Hardoni: Alat Musik Tradisional Batak Tulia Akan Terdengar Kembali

Sempat punah, alat musik tradisional Batak, Tulila, akan kembali diperdengarkan. Alat musik ini akan menjadi pengiring berbagai lagu rohani Kristen

Penulis: Hendrik Naipospos |
Tribun Medan / doc
Hardoni Sitohang saat produksi video Tulila beberapa waktu lalu (ist) 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Hendrik Naipospos

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Sempat punah, alat musik tradisional Batak, Tulila, akan kembali diperdengarkan. Alat musik ini akan menjadi pengiring berbagai lagu rohani Kristen dalam bentuk album audiovisual.

Album ini dipelopori oleh musisi tradisional batak, Hardoni Sitohang.

Ia menceritakan, bahwa sudah berpuluh tahun tak seorangpun pemusik dan pengkaji musik tradisonal batak memainkan alat musik Tulila, bahkan ia tak pernah melihat wujud Tulila sejak SD.

Hardoni melakukan revitalisasi Tulila dengan menemukan beberapa nada dasar yang dapat dihasilkan dalam satu Tulila, dan kini, ia akan menyebarluaskan bunyi Tulia pada 18 Oktober mendatang.

"Tulila sempat punah, puluhan tahun tak ada yang memainkannya, jika tidak ada halangan 18 Oktober akan dirilis album Rohani Kristen di mana saya akan memainkan Tulila di album ini. Proses produksi album sudah selesai, pengambilan video saya lakukan di Pulau Samosir, termasuk di Pusuk Buhit, lokasi yang dipercaya secara mitos adalah asal mula bangsa Batak. Di album ini saya mau kombinasikan aliran kepercayaan dan agama," ujar Hardoni saat dihubungi www.tribun-medan.com, Senin (3/10/2016).

Ia juga menungkapkan lagu rohani yang ada dalam album ini mayoritas merupakan lagu rohani dari kidung jemaat.

"Saya ambil dari kidung jemaat, seperti lagu berjudul Lihatlah Sekelilingmu, dan Kudaki Jalan Mulia. Ada juga lagu berbahasa ingggris yaitu Amazing Grace," sambungnya.

Saat ditanya bagaimana proses launching album ini, Hardoni tak dapat memastikan. Ia menjelaskan bahwa bunyi Tulila bukan hanya milik dirinya, dan bukan hanya milik masyarakat batak melainkan milik dunia.

Ia meminta semua masyarakat bergandeng tangan dalam setiap proses ini. Di mana ia menyebut tak berniat meraup keuntungan.

"Ini saya ciptakan bukan untuk bisnis, ini lebih keinginan saya untuk melestarikan. Mudah-mudahan tidak hanya saya saja yang berjuang untuk ini. Jujur pembuatan album ini adalah modal nekat, saya dibantu oleh teman-teman saya, dan saya tidak bisa mencetak album ini dengan jumlah yang banyak karena keterbatasan dana yang saya punya. Jika masyarakat batak mau bantu, saya akan memasarkan album ini pintu ke pintu. Hingga kini belum terpikir acara peluncuran album ini, mudah-mudahan ada masukan dan dukungan dari teman yang lain," jelas Hardoni.

Sekadar informasi, Tulila merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Sebutan Tulila di setiap daerah berbeda. Seperti halnya di Humbang dengan sebutan Salohap, sedangkan di Samosir disebut dengan Talatoi.

(cr2/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved