Mengharukan, Penyesalan Terdalam Seorang Bankir Sukses

Maaf karena aku bercerita terlalu panjang. Sekarang aku merasa hampa, tua dan begitu lelah….

int
ilustrasi 

Ayahku meninggal 10 tahun yang lalu. Aku ingat betul hari itu. Ibuku menelponku dan memberi kabar bahwa ayah sakit keras. Tapi aku sangat sibuk saat itu karena harus mempersiapkan masa promosi jabatanku.

Padahal sudah 15 tahun aku tidak melihat ayahku. Tapi aku tak pernah datang menjenguknya dan berharap ia akan baik-baik saja. Ia meninggal. Disaat yang bersamaan jabatanku dinaikkan di kantor.

 Ketika ia meninggal, aku malah berkata pada diriku sendiri bahwa tak masalah kalaupun aku tak datang. Apa yang sebenarnya kupikirkan? Semua kurasionalisasi. Semuanya kubuat menjadi mungkin. Pola pikir yang sebenarnya sangat salah karena hanya untuk mendapatkan kemapanan secara finansial.

Sekarang aku sadar, semua ini tidak benar. Aku menyesali banyak hal yang tidak jadi kulakukan padahal aku masih memiliki kemampuan. Aku menyesal karena pekerjaanku sudah mengambil alih seluruh hidupku. Aku suami yang buruk..Aku hanyalah mesin pencari uang.

Sekarang aku menyesal karena tidak menyelesaikan novelku. Tidak mengelilingi dunia seperti yang kuimpikan. Tidak pernah menjadi ayah yang selalu siap untuk anaknya. Aku bagaikan dompet tebal yang tidak memiliki rasa..

Kalau kalian membaca ini dan sedang memikirkan masa depan kalian, kuharap jangan menunda apapun.

Jangan tunda mimpi-impi kalian. Percayalah pada kemampuanmu. Lakukanlah sesuatu selagi kau masih muda. Jangan cepat merasa nyaman. Jangan lupakan teman-teman dan keluarga terbaikmu. Jangan sia-siakan hidupmu seperti yang kulakukan. Kumohon jangan…

Maaf karena aku bercerita terlalu panjang. Sekarang aku merasa sangat hampa, tua dan begitu lelah…. (ers/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Tags
dunia
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved