Terungkap Begini Hubungan Jokowi Jusuf Kalla setelah JK Ketahuan Dukung Anies Sandi
"Pak Jokowi sebagai orang Jawa pinter. Pinter ngemong yang lebih tua," ucapnya.
TRIBUN-MEDAN.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara soal hubungan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK), setelah Pilkada Jakarta yang dimenangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Baca: Ini Tokoh Indonesia Masuk 50 Tokoh Muslim Berpengaruh, Habib Rizieq Nomor Berapa Yah?
Baca: NGERI! Politik SARA di Pilgub Jakarta Menyebar ke Kalbar Ini Foto-fotonya
Sebagaimana diketahui, Kalla ternyata mendukung Anies Baswedan dan Sandiaga Uno, seperti diungkap Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, 2 Mei 2017.
Bahkan sehari setelah pencoblosan Pilkada Jakarta, Anies bertemu JK di Istana Wapres.
Setelah itu, nyaris tak terlihat Presiden Jokowi dan Wapres JK tidak pernah bersamaan dalam satu acara resmi.
Baca: Di Depan Raja Salman dan Donald Trump, Jokowi Bilang Ini soal Terorisme dan Radikalisme
Baca: Potong Alat Kelamin Pemuka Agama, Gadis Ini Dipuji Menteri
Namun Menko Bidang Kemaritiman Luhut menegaskan hubungan kedua pemimpin Indonesia ini hingga saat ini masih terbina dengan baik.
Hal itu disampaikannya saat memberi paparan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar, Minggu (21/5/2017) di Novotel, Balikpapan.
"Hubungan Pak Jokowi dengan Pak JK baik-baik saja," ujar Luhut, Minggu sore.
Baca: Ini Mengapa Lapangan Sepakbola di Kapten Tsubasa Terlihat Sangat Panjang
Baca: Penampakan Penggerebekan 141 Pria sedang Pesta Gay di Kelapa Gading
Dia juga mengaku telah lama mengenal sosok Jokowi, yaitu sekitar 10 tahun.
Menurutnya, mantan Gubernur DKI Jakarta itu memiliki pembawaan yang mudah merangkul orang.
"Pak Jokowi sebagai orang Jawa pinter. Pinter ngemong yang lebih tua," ucapnya.
Luhut lalu menyampaikan poin elektabilitas Jokowi yang dinilai tinggi, yaitu sekitar 40 persen. Sementara itu, dua Presiden pendahulunya, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Megawati hanya sekitar 30 persen.
Baca: Luhut Panjaitan: Bapak Saya Dibunuh PKI di Depan Mata Saya, Bagaimana Saya Bisa Dikatakan Pro PKI?
Baca: Mengerikan, Baca Pesan Sopir Taksi Online yang Ngajak Penumpang Remaja Berbuat Mesum
Hal itu, lanjut Luhut, tak terlepas dari dukungan partai politik pendukung pemerintah, salah satunya adalah Golkar.
"Golkar punya peran sentral," tutur mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan itu.
Ketua Umum Partai Amanat Nasional ( PAN) Zulkifli Hasan bercerita soal mengapa sosok Anies Baswedan dipilih untuk diusung sebagai calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Baca: Mr P Terlalu Besar, Nia Rasakan Seks Nikmat Berubah Neraka lalu Cerai dari Suami
Mulanya, kata Zulkifli, tak ada partai yang mau mengusung Anies.
Sosok Yusril Ihza Mahendra lah yang sempat digadang untuk diusung enam partai, yakni Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Gerindra, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Sedangkan Sandiaga Uno menjadi calon wakil gubernurnya.
"Dulu terus terang, saudara Anies itu tidak ada yang mau. Ini saya buka rahasianya," kata Zulkifli saat membawakan keynote speech dalam seminar nasional kebangsaan Gerakan Muballigh dan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (2/5/2017).
"Calon itu Yusril, Sandi, sudah. Dihitung-hitung enggak menang. Sampai jam 12 malam sebelum pendaftaran. Maka dicarilah kesepakatan enam partai itu," sambung dia.
Sosok Pengusaha Chairul Tanjung pun sempat dibidik. Namun Chairul menolak karena bisnisnya tengah susah.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono pun menyodorkan nama Agus Harimurti Yudhoyono.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sempat menyanggupi tawaran tersebut. Namun dengan syarat Sandiaga sebagai calon gubernurnya.
Sebab, Sandiaga sudah lama bergerak untuk maju ke Pilgub DKI.
Namun, pada pukul 21.00 WIB sebelum pencalonan calon gubernur dan wakil gubernur, Sandiaga mendatangi kediaman Zulkifli di Widya Chandra untuk menyatakan kesediaannya menjadi calon wakil gubernur untuk Agus.
"Waktu itu dia bilang enggak apa-apa saya jadi wakil tapi pertemukan Pak Prabowo dengan Pak SBY," tutur Zulkifli menirukan pernyataan Sandiaga saat itu.
"Nah, saya tahu kalau Pak Prabowo, Pak SBY ketemu mesti ada jaminan lima tahun selesai. Kira-kira itu isinya. Sehingga tak jadi ketemu, sudah putus AHY. Di sini ya sudah Sandi sama Mardani (Ali Sera)," sambung Zulkifli.
Di situ lah peta politik berubah. Prabowo akhirnya menyetujui Anies sebagai calon gubernur. Itu, ujar Zulkifli, atas intervensi Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Jam 12 malam sampai jam 1 pagi itu ada intervensinya Pak JK. Saya kan suka terus terang. Pak JK boleh enggak ngaku, saya dengar kok teleponnya. Pak JK lah yang meyakinkan sehingga berubah lah," ucap Ketua MPR RI itu.
Namun, saat itu pihak SBY sudah telanjur mau mengumumkan akan mengusung AHY dan Sylviana Murni. Sehingga pihak SBY dan Prabowo tak berada di satu koalisi.
Namun, kesepakatan tetap dibangun antara partai pengusung Anies-Sandi maupun partai pengusung AHY-Sylvi bahwa harus ada perubahan di Jakarta.
"Karena kami enggak sanggup gubernur yang gaduh terus, sudah enggak sanggup dah. Orang Betawi bilang udah enggak tahan dah. Jadi sepakat kita mesti ada gubernur baru," ucap Zulkifli.
"Jadi kalau kami menang, yang sana gabung. Kalau sana menang, kami yang gabung. Janji laki-laki," tuturnya. (*)