Kasihan, Dokter Ini Keluar dari Solok Akibat Teror Pendukung Rizieq, Negara di Mana?
"Saya hanya mengemukakan pendapat saya seperti yang dilakukan oleh netizen lain," ujar Fiera saat memberikan keterangan pers di kantor YLBHI.
Tindakan intimidasi ternyata tidak berhenti sampai di situ. Setelah mem-posting pernyataan maaf, Fiera menemukan foto-fotonya tersebar di media sosial dengan komentar provokatif dan tidak senonoh.
Pada Selasa, 23 Mei 2017, diadakan pertemuan dengan sejumlah petinggi ormas keagamaan bersama Kepala Polisi Kota Solok Kompol Darto, Kasat Intel Ridwan dan jajaran direksi RSUD Kabupaten Solok.
Baca: Pendukung Rizieq Shihab Ini Ancam Jadikan Kapolri Pempek, Gini Nasibnya Sekarang

Dalam pertemuan tersebut, Fiera diminta menyampaikan permintaan maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dia juga diminta membuat surat pernyataan maaf dan ditandatangani oleh Fiera serta beberapa orang yang hadir dalam pertemuan tersebut.
"Saya pikir dengan pertemuan tersebut semua masalah akan selesai, ternyata tidak sama sekali. Foto-foto pertemuan tersebut kembali menjadi viral di media sosial, mereka terus membicarakan dan menggunjingkan saya," tuturnya.
Pertemuan yang seharusnya menyelesaikan masalah dan membuat suasana menjadi damai, ternyata bagi ormas itu dianggap tidak cukup. Foto-foto pertemuan disebar melalui media sosial dengan kata-kata yang provokatif. Dia dituduh menghina ulama dan agama Islam.
Sejak saat itu, teror dan intimidasi kerap diterima oleh Fiera. Rumahnya sering didatangi oleh orang-orang tak dikenal dan minta untuk bertemu.
Atas pertimbangan keselamatan jiwa anak-anak dan dirinya, Fiera memutuskan untuk pergi dari Solok untuk sementara waktu. Dia merasa tidak ada pihak yang mampu melindungi.
Fiera mengaku tidak mendapat dukungan nyata dari teman sejawat atau pun pihak lain yang berada di sekitarnya. Bahkan, beberapa rekan di kantornya memilih aman dengan menjauhi Fiera.
"Saya memutuskan untuk berkeinginan keluar dari Kota Solok, Sumatera Barat ini. Saya tidak mempunyai pilihan lain lagi," ujar Fiera
"Tidak ada pihak yang akan melindungi saya di sana, ditambah suasana di lingkungan pekerjaan yang sudah tidak nyaman lagi," kata dia.
Perasaan trauma ternyata juga berdampak pada kedua anaknya yang berumur 8 dan 9,5 tahun. Menurut Fiera, anak-anaknya merasa takut dan tidak mau kembali pulang ke rumah.
"Anak saya merasa takut dan menangis. Takut pulang karena takut rumah diserbu," ujar Fiera.
(Kristian Erdianto)
berita ini sudah terbit di kompas.com berjudul: Kisah Fiera Lovita, Korban Persekusi yang Dituduh Menghina Tokoh Ormas