Film
AADC, Rangga dan Cinta, 13 Tahun Kemudian
Pengaruh AADC juga melompat ke luar layar, melahirkan generasi baru
Penulis: T. Agus Khaidir | Editor: T. Agus Khaidir
TRIBUN-MEDAN.com - Sebelum Ada Apa Dengan Cinta (selanjutnya disingkat AADC), film Indonesia tengah terpuruk di titik terendah sejak teknologi "gambar idoep" mulai diperkenalkan sebagai tontonan yang menghibur.
Bioskop-bioskop sebagian besar telah gulung tikar. Yang tersisa, menghidupi diri dengan memutar film-film cabul. Baik yang diproduksi oleh sineas barat, Asia Timur (China, Hongkong dan Taiwan), maupun sineas negeri sendiri.
Tahun 1996, empat sineas muda Indonesia, yang merasa terusik, dan gerah, dengan keterpurukan ini, melakukan kerja kolaborasi. Riri Riza, Nan Achnas, Mira Lesmana, dan Rizal Mantovani menggarap satu film yang keluar dari "mainstream" pada saat itu.
Dua tahun kemudian, pengerjaan selesai. Kuldesak (bermakna Jalan Buntu, bahasa Catalan, cul-de-sac), dirilis tahun 1999. Di pasaran Indonesia, film ini jeblok. Tapi sebaliknya, berjaya di panggung-panggung festival internasional. Antara lain meraih Silver Screen Award - Best Asian Feature Film dalam Singapore International Film Festival.
Sukses ini melecutkan semangat baru. Bahwa film Indonesia belum sama sekali mati. Hanya koma dan masih ada potensi untuk hidup kembali.
Harapan yang kemudian terbukti dengan cepat. Hanya empat tahun setelah Kuldesak, lahirlah film yang sukses tidak saja secara kualitas, tapi juga berhasil secara finansial. AADC, lebih jauh bahkan menjadi tonggak baru dalam sejarah perfilman nasional.
Cintaku di Kampus Biru mengabadikan nama Anton Rorimpandey dan dua perempuan rupawan, Marini dan ibu dosen Yusnita. Catatan Si Boy menghadirkan Boy, Vera, dan Nuke. Cinta-cinta segitiga yang seru. Tapi AADC lebih seperti Lupus. Konflik Rangga dan Cinta dalam kemasan gaya hidup anak muda yang belum terlalu njelimet.
Dan sama seperti perubahan sosial yang diledakkan Lupus, pengaruh AADC juga melompat ke luar layar, melahirkan generasi baru yang seolah "terputus" dari generasi sebelumnya. Generasi AADC.
Generasi yang memiliki tatanan gaya rambut dan busana berbeda, selera musik berbeda, makanan, dan pemikiran yang juga berbeda, yang khas. Generasi yang menjadikan puisi sebagai gaya hidup, membacanya sembari nongkrong di kafe, nonton MTV, doyan menyantap fast food, generasi yang nyaris tak bisa hidup tanpa internet.
Sekuel
Kesuksesan AADC sempat membuat banyak orang penasaran. Apakah seperti Si Boy dan Lupus, sekuel AADC juga akan dilepas?
Rasa penasaran baru dijawab 13 tahun kemudian. Sekuel AADC, diberi judul Ada Apa Dengan Cinta 2, telah memulai proses syuting sejak pertengahan 2015 dan direncanakan tayang di bioskop pada awal 2016.
"Dari film pertama yang rilis di bulan Februari 2002 kita sebenarnya ingin lanjutkan segera. Tapi di saat yang sama saya dan Riri (Riza) merasa ingin tinggalkan saja karena biar jadi kenangan indah dari generasi saat itu," kata Mira Lesmana dikutip dari 21cineplex.com.