Di Kedai Ini, Presiden Jokowi Rela Makan Sambil Berdiri
Begitu dicicipi, rasa manis tak terlalu terasa tajam di lidah. Menyeruput kuah santan yang dingin serta biji telasih membuat ketagihan .
Rupanya alasan orang-orang rela menikmati es dawet ini sambil berdiri, karena es dawet buatannya masih sangat menjaga ketradisionalnnya.
Dalam semangkuk es dawet, disajikan juga ketan hitam, tape ketan, jenang sumsum, biji telasih, cairan gula dan santan dengan tambahan es batu yang menyegarkan tenggorokan.
Selain itu, es dawet khas Solo berbeda dengan es dawet di tempat lain seperti di daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah.
Bila dawet yang dijual di Butuh, Purworejo berwarna hitam, maka di Solo berwarna hijau.
Selain itu perbedaan lainnya terlihat dari penggunaan gula jawa.
Es Dawet Telasih tak menggunakan gula jawa seperti dawet yang dijual di Butuh.
Begitu dicicipi, rasa manis tak terlalu terasa tajam di lidah. Menyeruput kuah santan yang dingin serta biji telasih membuat ketagihan dan serasa ingin menambah lagi.
Es dawet telasih Bu Dermi dibuka pukul 08.00 WIB dan tutup pada pukul 15.00 WIB, maka jangan heran jika pada pagi hari jajanan yang dibanderol dengan harga Rp 8.000 per mangkuk ini sudah diserbu penikmatnya.
Jangan berharap Anda selalu bisa mendapatkan tempat duduk dan meja.
Bu Utik hanya menyediakan bangku dengan panjang sekitar satu meter untuk pembeli.
Jika tak mendapat duduk, Anda harus berdiri di depan warung dan tak jarang terganggu oleh hilir mudik pengunjung Pasar Gede.
Namun, itulah sensasi yang bisa dirasakan ketika menyantap langsung di lokasi dibandingkan jika membeli dan dibawa pulang.
KOMPAS.com/IWAN SUPRIYATNA
