Penderita Kusta di Sergai Makan Ubi di Jalan
Penderita kusta yang ditampung di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pelayanan dan Pembinaan Penyakit Kusta Marsanina turun ke jalan.
TRIBUN-MEDAN.com, SERGAI - Penderita kusta yang ditampung di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Pelayanan dan Pembinaan Penyakit Kusta Marsanina Dinas Kesejahteraan dan Sosial Pemprov Sumut di Desa Simpang Empat Kecamatan Seirampah Kabupaten Serdangbedagai turun ke jalan mencari sumbangan, Selasa (18/7). Bermodalkan kardus bekas mi instan mereka pun menjulurkan tangan kepada setiap pengguna jalan yang melintas di tempat penampungan mereka ini. Pantauan Tribun, mereka juga makan buah singkong bakar yang mereka bakar di pinggir jalan. Dari informasi yang dikumpulkan Tribun, saat ini bahan makanan untuk mereka sudah sangat menipis. Pada spanduk putih besar yang mereka bawa, ada tulisan kalau mereka meminta bantuan karena lapar.
“Kami kurang diperhatikan. Sudah tiga tahun belakangan ini pak. Makanya hari ini kami turun ke jalan. Kami tinggal di sini memang beras, gula, susu, daging, minyak goreng, garam dan telur ditanggung sama Dinas Sosial. Kemarin sudah ada pengumuman kalau untuk lima item akan dikurangi jatahnya. Kami menolak hal ini dan meminta agar jangan ada pengurangan. Kemarin yang sampaikan pengumuman jatah ini dikurangi orang KTU si Lumbanraja marganya. Kami mau tahu juga apa memang seperti ini memang peraturannya karena selama ini tidak seperti ini,” ujar Binsar Purba, seorang penderita kusta.
Binsar menjelaskan, kalau pengurangan jatah itu sebenarnya mulai diberlakukan di hari yang sama. Dikatakannya, berdasarkan pengumuman yang telah disampaikan ke mereka, jatah gula pasir yang awalnya setiap bulan untuk perorangnya 2 kg akan dikurangi menjadi 1 kg. Sementara untuk garam dari dua bungkus jadi satu bungkus. Minyak goreng dari 2 kg menjadi 1,5 kg, telur dari 15 butir jadi 10 butir dan bubuk teh dari dua bungkus menjadi satu bungkus.
Secara keseluruhan ada 200 orang lebih penderita kusta yang ditempatkan di sini dan datang dari berbagai kabupaten dan kota di Sumut. Ia dan rekan-rekannya merasa kalau saat ini mereka seperti dibodoh-bodohi oleh Dinas Sosial Provinsi. Menurut mereka, mengapa jatah sembako untuk mereka dikurangi jatahnya, padahal itu saja dianggap kurang selama ini.
Baca: Penderita Kusta yang Tewas Sering Tidur di Emperan Lampu Merah
“Kalau aksi kami hari ini tidak ditanggapi, kami akan terus turun ke jalan. Bahkan kami akan sampai ke Medan untuk mengemis. Kami gak mau jatah makan kami dikurangi. Sebenarnya banyak kali keluhan kami di sini karena sudah sejak tahun 2016 uang Rp 500 ribu untuk setiap kematian dan dipergunakan untuk uang pemakaman sudah tidak ada lagi. Sudah 13 orang yang meninggal tidak pernah dapat. Kalau dulu ada uangnya diberikan,” kata Binsar.
Sementara itu penderita kusta lainnya, Bahrum Lubis mengatakan kalau saat ini ada 132 orang penderita kusta dewasa dan 86 orang anak-anak yang di tempatkan di sini. Mereka berharap agar persoalan mereka ini bisa menjadi perhatian Gubernur T Erry Nuradi.
Baca: Tak Dipedulikan, Penderita Kusta Aksi ke Jalan Juanda Medan
“Penyandang kista inikan sakitnya menahun. Ada yang sudah berpuluh tahun tinggal di sini. Kayak manalah. Mau balik kampung pun susah kita karena kita kurang diterima. Kami melakukan seperti ini karena mau tahu apakah memang seperti ininya kami harusnya diperlakukan. Di sini ada Kepala UPTnya Kristin Purba, tapi jarang datang,” kata Bahrum Lubis.
Camat Seirampah, Hafaruddin Saragih mengatakan, pada pagi hari juga sudah datang meninjau aksi yang dilakukan oleh penderita kusta ini. Dikatakannya, dirinya sudah membuat laporan ke Bupati Soekirman atas apa yang terjadi. Ia berharap agar Pemerintah Provinsi juga secepatnya memberikan perhatiannya.
“Kalau kewenangan kita gak ada, karena tanggung jawab provinsi ini. Memang mereka sudah jadi warga Desa Simpang Empat, tapi tetap saja ini merupakan tanggungjawab Provinsi. Kalau bisa memang hak-hak mereka itu janganlah lagi dikurangi. Kasihan mereka karena selama ini kehidupannya pun sudah seperti itu. Jatah makan mereka ini belum sampai-sampai. Tadi mereka minta makan siang ya saya belikan jugalah,” kata Hafaruddin.(*)