Kurs Dollar - Rupiah Menguat, Jusuf Kalla Bilang Simpan Dolar Rugi, Terbukti Kebijakan Pemerintah
Rupiah menguat. Terobosan cepat dilakukan pemerintah mengatasi depresi mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah
TRIBUN-MEDAN.COM - Terobosan cepat dilakukan pemerintah mengatasi depresi mata uang Dollar Amerika Serikat (AS) terhadap Rupiah mulai terlihat.
Kondisi Rupiah mulai menguat.
Karena itu Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengimbau warga jangan simpan dolar, alasannya nanti rugi.
'Kami (pemerintah) cenderung bisa mengendalikannya. Jadi siapa yang simpan-simpan dolar mungkin rugi," kata Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, seperti yang dilansir Tribun-medan.com dan Kompas TV, Kamis (6/9/2018) sore.

Jusuf Kalla menilai kebijakan pemerintah soal penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sudah mulai terlihat.
"Sudah terbukti hari ini lebih rendah dibanding kemarin kan?," ujar Kalla.
Menurut Jusuf Kalla, penguatan nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh upaya yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot mata uang Indonesia itu.
Jusuf Kalla juga menilai, pemerintah relatif mampu menjaga nilai tukar rupiah agar tidak terus terperosok karena ditekan oleh penguatan nilai tukar dollar AS.
Baca: Rupiah Tertekan, Jangan Takut! Tidak Akan Terjadi Seperti Krisis 1998, Berikut Penjelasannya
"Baguslah ada pengaruh daripada kebijakan pemerintah. Artinya jam-jam ini turun," jelas Kalla.
Mengutip Reuters, Jumat (7/9/2018), nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 14.890 per dollar AS. Nilai ini menjauh dari level Rp 15.000 per dollar AS beberapa hari lalu.
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 1,31% pada perdagangan terakhir di pekan ini ke level 5.851,47.
IHSG berhasil menguat kala bursa saham utama kawasan Asia kompak terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,8%, indeks Kospi turun 0,26%, indeks Strait Times turun 0,55%, dan indeks Hang Seng turun 0,01%.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar AS sejak setahun belakangan.
Bahkan, rupiah sempat melampaui nilai Rp 15.000 beberapa waktu lalu.
Pemerintah bersama dengan berbagai otoritas terkait, terutama Bank Indonesia (BI) terus memutar otak dan mengeluarkan berbagai jurus untuk menjaga stabilitas fundamental ekonomi dan juga rupiah.
Salah di antaranya adalah dengan melakukan intervensi ganda di pasar valuta asing.