Oknum TNI Diduga Terlibat dalam Penyekapan dan Penganiayaan yang Menewaskan Riyan

Selain itu, pihak keluarga Riyan juga menunjukkan gambar adanya seseorang yang berpakaian loreng.

Editor: Tariden Turnip
KOMPAS.com/ Muhamad Syahri Romdhon
Kapolres Cirebon Kota, AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachiar menyampaikan keterangan terkait kasus dugaan penculikan, penyekapan, dan penganiayaan yang dilakukan sejumlah awak PO Bus Bhineka di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/7/2017). Satu korban tewas dan satu lagi kritis. 

“Hari ini kami sudah olah TKP, lokasi sudah kami police line. Yang jadi masalah CCTV yang ada di ruang sudah dihilangkan. Kita dalami siapa yang memerintahkan. Itu alat bukti dan tidak boleh diganggu gugat apalagi dihilangkan. Kalau sampai meninggal dunia, berarti ini penganiayaan berat,” ucap Vivid.

Para pelaku terancam pasal 170 tentang penganiayaan secara bersama-sama dan ditambah ayat 3 penganiayaan yang menyebabkan meninggal dunia dengan ancaman hukuman 5 tahun sampai 20 tahun.

Kesaksian korban

Sebelumnya pada Rabu (19/7/2017), Kapolres Cirebon Kota AKBP Adi Vivid Agustiadi Bachtiar bersama jajarannya  sempat menjenguk korban S, yang sempat kritis dan dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan Cirebon.

Selain melihat kondisi korban dan juga berusaha menggali keterangan dari S.

S sendiri mengungkapkan seluruh kronologis sejak awal hingga akhir peristiwa yang dialaminya pada Senin diri hari sekitar pukul 03.00 WIB (16/7/2017).

Awalnya, S dan Riyan yang membawa motor masing-masing, terlibat saling salip dengan bus Bhineka yang melaju kencang di pantura. Saat hendak mengisi bensin di Plumbon, seseorang melemparkan barang yang mengenai dirinya. S mengaku tidak terima dan mengejar bus. Saat berhenti menurunkan penumpang, S melemparkan batu ke arah bus yang mengenai bodi sisi kiri.

“Saya yang lempar batu dan saya kabur. Saya tidak tahu Riyan ketangkep,” ungkapnya.

Senin pagi, S datang ke kantor PO Bus Bhineka memenuhi panggilan Riyan, sekaligus hendak meminta maaf pada pihak bus.

Namun, baru mengucap salam, mengenalkan diri, dan meminta maaf,  S mengaku langsung diseret dan dipukuli sejumlah orang yang ada di tempat.

“Sampai situ saya jam 08.00 pagi, sopir-sopir sudah banyak, (oknum) tentara sudah ada. 'Saya assalamualaikum, saya S yang melempar batu, saya mau minta maaf', tiba-tiba saya langsung diseret, dipukuli berkali-kali, oleh banyak orang, sampai diseret ke belakang. Pakai tangan, pakai balok, dan jempol kaki saya diinjak pakai ujung kursi besi terus diduduki,” ungkap S di ruangan yang juga dipenuhi sejumlah awak media.

Dia mengaku diianiaya sejak tiba hingga sekitar 12.00 WIB. “Mobil (sopir dan kernet) datang, pukul lagi, pukul lagi, pukul lagi hingga selesai sekitar jam 12an. Kemudian saya diantar ke rumah, karena sudah tidak bisa apa-apa pak, muntah-muntah darah,” kata S.

Pasca mendengar kesaksian tersebut, Kamis (20/7/2017), sejumlah awak media berusaha mengonfirmasi pada pihak Datasemen Polisi Militer (Denpom) 3 Cirebon di Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, terkait dugaan keterlibatan oknum TNI pada kasus penganiayaan itu.

Namun, salah satu petugas menyampaikan, belum mengetahui kasus tersebut, dan menyarankan untuk meminta keterangan lebih lanjut pada polisi.

KONTRIBUTOR CIREBON KOMPASTV, MUHAMAD SYAHRI ROMDHON

Artikel ini sudah tayang di kompas.com berjudul: Kasus Penganiayaan Berujung Kematian, Seorang Anggota TNI Diperiksa

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved