Fadli Zon Sebut Meninggalnya KPPS Memunculkan Spekulasi Disantet dan Diracun, Ini Kata Moeldoko

Fadli Zon menyerukan betapa pentingnya pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) kecurangan Pemilu.

Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS.com/ Nabilla Tashandra
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. 

TRIBUN-MEDAN.COM - Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon menyerukan betapa pentingnya pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) kecurangan Pemilu.

Selain untuk mengungkap penyelenggaraan Pemilu mulai dari pemungutan hingga rekapitulasi suara, TPF juga penting untuk mengungkap meninggal ratusan anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

"Saya nilai penting tim pencari fakta atau tim gabungan terhadap meninggalnya ini. Karena ini nyawa manusia, sangat serius. Satu nyawa saja harus diinvestigasi apalagi ini sampai 600an," katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (14/5/2019).

Bila tidak diinvestigasi menurut Fadli maka masyarakat akan terus bertanya bertanya penyebab meninggalnya anggota KPPS.

Bila tidak diungkap maka meninggalnya, KPPS akan menjadi misteri perbincangan di masyarakat.

"Realitas perbincangan di masyarakat, engga bisa dianggap enteng," katanya.

Karena dalam beberapa kasus ada petugas KPPS yang sampai muntah darah.

Bila tidak benar benar diungkap, maka akan menyebabkan munculnya banyak spekulasi, mulai dari diracun hingga disantet.

"Kemarin yang saya datangi sama keluarganya muntah-muntah darah dan sebagainya Jadi apa yang sebenarnya terjadi harus di investigasi. Mungkin kelelahan mungkin keracunan atau ada hal lain kan spekulasinya sampai hal yang gaib sampai kena santet dan sebagainya," katanya.

Moeldoko: Tudingan Petugas KPPS Diracun, Bentuk Pemikiran Sesat

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta persoalan meninggalnya ratusan Petugas Kelompok Penyelenggaraan Pemungutan Suara (KPPS) di beberapa daerah, tidak dibawa ke ranah politis.

Ia pun meminta tidak ada dugaan-dugaan yang di luar akal sehat atau tidak mungkin terjadi, seperti halnya kabar seorang KPPS di Jawa Barat meninggal akibat diracun. 

"Saya berharap, tidak berkembang menjadi bola liar. Seolah ada racun, tetek-bengek, ini sudah berpikir yang sesat ini," papar Moeldoko di kantornya, Jakarta, Selasa (14/5/2019) yang dikutip dari Tribunnews.com.

Menurut Moeldoko, dijelaskan Kementerian Kesehatan mayoritas kematian KPPS seusai pencoblosan pada 17 April 2019 karena penyakit jantung, termasuk di dalamnya ada struk dan lainnya. 

"Saya berharap masyarakat Indonesia supaya berfikir yang jernih, berfikir yang wajar bahwa setiap pekerjaan ada sebuah resiko," paparnya. 

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved