradisi kebudayaan yang memiliki akar ribuan tahun di tanah Batak ini dianggap oleh para kurator seni sebagai sebuah objek kebudayaan yang layak untuk dibangunkan kembali, dirawat, serta dimajukan dengan cara merevitalisasi ekosistem budaya yang mendukung keberlangsungan hidup.
Acara FTN 2018 didukung oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan (Kemdikbud RI) dan Pemerintah Daerah Tapanuli Utara dalam platform kebudayaan bernama Indonesiana.
Platform kebudayaan Indonesiana ini merupakan inisiatif baru Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk mendorong dan sekaligus memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai UU No. 5 Tahun 2017.
Untuk tahun 2018, Indonesiana berfokus pada konsolidasi untuk peningkatan standar tata kelola kegiatan budaya dan manajemen penyelenggaraan kegiatan budaya melalui dukungan atas penyelenggaraan festival-festival di daerah.
Di Kabupaten Tapanuli Utara sendiri terdapat setidaknya 3000 (tiga ribu) orang penenun. Dengan kata lain, keberlangsungan hidup ekonomi kreatif di Kabupaten Tapanuli Utara sangat ditentukan oleh tata-kelola dan pemeliharaan ekosistem tenun itu sendiri.
Panitia yang bertugas menlaksanakan acara ini telah melakukan konsolidasi terhadap para tetua adat dan komunitas seni-budaya di 8 kabupaten yang mewakili 6 Puak Batak di kawasan Danau Toba.
Konsolidasi dilakukan dengan melaksanakan berbagai FGD kebudayaan, "kumpul komunitas", serta acara-acara lainnya.yang melibatkan berbagai pihak (stakeholders), khususnya para penenun se-kawasan Danau Toba.
Tujuan dari persiapan dan konsolidasi intensif ini adalah demi menggali konsep yang mendalam dan tepat sasaran, jenis rangkaian acara yang dibutuhkan, mengidentifikasi permasalahan utama dalam dunia tradisi bertenun kain Batak, serta merumuskan solusi-solusi strategis.
"Festival adalah ekspresi atas nilai-nilai yang kita hayati, nilai-nilai dari kebudayaan yang kita miliki. Ekspresi inilah yang harus dikemas dengan baik dan dikerjakan demi menunjang keberlanjutan penurunan nilai-nilai tersebut," ujar Hilmar Farid, Ph.D, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud RI 29 Juli 2018 silam.
"Pada akhirnya siapakah pemilik dari acara festival ini? Bukan pemerintah, bukan pula pebisnis. Penenun itulah pemiliknya. Hanya saja, dalam prosesnya, kehadiran berbagai pihak haruslah mampu menolong dan membangun ulang ekosistem bertenun Ulos di tanah Batak ini," tambah pria yang akrab dipanggil Mas Fay ini.
Sebelumnya tanggal 29 Juli 2018 telah dilaksanakan penanda-tanganan Nota Kesepahaman (MoU), yang dilanjutkan dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Ditjen Kebudayaan dan Pemkab Tapanuli Utara.
Khusus tahun ini, rangkaian acara Festival Tenun Nusantara 2018 akan dilaksanakan pada tanggal 13-17 Oktober 2018.
Adapun uraian singkat kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pameran Tenun Nusantara (13 -17 Oktober 2018) di Gedung Kesenian Taput, Tarutung