Kasihan . . Digerogoti Virus Rubella, Hampir Semua Organ Bayi Mungil Ini Rusak

Di hari berikutnya membuat kami bertambah syok hasil pemeriksaan dari ruang echo, menunjukan ada kelainan pada jantungnya

Penulis: Muhammad Tazli | Editor: Muhammad Tazli
IST
Iftiya 

“Hari pertama kedatangan kami ke rumah sakit itu, dilakukanlah pengambilan sampel darah untuk memastikan benarkah rangkuman dari semua peristiwa ini adalah karena rubella dan toxo atau lainnya. Menanti hasil cek laboratorium, pemeriksaan lain di hari berikutnya membuat kami bertambah syok hasil pemeriksaan dari ruang echo, menunjukan ada kelainan pada jantungnya,” kata Ratih sedih.

“Ada lubang kecil di luar jantungnya. Kebanyakan orang menyebutnya jantung bocor. Hari berikutnya pemeriksaan THT dan lagi lagi ada masalah pada telinganya. Kata dokter saat itu, Ia belum bisa memastikan di bagian saraf mana yang terganggu. Jika masih ada sisa pendengaran, akan mengunakan alat. Jika tidak ada lagi sisa pendengaran harus operasi melalui pemasangan implant,” kisahnya.

Selasa (27/12/2016) hasil lab pemeriksaan virus TORCH pun keluar, Iftiyah dinyatakan positif terinfeksi virus rubella dari sejak dalam kandungan. “Dokter yang membaca hasil lab kemudian menjelaskan bahwa virus yang ada dalam darahnya, kini sudah menjadi antibodi. Semuanya sudah aman. Hanya tinggal membenahi apa yang sudah dirusak oleh si rubella saja,” katanya.

Namun, Ratih dan suaminya pun masih terkendala dengan alat bantu dengar, karena BPJS hanya menanggung Rp1.000.000 untuk alat tersebut. Sementara harga alat bantu dengar tersebut bisa mencapai sekitar Rp10 juta untuk satu unit, dan sepasang mencapai Rp20 juta lebih.

“Saat ini masih cari alat bantu dengarnya dulu, biar bisa terapi sembari persiapan untuk operasi jantungnya,” kata Ratih.

Rubella Menyebabkan Bayi Lahir Cacat

Sementara itu, dr Adlin Adnan, Sp THT mengatakan, Rubella atau Campak Jerman ini termasuk jenis penyakit dari kelompok Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus atau CMV dan Herpes simpleks (TORCH). Virus rubella fatal bagi pertumbuhan dan kehidupan janin.

“Janin akan terancam terkena kelainan jantung, kehilangan pendengaran atau tuli ketika dilahirkan, retardasi mental, kelainan pada bentuk dan fungsi mata, katarak, hidrosifalus, gangguan pada sejumlah organ seperti jantung, paru-paru dan limpa, bayi lahir dengan berat badan rendah, hepatitis, radang selaput otak, dan lainnya,” katanya.

Gejalanya, lanjutnya kebanyakan ibu hamil tidak merasakan gejala apa pun, hanya demam ringan, pusing, pilek, mata merah dan nyeri pada persendian. Sampai saat ini, belum ada cara mengobatinya, namun penyakit ini bisa diantisipasi melalui vakain MMR. Untuk itu, tindakan preventif harus digalakkan khususnya oleh pemerintah.

“Virus ini efeknya bagi anak sangat fatal, saya juga saat ini sedang menggalakan informasi terkait penyakit ini sebagai upaya preventif. Kasihan kalau sampai menyerang ibu hamil,” katanya.

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut, Hikmed mengatakan, virus rubella menyerang ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir cacat mental, gangguan hati dan lainnya, untuk itu di Tahun 2018 dilakukannya kampanye di Sumut dan di pulau Jawa tahun 2017.

Selain itu sambung dia, adanya kesepakatan WHO yang menyatakan harus dilakukan pencegahan massal dengan vaksin. Pada wanita yang menikah diberikan minimal sebulan sebelum kehamilan dan anak anak usia 12 sampai 15 bulan.

“Sekarang tahap sosialisasi dan penyuluhan kepada kabupaten/kota agar melaksanakan kampanye bersamaan di 2018 dan buat anggarannya di APBD atau di dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Kabupaten/kota juga harus menyiapkan data anak usia 12 sampai 15 bulan dan ibu yang mau berumah tangga. Vaksinasi massal di Indonesia dilakukan dengan waktu berbeda seperti di Jawa tahun 2017, karena kalau sempat ibu menderita virus rubella, anak yang dilahirkan bisa cacat. Jadi dengan imunisasi massal, menghindari terjadinya congenital rubella syndrom. Kalau vaksinnya sudah dibuat satu untuk vaksin campak dan rubella,” terang Hikmed.

Menurut Hikmed, kasus rubella ada di Indonesia tetapi tidak diketahui, sebab baru diketahui setelah anak dilahirkan.

“Untuk mengetahuinya, perlu penelusuran dan pemeriksaan sejak kehamilan apalagi banyak faktor penyebab bayi lahir cacat. Kalau sudah divaksin, bayi lahir cacat berarti bukan karena rubella,” katanya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved