Tewas Dibakar Massa

Gak Nyangka, Marbot Musala Al Hidayah Beber 3 Fakta bahwa Joya Memang Mencuri Amplifier

Pertama, bentuk potongan ujung kabel yang tersisa dan menempel di belakang amplifier tersebut adalah sama

Facebook via Tribun Style
Joya, pria yang dibakar di Bekasi. 

Kedua, selain kesamaan merek dan tipe, nomor seri identitas barang yang tertera di bagian belakang amplifier itu adalah cocok dengan nomor seri di kartu garansi.

Siti Zubaedah (25) istri Muhammad Al Zahra alias Joya (30), pria yang tewas dibakar massa karena dituding mencuri tiga unit alat pengeras suara musala di Kampung Muara Bakti RT 012/07, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa (1/8/2017) petang.
Siti Zubaedah (25) istri Muhammad Al Zahra alias Joya (30), pria yang tewas dibakar massa karena dituding mencuri tiga unit alat pengeras suara musala di Kampung Muara Bakti RT 012/07, Desa Muara Bakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa (1/8/2017) petang. ((Warta Kota/Fitriyandi Al Fajri))

Sebab, ampillifier tersebut belum lama dibelinya. Lantas, Rojali memperlihatkan kertas garansi dengan kesamaan nomor seri yang tertera di amplifier itu.

Petunjuk ketiga adalah yang paling menguatkan dan meyakinkan Rojali jika amplifier yang dibawa MA berasal dari Musala Al Hidayah.

Yakni, terdapat bercak tahi atau kotoran burung yang mengering dan menempel di permukaan atas amplifier tersebut. Sebab, sebelumnya amplifier tersebut ditempatkan di ruangan kecil tanpa atap atau plafon di samping tempat imam.

"Ketika dikejar dan belok, dia jatuh dan langsung lari. Saya cek tas yang bawaannya tadi. Saya begitu karena saya takut ampli-nya udah dijual duluan. Setelah tasnya saya buka, ternyata betul ada ampli saya," ungkapnya.

Pantauan Tribun, terdapat beberapa bercak warna putih yang menempel di atas permukaan barang bukti amplifier.

"Kenapa saya bilang itu ampli saya? Karena di sini lah ada bukti (petunjuk) yang sangat kuat. Silakan dilihat ada tahi. Ini adalah tahi burung. Kenapa ada tahi atau kotoran burung? Karena posisi tempat ampli ada di pojok musala yang belum dipasang plafon sampai sekarang. Kalau malam atau siang hari sering burung masuk ke dalam dan buang kotoran. Di tikar-tikar di sekitarnya juga ada kotoran burung," bebernya.

Rojali mengaku sangat menghapal ciri khas amplifier tersebut karena ia menggunakannya setiap malam untuk acara pengajian dan tahlilan wafatnya neneknya sejak dua minggu lalu.

Dan rencananya amplifier itu juga akan digunakan untuk acara haul wafatnya sang nenek pada malam hari kejadian itu.

"Kotoran burung ini belum hilang. Karena setiap malam burung buang kotoran," katanya seraya menunjukkan bercak kotoran yang menempel di permukaan atas amplifier.

Menurut Rojali, MA adalah satu-satunya orang yang memasuki area musala saat dirinya melaksanakan bersih-bersih musala setelah waktu Salat Ashar atau sekira pukul 15.30 WIB.

Ia pun tidak mengenal MA sebelumnya.

Namun, ia menghapal raut wajah MA lantaran tidak ada tegur sapa, ucapkan salam maupun senyum baik saat berpapasan muka, baik pada saat masuk maupun keluar dari musala.

Ia menceritakan, pada hari kejadian, ia mengumandangkan adzan Ashar di Musala Al Hidayah sekira pukul 15.20 WIB, menggunakan pengeras suara dengan amplifier musala sebagai pengatur audionya.

Setelah melaksanakan Salat Ashar berjemaah dengan putranya, Fahmi, ia melakukan bersih-bersih musala untuk persiapan haul meninggalnya sang nenek pada malam harinya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved