Kisah Restuti Hidayani Saragih, Dokter Berprestasi yang Menangani Penyakit Dalam

"Saya mau bantu orang-orang yang seperti ibu saya, karena secara pribadi, saat itu, belum banyak yang bisa saya lakukan untuk beliau,”

Tribun Medan/ Hendrik Fernandes
Dokter spesialis penyakit dalam Restuti Hidayani Saragih memeriksa pasien di Bireuen Aceh saat melaksanakan bakti sosial, beberapa waktu lalu. 

Laporan Wartawan Tribun Medan/ Hendrik Fernandes

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Dokter spesialis penyakit dalam Restuti Hidayani Saragih memiliki ikatan emosional dengan penyakit Sirosis Hati. Ibundanya meninggal pada 2004 karena mengidap penyakit Sirosis Hati saat Restuti masih kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).

“Saya mempelajari bagaimana seluk beluk penyakit ini, dan menemukan bahwa Sirosis Hati termasuk dalam kategori penyakit dalam. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C yang bekerja secara diam dan menggerogoti seluruh tubuh. Saya mau bantu orang-orang yang seperti ibu saya, karena secara pribadi, saat itu, belum banyak yang bisa saya lakukan untuk beliau,” tutur Restuti Hidayani Saragih di kediamannya jalan Dr Mansyur Medan, Selasa (21/6/2016).

Restuti bilang bahwa gejala penyakit ini sangat mirip dengan gejala penyakit maag yang sering diderita masyarakat.

"Gejalanya demam, mual, perut kembung, muntah, dan nyeri ulu hati yang sangat mirip dengan penyakit mag. Kalau sudah ada keluhan seperti ini wajib periksa ke dokter. Memang keluhannya biasa tapi ini bukan penyakit biasa," jelasnya.

Restuti Hidayani Saragih merupakan perempuan kelahiran Tebingtinggi, 15 April 1981 saat ini menjabat sebagai dokter spesialis penyakit dalam di RSUP H. Adam Malik Medan.

Dirinya mengatakan di tengah kesibukannya berprofesi sebagai dokter spesialis dia juga aktif mengajar di Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU).

"Sebenarnya sibuknya luar biasa. Tapi saya suka mengajar, karena bagi saya mengajar itu dua kali belajar. Saya pilih berprofesi ganda karena ini sekaligus upgrade ilmu. Karena setelah saya menjadi dosen akan ada penelitian yang menunjang profesi kedokteran saya," ujar Restuti di kediamannya jalan Dr Mansyur Medan kepada www.tribunmedan.com, Selasa (21/6/2016).

Tidak sekadar mengajar dan menjadi tenaga medis, Restuti ternyata memiliki segudang prestasi. Ia menjadi dokter Teladan di lingkungan RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2015, menjadi instruktur di Pusat Ultrasonografi Kedokteran Indonesia (PUSKI) sejak tahun 2013 hingga saat ini, Kerap menjadi narasumber talk show kesehatan di berbagai media elektronik dan pernah menjadi pembicara di World Congress of Digestive Diseases di Nanjing, Tiongkok, setelah penelitian yang ia buat dipublikasikan di Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy yang terakreditasi internasional.

"Ini bukan prestasi luar biasa, masih banyak senior saya yang lebih berprestasi. Tapi cacatan rekam medis membuat saya jadi dokter teladan di tahun 2015. Saya juga tidak sangka diundang jadi pembicara di Tiongkok. Saya hanya kirim jurnal saya ke wadah jurnal akreditasi Internasional, dan panita mengatakan jurnal saya terpilih untuk dipresentasikan di Tiongkok," ucapnya.

Saat ini ia pun sedang menempuh pendidikan untuk menjadi Konsultan Penyakit Tropik dan Infeksi di FK USU. Restuti pun mengakui bahwa belajar tak akan pernah berhenti. Itulah sebabnya ia terus menempuh pendidikan untuk lebih memantapkan ilmu yang ia miliki.

“Kedokteran adalah pembelajaran seumur hidup,” pungkasnya.

(cr2/ tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved