Sarjana Banting Setir Jadi Sopir Taksi Online: Saya Perlu Uang Biayai Sekolah Dua Anak Saya

"Sampai sekarang masih mengemudi. Belum terpikir untuk berhenti. Saya perlu uang untuk biaya sekolah kedua anak saya." AR, pengemudi GoCar

CAPTURE YOUTUBE
Potongan video driver taksi online diberi hukuman lepas baju 

Pengamat: Bukan Salah Sopir

Rencana Dinas Perhubungan Provinsi Sumut yang ingin menertibkan taksi online berbasis aplikasi memperlihatkan kepanikan. Artinya, penertiban taksi online merupakan perbuatan yang melanggar hak asasi manusia dan sangat berlebihan.

Menurut Pengamat Transportasi Sumut Bhakti Alamnsyah, kasihan sopir taksi online bila ada penertiban dengan cara menjebak apalagi harus bukan salah sopirnya.

Tapi operator aplikasi online itu. Karena itu, pemerintah harus bijak, tidak memperlihatkan kepanikan hadapi masalah ini.

Yang harus dipahami, persaingan dunia modern dan kebutuhan layanan cepat menjadi penyebab masyarakat memilih taksi online.

"Bahkan, hampir seluruh pelayanan berbasis online seperti taksi online dan belanja online lebih murah dan simpel," ujarnya.

Adanya layanan online membuat masyarakat lebih praktis, tidak perlu belanja terjebak macet, dan harus menunggu lama. Semua kebutuhan cukup dipilih lewat aplikasi di ponsel. Harusnya disikapi dengan positif.

Apakah penyedia layanan taksi online dianggap tidak bisa memberikan kontribusi pajak yang besar untuk negara? Harusnya ada aturan yang mengharuskan bayar pajak sesuai keinginan pemerintah. Perkara yang menggabungkan dan ikut ke taksi online, jangan salahkan sopirnya.

Kemudian, selama ini, taksi-taksi konvensional tidak memperlihatkan pelayanan yang bagus, dan meringankan masyarakat. Jadi warga boleh memilih dong. Apalagi taksi online lebih murah bila dibandingkan tarif taksi konvensional.

"Selain itu, pemerintah harus menurunkan harga terendah taksi konvensional itu. Jadi, kalau naik harga taksi konvensional pelayanannya juga harus naik. Pelayanannya harus meningkat, jadi wajar masyarakat memilih taksi online apalagi dibatasi mobilnya tidak boleh rendah 2013," ujar Bhakti Alamsyah.

Tidak hanya itu, persoalan ini murni persaingan dunia usaha, persaingan teknologi. Orang menfaatkan teknologi agar memberikan harga yang lebih murah. Menyingkapi ini harusnya positif, contoh Angkot bila tidak meningkatkan pelayanannya bisa mati.

"Saya lebih setuju, adanya taksi online ini mengakibatkan angkot bisa mati. Dan mengatur angkot lebih sulit. Ada teman yang menarik taksi, bilang bukan mudah dalam sehari mencapai target. Seadaianya sistem online tidak bisa dinikmati, pasti tutup." (Hendrik Naipospos/Jefri Susetio)

Berita selengkapnya baca di harian Tribun Medan edisi Senin, 31 Juli 2017

*******

PERBARUI INFORMASI TERPOPULER LAINNYA

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved