BIKIN TERHARU! Begini Isi di Dalam Gubuk Reyot Nek Painem yang Hidup Sebatangkara
Saat ditemui tribun-medan.com, awalnya Nek Painem sempat merasa khawatir lantaran merasa tak punya saudara mau pun anak. Matanya berair dan bibirnya g

Katanya, dirinya sering dibawakan beras dan lauk pauk oleh tetangga yang kasihan kepadanya. Sesekali ia masak beras dan air. Namun hal itu membuatnya tak enak diri lantaran merasa telah merepotkan tetangga untuk peduli kepadanya.
Tak jarang Nek Painem merasa kesepian. Dirinya tidak punya saudara dan anak dari pernikahannya dengan suami ketiganya, sebelumnya dua suaminya meninggal dunia . Bahkan kesepiannya semakin terasa saat hujan datang. Dia hanya bisa pasrah mendekam di gubuknya akibat tetesan air yang merembes dari lubang atap rumahnya.
Kendati demikian Nek Painem tidak pernah berpikiran untuk menjadi seorang pengemis. Hanya saja, terkadang dia meminta bantuan kepada warga sekitar untuk sekadar mengambilkan air dan mengangkat benda-benda yang berat untuk dimasaknya.
Untuk makan Nek Painem lebih banyak dibantu tetangganya Ngatiem yang membawakan sayur. Namun sesekali ia masak beras dan air sendiri dengan kayu karena tetangganya masih sibuk kerja.
"Saya hidup puluhan tahun di gubuk ini tanpa sanak saudara sejak suami saya meninggal dunia beberapa tahun silam. Kadang-kadang ada orang yang datang memberikan saya makan dan membantu saya membereskan gubuk saya ini meski saya enggak memintanya" ujar Nek Painem dengan bahasa Jawa yang khas, Rabu (26/7/2017).
Nafasnya terengah-engah. Nek Painem bercerita keseharian dirinya selalu gelap-gelapan. Rumahnya tak dialiri arus listrik. Jika pun ada, Nek Painem tak bisa mencapai saklar listrik lantaran bergerak saja dia hanya bisa mengesot. Di tempat tidurnya hanya ada tumpukan kain berdebu. Di sisi sudut kamarnya banyak sarang laba-laba.
"Gak ada listsiknya. Ya gini aja lah. Kalau malam cuma pakai lentera aja. Kalau terang kali akunya malah endak bisa tidur," katanya dengan langgam bahasa Jawa.
Meski sudah menginjak usia 92 tahun, Nek Painem ingatannya masih bisa tergolong kuat. Dirinya masih ingat nama suaminya, siapa tetangga yang sering memberinya perhatian, bahkan tempat foto dirinya semasa waktu muda.
"Suamiku namanya Sariun meninggal tahun 86. Ndak punya anak. Ada ya anak angkat, ibu itu (Ngatiem) yang sering nyayur buat makan dan minum. Dulu masih muda nenek cantik. Itu fotonya masih aku simpan di plastik kresek," katanya menunjuk plastik hijau yang digantung di garpu yang menempel di sela dinding bambu rumahnya.
Usai bercerita Nek Painem minta ke beberapa wartawan mengunjunginya lagi. Dia juga berharap ada bantuan memperbaiki rumahnya dan memberinya bantuan materil untuk sekadar bertahan hidup.
Maju jadi Calon Bupati, Zonny Waldi Usung Jargon Simalungun Bersatu, Maju, Sejahtera dan Bermartabat |
![]() |
---|
Perjuangan Hidup Nenek Luspina (78) yang Sebatang Kara, Uang untuk Beli Beras Pun Dicuri Orang |
![]() |
---|
Akses Jalan Siantar-Tanah Jawa Kembali Putus Total, BPBD Koordinasi ke Provinsi |
![]() |
---|
Puluhan Pelajar di Simalungun Keracunan Makanan, Ibu Asrama Ungkap Ikan yang Dimakan Sudah Bau |
![]() |
---|
Pengunjung Dipalak di Kebun Teh Sidamanik, Polisi Minta Jangan Selfi Terlalu Jauh ke Dalam |
![]() |
---|